Pontianak (Antara Kalbar) - Kota Pontianak, Minggu menggelar Festival Arakan Pengantin sebagai upaya melestarikan budaya Melayu dalam rangka memeriahkan hari jadi ke-245 kota itu.
"Tampil sebagai juara pertama dalam Festival Arakan Pengantin, yakni tim dari Kecamatan Pontianak Timur," kata Wali Kota Pontianak, Sutarmidji di Pontianak.
Sedangkan Kecamatan Pontianak Selatan menduduki juara kedua dan Pontianak Barat juara ketiga. Pontianak Selatan juga dinobatkan sebagai pengantin terfavorit, sementara peserta dengan barang antaran favorit direbut Kecamatan Pontianak Timur.
Sebanyak sembilan kelompok peserta festival dilepas Wali Kota Pontianak Sutarmidji dan Wakil Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono di halaman Museum Negeri Provinsi Kalbar.
Peserta arak-arakan pengantin mulai berparade dari halaman Museum Negeri melewati Jalan Ahmad Yani menuju Masjid Raya Mujahidin. Kesembilan peserta Festival Arakan Pengantin itu merupakan perwakilan dari enam kecamatan se-Kota Pontianak, Bank Kalbar, Sanggar Kembang Serumpun dan SMAN 5. Selain peserta arakan pengantin, ada 18 pasangan pengantin yang dinikahkan secara massal.
Menurut Sutarmidji, festival arakan pengantin digelar dalam setiap peringatan hari jadi Kota Pontianak, salah satunya bertujuan untuk tetap melestarikan dan mempertahankan adat istiadat dan seni budaya masyarakat Pontianak.
"Hal-hal seperti ini terus kita gali dan kita angkat ke permukaan, mulai dari kuliner, seni budaya arakan pengantin, saprahan dan sebagainya sehingga akar budaya khas Kota Pontianak tidak akan luntur," ujarnya.
Pihaknya berupaya mengembalikan lagi pada tatanan-tatanan awal atau dasar dari setiap seni budaya maupun hal-hal lainnya yang bersifat tradisional di Kota Pontianak. Peringatan hari jadi Pontianak tahun ini, lebih banyak menampilkan seni budaya yang menjadi aset Kota Pontianak. Bahkan, pihaknya sedang membukukan jenis-jenis kue tradisional khas Kota Pontianak.
"Kendati sebagian besar kuliner tradisional sudah ditampilkan, namun tidak sedikit penganan tradisional itu yang belum diangkat ke permukaan. Seperti kemarin di Kampung Bansir saat acara saprahan, kita melihat ada beberapa jenis makanan yang belum ditampilkan sebelum-sebelumnya, ternyata itu kue tradisional Kota Pontianak," katanya.
Sebagaimana tahun sebelumnya, Pemkot Pontianak juga menggelar nikah massal bagi pasangan calon pengantin dari kalangan masyarakat tidak mampu. Prosesi pernikahan bagi 18 pasangan pengantin yang berasal dari enam kecamatan se-Kota Pontianak ini dilakukan secara bersama di Masjid Raya Mujahidin.
Nikah massal ini merupakan program Pemkot untuk membantu menikahkan masyarakat kurang mampu. "Semoga mereka bisa membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah dan warrahmah," harapnya.
Tahun depan, Pemkot berencana menggelar isbat nikah bagi pasangan yang sudah menikah secara agama dan memiliki anak namun belum mengantongi buku nikah.
Dengan membantu mereka untuk isbat nikah hingga memiliki buku nikah, maka anak-anak mereka akan lebih mudah untuk memiliki akta lahir.
"Kalau mereka nikah dan tidak memiliki buku nikah, akta lahir anak sulit untuk dikeluarkan. Itulah kenapa banyak anak yang tidak punya akta kelahiran. Kalau pun akta lahirnya bisa diterbitkan namun hanya tercantum nama ibu, sedangkan nama bapaknya tidak karena orang tua mereka tidak memiliki bukti sah dokumen pernikahan yakni buku nikah," jelas Sutarmidji.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Pontianak, Hilfira Hamid menjelaskan festival arakan pengantin ini merupakan upaya pelestarian adat istiadat yang menjadi tradisi dalam pernikahan khususnya pengantin Melayu Pontianak di tengah modernisasi. Sejatinya, arak-arakan pengantin itu adalah mengantar mempelai pria menuju ke rumah mempelai perempuan.
"Karena ini bentuknya festival, sehingga kita ikutsertakan mempelai perempuannya dalam arakan pengantin supaya lebih menarik," imbuhnya.
Dalam arak-arakan ini juga menyertakan kedua mempelai pengantin, orang tua dari kedua belah mempelai, pengiring-pengiringnya dilengkapi dengan barang-barang hantaran serta diiringi alunan musik baik itu berupa tar maupun tanjidor.
Adapun pengantin laki-laki mengenakan pakaian telok belanga, sedangkan perempuannya mengenakan baju kurung. Pengiring-pengiring yang mengantar calon pengantin membawa berbagai perlengkapan dalam prosesi pernikahan adat melayu.
Barang-barang hantaran isinya antara lain, jebah berisi sirih, pinang, kapur, tembakau, gambir dan bunga rampai. Selain itu, juga ada uang asap, perhiasan emas, pakaian, alat-alat dan bahan kecantikan, seperangkat perlengkapan tidur seperti selimut, seprei dan lainnya, seperangkat alat dan perlengkapan mandi, barang-barang kelontong serta seperangkat alat shalat.
Tak ketinggalan, dari berbagai barang hantaran tadi, juga dihiasi dengan pokok telok, yaitu menyerupai pohon kecil dengan tangkai-tangkai yang masing-masing terdapat telur dan hiasan berwarna-warni. Selain pokok telok, pokok manggar, yang tangkainya terbuat dari lidi dilapisi kertas warna-warni dan ditancapkan pada bagian batang pisang atau buah nanas yang sudah ditusuk tongkat kayu untuk ditancapkan di halaman rumah mempelai wanita.
Ia berharap festival yang digelar rutin setiap tahun dalam memperingati hari jadi Kota Pontianak ini bisa menjadi daya tarik wisata dan mampu memikat minat wisatawan untuk melihat langsung bagaimana adat istiadat prosesi pernikahan dalam budaya Melayu Pontianak.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016