Pontianak (Antara Kalbar) - Ketua Komisi Pengawas Persiangan Usaha (KPPU) RI, Syarkawi Rauf memastikan stok daging sapi di Indonesia masih surplus untuk memenuhi kebutuhan selama bulan Ramadhan hingga Hari Raya Idul Fitri 1438 Hijriyah.
"Antara kebutuhan dan stok dagin sapi saat ini berdasarkan data Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian stok kita aman dan bahkan surplus," ujarnya saat berada di Pontianak, Selasa.
Ia menyebutkan saat ini sapi bakalan di Indonesia mencapai 116.417 ekor. Satu ekor sapi bakalan rata-rata seberat 200 kilogram.
Kemudian setelah empat bulan dilakukan pengemukan di Indonesia menjadi 500 kilogram per ekor. Sehingga total daging sapi yang tersedia untuk dua bulan mendatang seberat 23.167 ton.
Belum lagi dagin beku yang ada saat ini sudah mencapai 12.025 ton. Sapi lokal saat ini ada sekitar 356.620 ekor atau setara daginnya seberat 62.400 ton.
Stok kerbau juga ada di Bulog seberat 35.326 ton. Sehingga khusus untuk sapi kita saat ini sekitar 125.000 ton. "Sedangkan untuk kebutuhan hanya sekitar 106 ton. Jadi ada surplus," kata dia.
Dijelaskan bahwa ketersedian stok yang ada maka tidak ada alasan selama Ramadhan dan Idulfitri harga daging sapi naik atau berada di atas kewajaran.
"Jika ada kenaikan patut diduga ada pelaku usaha yang mengurangi stok ke rumah potong hewan. Dengan stok di rumah potong berkurang otomatis di tingkat ritel dan pasar akan berkurang sehingga harga naik. Itu menjadi perhatian kita," jelasnya.
Dikatakannya berdasarkan pengalaman pada 2015 lalu, sebanyak 32 perusahaan penggemukan sapi melakukan pengurangan stok ke rumah potong hewan. Dengan demikian harga di ritel dan pasar melonjak naik hingga Rp150 ribu per kilogram.
"Dengan adanya perilaku pengurangan dan tindakan penahanan stok maka kami telah menindak semua perusahan pengemukan tersebut. Untuk tahun ini juga demikian jika ada yang ingin coba - coba maka akan ditindak tegas. Apalagi pak presiden sudah tegas menyerukan agar semua pangan di masyarakat stabil baik dari stok maupun harganya," kata dia.
Ia menambahkan untuk harga sapi yang dijual di pasar bervariasi tergantung jenis dagingnya. Menurutnya ada tiga variasi yakni kualitas rendah di tingkat rumah potong hewan kisaran Rp72 ribu, kualitas sedang Rp90 ribu dan kualitas baik Rp105 ribu.
"Untuk kenaikan harga sebenarnya juga ada dipengaruhi distribusi. Belum lagi permintaan tinggi sementara untuk pemotongan sapi bakalan harus ada standar internasionalnya. Semua yang terlibat harus bersertifikasi. Jika berkali lipat kebutuhan maka SDM harus ditambah atau jam kerjanya. Itu juga menjadi persoalan selain stok yang mempengaruhi harga jual," kata dia.
Saat ini harga daging sapi di Pontianak masih stabil, belum ada kenaikan. Seperti terpantau di Pasar Flamboyan Pontianak, rata - rata harga dagign sapi Rp125 ribu per kilogram.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017
"Antara kebutuhan dan stok dagin sapi saat ini berdasarkan data Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian stok kita aman dan bahkan surplus," ujarnya saat berada di Pontianak, Selasa.
Ia menyebutkan saat ini sapi bakalan di Indonesia mencapai 116.417 ekor. Satu ekor sapi bakalan rata-rata seberat 200 kilogram.
Kemudian setelah empat bulan dilakukan pengemukan di Indonesia menjadi 500 kilogram per ekor. Sehingga total daging sapi yang tersedia untuk dua bulan mendatang seberat 23.167 ton.
Belum lagi dagin beku yang ada saat ini sudah mencapai 12.025 ton. Sapi lokal saat ini ada sekitar 356.620 ekor atau setara daginnya seberat 62.400 ton.
Stok kerbau juga ada di Bulog seberat 35.326 ton. Sehingga khusus untuk sapi kita saat ini sekitar 125.000 ton. "Sedangkan untuk kebutuhan hanya sekitar 106 ton. Jadi ada surplus," kata dia.
Dijelaskan bahwa ketersedian stok yang ada maka tidak ada alasan selama Ramadhan dan Idulfitri harga daging sapi naik atau berada di atas kewajaran.
"Jika ada kenaikan patut diduga ada pelaku usaha yang mengurangi stok ke rumah potong hewan. Dengan stok di rumah potong berkurang otomatis di tingkat ritel dan pasar akan berkurang sehingga harga naik. Itu menjadi perhatian kita," jelasnya.
Dikatakannya berdasarkan pengalaman pada 2015 lalu, sebanyak 32 perusahaan penggemukan sapi melakukan pengurangan stok ke rumah potong hewan. Dengan demikian harga di ritel dan pasar melonjak naik hingga Rp150 ribu per kilogram.
"Dengan adanya perilaku pengurangan dan tindakan penahanan stok maka kami telah menindak semua perusahan pengemukan tersebut. Untuk tahun ini juga demikian jika ada yang ingin coba - coba maka akan ditindak tegas. Apalagi pak presiden sudah tegas menyerukan agar semua pangan di masyarakat stabil baik dari stok maupun harganya," kata dia.
Ia menambahkan untuk harga sapi yang dijual di pasar bervariasi tergantung jenis dagingnya. Menurutnya ada tiga variasi yakni kualitas rendah di tingkat rumah potong hewan kisaran Rp72 ribu, kualitas sedang Rp90 ribu dan kualitas baik Rp105 ribu.
"Untuk kenaikan harga sebenarnya juga ada dipengaruhi distribusi. Belum lagi permintaan tinggi sementara untuk pemotongan sapi bakalan harus ada standar internasionalnya. Semua yang terlibat harus bersertifikasi. Jika berkali lipat kebutuhan maka SDM harus ditambah atau jam kerjanya. Itu juga menjadi persoalan selain stok yang mempengaruhi harga jual," kata dia.
Saat ini harga daging sapi di Pontianak masih stabil, belum ada kenaikan. Seperti terpantau di Pasar Flamboyan Pontianak, rata - rata harga dagign sapi Rp125 ribu per kilogram.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017