Pontianak (Antara Kalbar) - Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kalbar, Dwi Suslamamto mengatakan pihaknya mengusulkan sektor pertumbuhan ekonomi baru Kalbar agar tidak tergantung pada komoditas klasik yang harganya belum stabil.

"Pusat pertumbuhan baru tersebut hendaknya berfokus pada industri pengolahan. Selain itu proyek-proyek infrastruktur hendaknya juga menggandeng pihak swasta," ujarnya pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2017 di Pontianak, Senin.

Dwi mencontohkan sektor ekonomi yang perlu digarap seperti industri pengolahan buah dan sayuran dimana Kalbar adalah penghasil buah tropis. Begitu juga penambahan industri pengolahan alumina, untuk menyerak potensi tambang bauksit.

"Termasuk industri pariwisata yang masih belum banyak digarap, karena kita memiliki alam yang indah dan budaya yang unik," kata dia.

Dwi mengatakan selama ini sektor pertanian merupakan sektor dengan pangsa terbesar terhadap perekonomian Kalbar. Antara tahun 2012 hingga 2016, terjadi perubahan pangsa antarsektor di Kalbar. Sektor pertanian, industri pengolahan dan perdagangan mengalami penurunan pangsa. Sedang sektor lainnya meningkat.

"Tiga sektor dasar bagi ekonomi Kalbar dipegang oleh pertanian, konstruksi dan perdagangan," jelas dia.

Sementara itu, untuk persoalan perbankan BI mencatat ada beberapa perbaikan di beberapa indikator, tetapi ada juga penurunan. Misalnya Persentase Non Performing Loan (NPL) yang menunjukkan tren menurun sepanjang 2017. Hanya saja pertumbuhan kredit juga mengalami penurunan.

"Adapun sektor pertanian merupakan sektor penerima kredit terbesar dengan pangsa sekitar 50 persen dari total kredit.

Ia juga mengingatkan adanya potensi risiko pada sektor korporasi. Terlebih sektor Korporasi Kalbar memiliki konektivitas tinggi terhadap sektor regional lain, perbankan, keuangan nonbank, rumah tangga dan pemda.

"Tingginya kebutuhan pendanaan korporasi di Kalbar menimbulkan risiko apabila terjadi tekanan kepada korporasi, maka sektor lain dapat ikut terpengaruh. Risiko lain yang perlu diwaspadai adalah peningkatan utang luar negeri sektor korporasi," jelas dia.


(U.KR-DDI/N005)

Pewarta: Dedi

Editor : Andilala


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017