Pontianak (Antara Kalbar) - Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Satu Pintu mencatat bahwa berdasarkan izin prinsip sejak 2010-2015 bidang usaha industri logam dan hilir pertambanagan merupakan investasi yang paling dominan di Kalimantan Barat.

"Dengan adanya larangan ekspor tambang mentah satu diantara yang mendorong investasi di industri logam dan pertambangan itu tumbuh dan saat ini mendominasi," ujar Kepala Bidang Pengendalian Penanaman Modal dan Data dan Informasi Perizinan BPMPTSP Kalbar, Catur B Sulistyo di Pontianak, Sabtu.

Catur menjelaskan adapun daerah yang menjadi pusat industri yang sebagian sudah berjalan dan melakukan bisnis terletak di Kabupaten Ketapang, Sanggau dan Mempawah.

"Seperti di Ketapang itu sudah operasional dan sudah ekspor. Dengan keberadaan industri tersebut saat ini dari segi pertumbuhan ekonomi di Kalbar sudah menjadi satu di antara daya ungkit," kata dia.

Ia memaparkan dilihat dari jumlah proyek maka sebanyak 15 proyek yang izinnya sudah masuk. Dari 15 proyek tersebut dua proyek sebagai PMDN dan 13 PMA.

"Kalau mau dihitung secara nilai itu baik yang sudah realisasi atau belum sebesar Rp29,69 triliun dan 10,925 juta dolar AS. Untuk asal negara yang masuk itu seperti dari Jepang, Singapura, Malaysia, Hongkong, Tiongkok, British Virgin Islands," kata dia.

Ia menambahkan dari 15 proyek dua di antaranya sudah operasional yakni PT Indonesia Chemical Alumida (ICA) dan PT Well Harvest Winning (WHW) Alumina Refinery.

"Kedua perusahaan industri tersebut saat ini telah mampu menyerap tenaga kerja dengan total 3386 orang. Khusus dari ICA sendiri untuk TKA 3 orang dan TKI 528 orang. Sedangkan WHW untuk TKA sebanyak 286 dan TKI 2569," terangnya.

Sementara untuk realisasi investasi sektor industri logam dan hilirisasi tambang di Kalbar hingga semester-III 2016 sudah mencapai Rp9,31 triliun dan 434,51 juta dolar AS.

(KR-DDI/N005)

Pewarta: Dedi

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016