Pontianak (Antara Kalbar) - Bupati Landak, Karolin Margret Natasa mendapatkan anugerah Yang Mulia Sri Setia Amantubillah dengan gelar Pangeran Putri Dian Srikandi dari Keraton Amantubillah Mempawah yang diberikan oleh Pangeran Ratu Mulawangsa, Mardan Adijaya Kesuma Ibrahim.
"Saya merasa sangat terhormat mendapatkan gelar sebagai bentuk kekeluargaan dengan Kerajaan Mempawah," kata Karolin di Mempawah, Rabu.
Atas anugerah tersebut, dia berharap mampu menjaga amanah dan nama baik Keraton Mempawah hingga di masa yang akan datang.
Sebagai bagian dari Keraton Amantubillah Mempawah, tambah Karolin, ritual Robo-robo harus terus dilestarikan. Bukan hanya sebuah upaya menjaga tradisi dari para leluhur yang sakral saja, melainkan makna kebersamaan yang muncul dalam setiap prosesi menjadi nilai lebih dari ritual tersebut.
"Semoga saya mampu mengemban amanah ini dan membawa nama baik Keraton Mempawah hingga ke masa depan," katanya.
Secara historis, Keberadaan Kerajaan Mempawah di Kalimantan Barat tidak terlepas dari Kerajaan pendahulunya pada Zaman Dayak Hindu.
Kerajaan Sidiniang yang dipimpin oleh Patih Gumantar merupakan kerajaan pertama yang eksis pada tahun 1380 M.
Keberadaan Kerajaan Sidiniang dalam kurun waktu beberapa dekade sempat meredup hingga pada tahun 1680 M, di bawah kepemimpinan Raja Kudung mulai bangkit kembali.
Kemudian tahta Kerajaan Sidiniang beralih ke Panembahan Senggaok yang menyunting Puteri Cermin dari Kerajaan Baturizal Indragiri Sumatera.
Keduanya dikaruniai seorang Putri Utin Indrawati yang kemudian dinikahkan dengan Sultan Muhammad Zainuddin dari Kerajaan Tanjungpura.
Keduanya dikaruniai seorang anak yang diberi nama Puteri Kesumba yang kemudian menikah dengan Opu Daeng Manambon yang mempelopori perkembangan Agama Islam di Mempawah.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017
"Saya merasa sangat terhormat mendapatkan gelar sebagai bentuk kekeluargaan dengan Kerajaan Mempawah," kata Karolin di Mempawah, Rabu.
Atas anugerah tersebut, dia berharap mampu menjaga amanah dan nama baik Keraton Mempawah hingga di masa yang akan datang.
Sebagai bagian dari Keraton Amantubillah Mempawah, tambah Karolin, ritual Robo-robo harus terus dilestarikan. Bukan hanya sebuah upaya menjaga tradisi dari para leluhur yang sakral saja, melainkan makna kebersamaan yang muncul dalam setiap prosesi menjadi nilai lebih dari ritual tersebut.
"Semoga saya mampu mengemban amanah ini dan membawa nama baik Keraton Mempawah hingga ke masa depan," katanya.
Secara historis, Keberadaan Kerajaan Mempawah di Kalimantan Barat tidak terlepas dari Kerajaan pendahulunya pada Zaman Dayak Hindu.
Kerajaan Sidiniang yang dipimpin oleh Patih Gumantar merupakan kerajaan pertama yang eksis pada tahun 1380 M.
Keberadaan Kerajaan Sidiniang dalam kurun waktu beberapa dekade sempat meredup hingga pada tahun 1680 M, di bawah kepemimpinan Raja Kudung mulai bangkit kembali.
Kemudian tahta Kerajaan Sidiniang beralih ke Panembahan Senggaok yang menyunting Puteri Cermin dari Kerajaan Baturizal Indragiri Sumatera.
Keduanya dikaruniai seorang Putri Utin Indrawati yang kemudian dinikahkan dengan Sultan Muhammad Zainuddin dari Kerajaan Tanjungpura.
Keduanya dikaruniai seorang anak yang diberi nama Puteri Kesumba yang kemudian menikah dengan Opu Daeng Manambon yang mempelopori perkembangan Agama Islam di Mempawah.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017