Sambas (Antara Kalbar) - Pontianak Ibu kota Provinsi Kalimantan Barat saat ini memiliki seorang penguji citarasa kopi berkelas dunia yang berhasil menyabet peringkat ke-13 dunia, kata Wakil Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono.
"Alhamdulillah saat ini kita memiliki seorang penguji citarasa kopi berkelas dunia, yang bernama Dimas Juliannur Fajar," kata Edi Rusdi Kamtono saat dihubungi di Pontianak, Kamis.
Edi menjelaskan, Dimas saat ini namanya sudah terkenal dan viral di media sosial, semenjak berhasil menjadi yang terbaik di ajang kompetisi Indonesia Cup Taster Championship (ICTC) beberapa waktu lalu, sehingga menjadi perbincangan hangat bagi para penikmat kopi ataupun barista di seluruh pelosok negeri.
Terlebih setelah mencatatkan namanya, menjadi satu-satunya penguji citarasa kopi atau Cup Taster asal Pontianak yang menjadi duta perwakilan Indonesia, dan berhasil menyabet peringkat ke-13 dunia dalam World Cup Taster Championship (WCTC), di Budapest, Hungaria, 13-15 Juni 2017.
"Kita sangat bangga, sebab penguji cita rasa kopi di Indonesia tidak banyak, dan Kota Pontianak kini sudah memilikinya, sehingga bisa memacu semangat UMKM di Kota Pontianak, untuk terus mengembangkan inovasi. Apalagi Pontianak punya Coffee Street di Jalan Gajahmada sehingga bisa meningkatkan pamor kopi yang ada di Pontianak," ujarnya.
Ia berharap, ada Dimas-dimas lain yang menjadi penguji citaras kopi, sebab profesi "cup taster" meskipun baru sedikit namun mempunyai pengaruh besar terhadap industri kopi di Indonesia khususnya di Pontianak.
Sementara itu, Dimas Juliannur Fajar yang juga pemilik Warung Kopi Segitiga Coffee, di Jalan Karya Baru, Pontianak, menceritakan bahwa awalnya dirinya hanya bermodalkan keberanian untuk mengikuti lomba kompetisi kopi dalam Indonesia Coffee Events (ICE) 2017 lewat penyisihan regional barat yang diikuti 137 peserta waktu itu.
Saat itu dirinya hanya menempati urutan 20 besar dan masuk menjadi 36 peserta terbaik di ajang tersebut. Namun kesempatan itu, tidak disia-siakannya, untuk terus berlatih meningkatkan indera pengecap dan penciumannya, sehingga saat mengikuti kompetisi nasional, dirinya pun berhasil menjadi juara pertama dan berhak mewakili indonesia ke ajang yang sama tingkat dunia.
"Alhamdulillah saya merebut juara pertama di ajang kompetisi ICTC dari ICE 2017 dengan total nilai 7/8, bersama catatan waktu tiga menit 50 detik, berhasil menebak rasa kopi berbeda yang disiapkan panitia, dan saat kompetisi nasional tidak saya sia-siakan dengan terus berlatih demi menjadi yang terbaik," ujarnya.
Menjadi perwakilan Indonesia, tidak membuat dirinya puas. Dirinya pun menerangkan terus meminta para mentor dan senior-seniornya misalnya dari Bali dan Jakarta untuk terus melatih dirinya
"Disana saya bersaing dengan kompetitor dari 42 negara, termasuk Gabriel C�spedes dari Costa Rica, juara WCTC dua tahun berturut-turut yang kembali bertanding untuk mempertahankan gelar. Dan saya berhasil membuktikan bahwa putra daerah bisa tampil, walaupun hanya meraih peringkat ke-13," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, ia mengaku sempat menurunkan berat badan dan merubah pola makan sebelum ikut serta dalam kompetisi itu.
Latihannya menurunkan berat badan dulu, merubah pola makan, terus selanjutnya latihan terus atau hampir tiap hari, selama 1-2 bulan, katanya.
(U.A057/M019) 29-06-2017 08:57:52
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017
"Alhamdulillah saat ini kita memiliki seorang penguji citarasa kopi berkelas dunia, yang bernama Dimas Juliannur Fajar," kata Edi Rusdi Kamtono saat dihubungi di Pontianak, Kamis.
Edi menjelaskan, Dimas saat ini namanya sudah terkenal dan viral di media sosial, semenjak berhasil menjadi yang terbaik di ajang kompetisi Indonesia Cup Taster Championship (ICTC) beberapa waktu lalu, sehingga menjadi perbincangan hangat bagi para penikmat kopi ataupun barista di seluruh pelosok negeri.
Terlebih setelah mencatatkan namanya, menjadi satu-satunya penguji citarasa kopi atau Cup Taster asal Pontianak yang menjadi duta perwakilan Indonesia, dan berhasil menyabet peringkat ke-13 dunia dalam World Cup Taster Championship (WCTC), di Budapest, Hungaria, 13-15 Juni 2017.
"Kita sangat bangga, sebab penguji cita rasa kopi di Indonesia tidak banyak, dan Kota Pontianak kini sudah memilikinya, sehingga bisa memacu semangat UMKM di Kota Pontianak, untuk terus mengembangkan inovasi. Apalagi Pontianak punya Coffee Street di Jalan Gajahmada sehingga bisa meningkatkan pamor kopi yang ada di Pontianak," ujarnya.
Ia berharap, ada Dimas-dimas lain yang menjadi penguji citaras kopi, sebab profesi "cup taster" meskipun baru sedikit namun mempunyai pengaruh besar terhadap industri kopi di Indonesia khususnya di Pontianak.
Sementara itu, Dimas Juliannur Fajar yang juga pemilik Warung Kopi Segitiga Coffee, di Jalan Karya Baru, Pontianak, menceritakan bahwa awalnya dirinya hanya bermodalkan keberanian untuk mengikuti lomba kompetisi kopi dalam Indonesia Coffee Events (ICE) 2017 lewat penyisihan regional barat yang diikuti 137 peserta waktu itu.
Saat itu dirinya hanya menempati urutan 20 besar dan masuk menjadi 36 peserta terbaik di ajang tersebut. Namun kesempatan itu, tidak disia-siakannya, untuk terus berlatih meningkatkan indera pengecap dan penciumannya, sehingga saat mengikuti kompetisi nasional, dirinya pun berhasil menjadi juara pertama dan berhak mewakili indonesia ke ajang yang sama tingkat dunia.
"Alhamdulillah saya merebut juara pertama di ajang kompetisi ICTC dari ICE 2017 dengan total nilai 7/8, bersama catatan waktu tiga menit 50 detik, berhasil menebak rasa kopi berbeda yang disiapkan panitia, dan saat kompetisi nasional tidak saya sia-siakan dengan terus berlatih demi menjadi yang terbaik," ujarnya.
Menjadi perwakilan Indonesia, tidak membuat dirinya puas. Dirinya pun menerangkan terus meminta para mentor dan senior-seniornya misalnya dari Bali dan Jakarta untuk terus melatih dirinya
"Disana saya bersaing dengan kompetitor dari 42 negara, termasuk Gabriel C�spedes dari Costa Rica, juara WCTC dua tahun berturut-turut yang kembali bertanding untuk mempertahankan gelar. Dan saya berhasil membuktikan bahwa putra daerah bisa tampil, walaupun hanya meraih peringkat ke-13," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, ia mengaku sempat menurunkan berat badan dan merubah pola makan sebelum ikut serta dalam kompetisi itu.
Latihannya menurunkan berat badan dulu, merubah pola makan, terus selanjutnya latihan terus atau hampir tiap hari, selama 1-2 bulan, katanya.
(U.A057/M019) 29-06-2017 08:57:52
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017