Pontianak (Antara Kalbar) - Cargill Tropical Palm, usaha perkebunan kelapa sawit milik Cargill, meluncurkan program Desa Bebas Api di 26 desa, 19 diantaranya di Provinsi Kalimantan Barat dan sisanya di Sumatera Selatan. Dalam program tersebut, Cargill menggandeng Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup dengan tujuan kegiatan memberdayakan masyarakat lokal dalam pencegahan dan pengendalian kebakaran.
    Implementasi program di desa-desa tersebut dilakukan bersama Masyarakat Peduli Api, pemerintah daerah, kepolisian dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Desa-desa yang diikutkan dalam program terletak di sekitar perkebunan Cargill di Kabupaten Musi Banyuasin dan Banyuasin (Sumatera Selatan) dan Kabupaten Ketapang (Kalimantan Barat).
    Setiap desa memiliki tim yang beranggotakan 15 anggota masyarakat yang akan berperan sebagai duta pencegahan dan pengendalian kebakaran di desa mereka.
    Program Desa Bebas Api terdiri dari dua elemen inti: Pencegahan Kebakaran; serta Pendeteksian, Pemantauan dan Pemadaman Api. Pertama-tama, masyarakat desa mengikuti serangkaian sosialiasi mengenai dampak lingkungan, ekonomi dan kesehatan dari pembakaran lahan dan hutan.
    Sosialisasi ini dirancang dan dipimpin oleh ahli pengendalian kebakaran hutan dan lahan (Manggala Agni) dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
    Sedangkan komponen kedua dari program ini mengajarkan metode pengendalian kebakaran yang benar. Seperti memastikan ketersediaan sumber daya pantauan udara, tanah dan air yang berkelanjutan. Hal ini mencakup akses terhadap teknologi drone untuk memantau kebakaran dan kegiatan pembakaran lahan, peralatan dan personel pemadam kebakaran, serta sumber air dalam bentuk kanal dan bendungan.
    CEO Cargill Tropical Palm Holdings Pte Ltd, John Hartmann mengatakan, Program Desa Bebas Api membekali masyarakat desa di sekitar perkebunan dengan keterampilan dan kesiapan diri untuk menangani krisis kabut asap nasional yang telah mempengaruhi mereka, serta anak-anak dan keluarga mereka.
   "Kita harus membantu mereka menyadari bahwa mereka pun memiliki peran penting dalam membantu mengurangi dan mengakhiri krisis ini," ujar dia.
   Program tersebut juga hadir sebagai solusi untuk Indonesia yang mengalami krisis kabut asap terburuk sejak lebih dari satu dekade pada tahun 2015 lalu. Negara mengalami kerugian sekitar Rp 221 triliun [1] (mendekati 17 miliar dolar AS), 3,5 kali lebih besar dibandingkan dengan krisis kabut asap terakhir pada tahun 1997. Di Sumatera dan Kalimantan, diperkirakan setengah juta orang membutuhkan perawatan medis akibat penyakit pernapasan.[2]
   Cargill sendiri telah menerapkan suatu kebijakan ketat untuk tidak melakukan pembakaran (no-burning) sejak tahun 2005 dan baru-baru ini melalui <http://www.cargill.com/corporate-responsibility/sustainable-palm-oil/index. jsp> kebijakan minyak sawit berkelanjutan. Pada tahun 2014, Cargill menandatangani komitmen no-burning untuk mencegah kebakaran lahan dan perkebunan di Sumatera Selatan dan Kalimantan Barat.
    Diperkirakan sebesar Rp13 miliar (sekitar 1 juta dolar AS) diinvestasikan setiap tahunnya oleh Cargill untuk peralatan pemadam kebakaran, pemeliharaan aset dan personel pemadam kebakaran yang ada, serta pembangunan kanal-kanal air sebagai bagian dari upaya penanggulangan kebakaran perusahaan.
   Pada tingkat provinsi, Program Desa Bebas Api di Sumatera Selatan akan menargetkan 112 desa rawan kebakaran di empat kabupaten: Kabupaten Ogan Komering Ilir (55 desa), Kabupaten Musi Banyuasin (22 desa), Kabupaten Ogan Ilir (14 desa), dan Kabupaten Banyuasin (21 desa).
    Kepala Bidang Proteksi di Dinas Perkebunan Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, A Nasir mengatakan, pihaknya berterima kasih atas dukungan Cargill dalam membangun solusi jangka panjang yang berkelanjutan terhadap krisis kabut asap. "Kita harus terus bekerja sama dengan masyarakat setempat, pemerintah, LSM dan sektor swasta untuk mencapai tujuan 'Green South Sumatera' pada tahun 2016," ujar dia.
   Sementara Rasyid, anggota masyarakat dari Desa Penuguan, Kabupaten Banyuasin, meyakini bahwa Program Desa Bebas Api akan berhasil. "Banyak masyarakat yang menyadari akan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh pembukaan lahan dengan api. Yang lebih penting adalah kami bertekad untuk belajar bagaimana membuka lahan secara berkelanjutan dan memadamkan api secara efektif," ujar Rasyid.
    Sedangkan di Kalimantan Barat, Program Desa Bebas Api diluncurkan di perkebunan Poliplant Group milik Cargill di bulan Juli, bekerja sama dengan Kementerian Pertanian untuk wilayah Kabupaten Ketapang. Pelatihan peningkatan kesadaran masyarakat telah dilaksanakan untuk 100 orang dari 19 kecamatan di Desa Air Upas, Desa Marau, Desa Jelai Hulu dan Desa Kendawangan.
    Santoto, seorang petani plasma yang menghadiri pelatihan tersebut, membagikan pengalamannya. "Pengetahuan dan keterampilan praktis yang diperoleh dari pelatihan ini sangat berharga bagi saya dan para petani di koperasi kami. Kita perlu berhenti membakar lahan demi kepentingan anak-anak dan masa depan kita," kata Santoto.

Pewarta:

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016