"Kita semua tahu bahwa Inggris pernah tinggal di Bengkulu karena kerja sama perdagangan rempah," kata Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah di Bengkulu Senin (6/5).
Saat itu, kata Rohidin Mersyah, pintu utama logistik kawasan Sumatra untuk pasar global berada di Provinsi Bengkulu.
"Titik sejarah ini yang harus dibangun, dikapitalisasi pada era sekarang dan akan datang. Dengan demikian, kebijakan pembangunan infrastruktur secara nasional, harus memposisikan Bengkulu sebagai wilayah strategis," kata dia.
Oleh karena itu, peringatan 200 tahun Traktat London menjadi momentum penting bagi Bengkulu untuk meningkatkan kesadaran akan sejarah Bengkulu, mendongkrak semangat dalam pembangunan daerah, dan tentunya di sisi perekonomian juga.
Traktat London atau Perjanjian London sendiri merupakan perjanjian antara Kerajaan Britania Raya (Inggris) dan Belanda tentang tukar-menukar wilayah.
Perjanjian tersebut dibuat di London pada tanggal 17 Maret 1824. Tujuannya untuk mengatasi konflik yang bermunculan akibat pemberlakuan Perjanjian Inggris dan Belanda 1814.
Dalam perjanjian tersebut, menyebutkan bahwa Belanda menyerahkan Malaka dan Semenanjung Melayu termasuk Penang dan Singapura yang merupakan sebuah pulau kecil tidak bertuan saat itu, kepada Inggris.
Sebaliknya, Inggris menyerahkan kantor dagang miliknya yaitu Benteng Marlborough di Bencoolen (Bengkulu) dan seluruh kepemilikannya di Pulau Sumatra kepada Belanda.
Peringatan 200 tahun Traktat London ini diinisiasi Bank Indonesia bekerja sama dengan pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Perpustakaan dan Kearsipan yang merupakan bagian dari Road to Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (FEKDI) 2024. Kegiatan ini bertujuan mengumpulkan hasil kajian, analisis, dan penelitian tentang Bengkulu. Dalam era digital ini, memahami sejarah sebagai bagian dari identitas dan warisan budaya Bengkulu menjadi langkah awal yang penting dalam mengembangkan potensi ekonomi dan pariwisata di wilayah ini.
Acara “History Talk & Afternoon Tea” ini memberikan ruang bagi para peserta untuk menggali makna sejarah dan merumuskan langkah-langkah strategis dalam membangun Bengkulu ke arah yang lebih baik. Kolaborasi ini menjadi momentum penting dalam membangun kesadaran akan pentingnya warisan sejarah dalam pembangunan masa depan Bengkulu.
Salah satu jejak sejarah kehadiran Inggris di Bengkulu adalah keberadaan Benteng Marlborough yang masih berdiri kokoh di tepi Pantai Tapak Paderi Kota Bengkulu. Benteng yang didirikan East India Company (EIC) pada 1713-1719 di bawah pimpinan gubernur Joseph Callet sebagai benteng pertahanan sekaligus kantor dagang Inggris.
Saat ini Benteng Marlborough merupakan salah satu cagar budaya yang menjadi objek wisata andalah di Kota Bengkulu.