Pontianak, 26/2 (Antaranews Kalbar) - Pegiat SAFEnet mengingatkan pengguna internet ketika mengakses media sosial agar selalu berhati-hati, karena ketika jika hendak masuk ke suatu aplikasi maka harus mengikuti prosedur yang diberikan sehingga data-data pribadi akan mudah diketahui publikĀ 
"Data jelas pengguna media sosial bisa dengan mudah digunakan pihak-pihak tertentu untuk keuntungan pribadi yang tidak bertanggung jawab," kata pegiat SAFEnet, Anton Muhajir, saat kegiatan "Digital Security dan Coaching Clinic : Melindungi Diri di Dunia Digital" di Pontianak, Senin.
Ia mengingatkan pentingnya menjaga privasi ketika menggunakan internet dalam mengakses segala kegiatan sosial, baik sekedar berselancar mencari informasi, bermain media sosial maupun berbisnis.
Dia mengatakan, saat membuat laman atau aplikasi media sosial, baik itu Facebook, Instagram, Twitter, Path maupun aplikasi lainnya, prosedur pertama yang harus dilakukan adalah mengisi biodata pribadi atau kelompok dengan jelas sesuai instruksi dan arahan media sosial yang diinginkan.
"Hal-hal pribadi dan terlalu privasi pun harus ditulis calon pengguna jika ingin 'account' medsos di 'approve' (menyetujui) dan langsung bisa digunakan," katanya.
Bahkan, calon pengguna tidak boleh tersinggung atau keberatan jika ketika area privasi ditulis lengkap.
"Akibatnya, dalam dunia digital pengguna hampir-hampir tidak memiliki privasi sehingga ketika salah mengunakan media sosial, maka jejak digital, termasuk biodata akan mudah diketahui publik," katanya mengingatkan.
Dia menambahkan, jika bicara internet, maka pastinya akan bicara keuntungan, manfaat bahkan dampak buruk dari berbagai konten yang mudah diunduh dengan hanya bermodal kuota. Tercatat pengguna internet di Indonesia mencapai 143 juta orang dari 262 juta penduduk Indonesia di tahun 2017.
Jumlah itu menunjukkan lebih dari 50 persen dari jumlah penduduk Indonesia adalah pengguna internet.
Ia mengingatkan agar pengguna media sosial untuk bijak dan cerdas.
"Bayangkan saji jika Google, facebook, Instagram itu orang asing yang mengetahui tentang kita. Siapa kita, pergaulan pribadi kita, komunitas, ideologi apa, dan aktivitas digital apa yang akan, tengah, sudah dilakukan. Tentu kita harus berfikir ulang jika terlalu jujur dalam mengisi data-data yang ada, sekedar melindungi diri," katanya lagi.
Karena jejak digital itu bisa menjadi akses bagi siapa saja yang ingin berbuat hal-hal yang tidak baik kepada kita, kata Anton di hadapan blogger, komunitas, pers mahasiswa, dan jurnalis tersebut.
Namun, untuk melindungi diri dari hal-hal yang tidak diinginkan, ia memberikan saran untuk tidak mensetting lokasi di telepon pintar.
"Yakinlah jika kita mensetting lokasi di hand phone (hp), kita tidak akan memiliki privasi. Orang tidak perlu memata-matai tapi kita sendiri yang sering mengekspos. Dari hp, kita gampang dilacak, benar-benar kita tidak memiliki area pribadi tanpa kita sadari dan ketahui. Ini justru berbahaya jika kita tidak paham akan hp kita sendiri dan tidak bijak dalam menggunakan internet," kata dia.
Ia memaparkan, Indonesia dalam sejarahnya tidak punya budaya privasi. Hal ini berbeda dengan warga negara di Eropa yang sangat menjaga privasi mereka.
"Orang asing tidak mungkin mengundang orang yang tidak dikenal ke rumahnya, bahkan teman pun kebanyakan bertemu di luar maupun kafe setempat. Dan itu berbeda dengan kita," katanya.
Maka dari itu, di zaman dunia digital sekarang ini, pengguna internet harus lebih mempertimbangkan banyak hal jika ingin men-share apapun di media sosial, bisa jadi itu menguntungkan, bisa jadi sebaliknya, kata jurnalis ini.

Pewarta: Nurul Hayat

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018