Pontianak (Antara Kalbar) - Kepala Badan Restorasi Gambut Indonesia Nazir Foead mengatakan pihaknya akan menggencarkan restorasi lahan gambut untuk memaksimalkan potensi gambut di Indonesia yang kini sudah ada 15.000 sekat kanal untuk mendukung hal itu.
"Restorasi lahan gambut ini akan terus kita lakukan agar keberadaannya bisa terus dipertahankan. Kita sangat bersyukur karena didukung oleh banyak pihak dalam melakukan direstorasi lahan gambut ini sehingga saya yakin kedepan, kita bisa melestarikannya," kata Nazir di Pontianak, Kamis.
Menurutnya, saat ini sudah banyak perusahaan yang telah membuat sekat kanal untuk mempertahankan keberadaan lahan gambut agar tidak mudah terbakar.
"Untuk tahun ini saja, sudah ada sekitar 15.000 lebih sekat kanal yang sudah dibuat oleh perusahaan perkebunan, untuk tujuh provinsi tersebut. Selain pembuatan sekat kanal tersebut, saat ini juga sudah ada 1.300 sumur bor yang dibuat, juga untuk mengantisipasi terbakarnya lahan gambut, saat musim pengering," tuturnya.
Nazir menambahkan, masyarakat tidak perlu khawatir untuk memanfaatkan lahan gambut yang ada, khususnya untuk dijadikan sebagai lahan pertanian.
"Saat ini juga sudah banyak masyarakat yang menanam nanas dan lidah buaya diatas lahan gambut dan ternyata bisa tumbuh dengan subur. Saya rasa, tidak masalah jika itu dilakukan, karena akan membantu pendapatan masyarakat, selain melestarikan gambut yang ada," katanya.
Dia juga mengatakan, dari potensi lahan gambut yang ada di tujuh provinsi di Indonesia memiliki nilai ekonomis yang bisa didapat dari sebanyak 1 giga ton per tahun, dan jika dirupiahkan potensinya mencapai Rp660 miliar.
"Melihat besarnya potensi gambut kita dalam menjaga kelestarian lingkungan dan tersedianya kebutuhan oksigen, tentu ini harus kita lestarikan bersama. Untuk itu kita mengharapkan kerjasama dari semua pihak, termasuk pemerintah daerah," katanya.
Selain Kalbar, lanjutnya, BRG memiliki wilayah merehabilitasi gambut di provinsi lain yakni, Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan.
Ditempat yang sama, Wakil Gubernur Kalbar Christiandy Sanjaya mengatakan, Pemprov terus mendorong seluruh komponen masyarakat dan pemerintah kabupaten melindungi lahan gambut agar dalam kondisi mampu menyimpan air dengan baik.
"Gambut yang direstorasi dibudidayakan untuk tanaman ketahanan pangan dan dijaga. Di Siantan, gambut bisa ditanami aloevera dan pepaya dan lahan gambut itu sangat subur," katanya.
Menurutnya, lahan gambut tidak boleh rusak dan terbakar karena memiliki manfaat emisi yang tinggi sehingga perlu dijaga dan dilindungi oleh seluruh masyarakat.
"Kalbar masuk proyeksi rehabilitasi gambut pada 2017. Kalbar juga terdapat lahan gambut yang terbakar dan terbengkalai atau belum digarap untuk tanaman lokal, makanya kita harus menanami sesuatu di lahan gambut juga untuk menjaga kelembaban gambut tetap berlangsung dan tidak cepat kering," katanya.
(KR-RDO/B015)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016
"Restorasi lahan gambut ini akan terus kita lakukan agar keberadaannya bisa terus dipertahankan. Kita sangat bersyukur karena didukung oleh banyak pihak dalam melakukan direstorasi lahan gambut ini sehingga saya yakin kedepan, kita bisa melestarikannya," kata Nazir di Pontianak, Kamis.
Menurutnya, saat ini sudah banyak perusahaan yang telah membuat sekat kanal untuk mempertahankan keberadaan lahan gambut agar tidak mudah terbakar.
"Untuk tahun ini saja, sudah ada sekitar 15.000 lebih sekat kanal yang sudah dibuat oleh perusahaan perkebunan, untuk tujuh provinsi tersebut. Selain pembuatan sekat kanal tersebut, saat ini juga sudah ada 1.300 sumur bor yang dibuat, juga untuk mengantisipasi terbakarnya lahan gambut, saat musim pengering," tuturnya.
Nazir menambahkan, masyarakat tidak perlu khawatir untuk memanfaatkan lahan gambut yang ada, khususnya untuk dijadikan sebagai lahan pertanian.
"Saat ini juga sudah banyak masyarakat yang menanam nanas dan lidah buaya diatas lahan gambut dan ternyata bisa tumbuh dengan subur. Saya rasa, tidak masalah jika itu dilakukan, karena akan membantu pendapatan masyarakat, selain melestarikan gambut yang ada," katanya.
Dia juga mengatakan, dari potensi lahan gambut yang ada di tujuh provinsi di Indonesia memiliki nilai ekonomis yang bisa didapat dari sebanyak 1 giga ton per tahun, dan jika dirupiahkan potensinya mencapai Rp660 miliar.
"Melihat besarnya potensi gambut kita dalam menjaga kelestarian lingkungan dan tersedianya kebutuhan oksigen, tentu ini harus kita lestarikan bersama. Untuk itu kita mengharapkan kerjasama dari semua pihak, termasuk pemerintah daerah," katanya.
Selain Kalbar, lanjutnya, BRG memiliki wilayah merehabilitasi gambut di provinsi lain yakni, Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan.
Ditempat yang sama, Wakil Gubernur Kalbar Christiandy Sanjaya mengatakan, Pemprov terus mendorong seluruh komponen masyarakat dan pemerintah kabupaten melindungi lahan gambut agar dalam kondisi mampu menyimpan air dengan baik.
"Gambut yang direstorasi dibudidayakan untuk tanaman ketahanan pangan dan dijaga. Di Siantan, gambut bisa ditanami aloevera dan pepaya dan lahan gambut itu sangat subur," katanya.
Menurutnya, lahan gambut tidak boleh rusak dan terbakar karena memiliki manfaat emisi yang tinggi sehingga perlu dijaga dan dilindungi oleh seluruh masyarakat.
"Kalbar masuk proyeksi rehabilitasi gambut pada 2017. Kalbar juga terdapat lahan gambut yang terbakar dan terbengkalai atau belum digarap untuk tanaman lokal, makanya kita harus menanami sesuatu di lahan gambut juga untuk menjaga kelembaban gambut tetap berlangsung dan tidak cepat kering," katanya.
(KR-RDO/B015)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016