Jenewa (Antaranews Kalbar) - Naiknya temperatur global mengubah pemicu salju longsor, sehingga mengarah kepada bencana dan konsekuensi serius di daerah pegunungan sehingga dapat sangat mempengaruhi pembangunan sosial-ekonomi serta kehancuran prasarana lalu-lintas.
Menurut studi yang dilakukan antara 2013 dan 2015 di Negara Bagian Himachal Pradesh, India, dan dikeluarkan pada Sabtu, para peneliti dari University of Geneva mendapati kenaikan temperatur meningkatkan seringnya salju longsor, ukurdan lingkupnya.
Melalui catatan data di wilayah semacam itu, temasuk di Lembah Himalaya pada ketinggian 3.000 meter, mereka menggunakan dendrochronology, studi mengenai penghitungan cincin pohon untuk menentukan usia, untuk melacak luasnya dan dampak dari salju longsor di wilayah tersebut sejak 1855.
Baca juga: Empat orang hilang diterjang salju di Swiss
Baca juga: Badai Salju Terjang AS, 6.000 Penerbangan Dibatalkan
Baca juga: Salju Tebal Lumpuhkan Italia
Teknik inovatif para peneliti itu memungkinkan mereka melacak 38 salju longor selama priode studi tersebut, yang merupakan "studi terbesar yang pernah dilakukan setakat ini di Himalaya", demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Ahad siang. Ketika mereka menggabungkan temuan mereka dari pohon dengan data iklim setempat, para peneliti tersebut mendapati hasilnya "tak mengundang perdebatan": seringnya dan kuatnya salju longsor pada paruh kedua Abad XX telah meningkat, kata mereka.
"Salju longor lebih besar, menjelajah jarak yang lebih jauh, dan dipicu lebih dini pada tahun ini. Perubahan ini dapat dengan jelas ditelusuri ke kenaikan temperatur, yang telah mencapai 0,2 sampai 0,4 derajat setiap tahun di beberapa bagian Pegunungan Himalaya," kata studi tersebut.
Studi itu, yang telah disiarkan di dalam Proceedings of National Academy of Sciences, juga menunjukkan bahwa bermacam pemicu khusus terkait dengan temperatur udara yang lebih hangat mengakibatkan peristiwa tersebut, seperti menurunnya gletser, mencairnya permafrost, hujan yang turun di salju, dan salju turun yang mulai terjadi lebih dini pada tahun ini dan menjadi tidak stabil sebelum musim semi.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018
Menurut studi yang dilakukan antara 2013 dan 2015 di Negara Bagian Himachal Pradesh, India, dan dikeluarkan pada Sabtu, para peneliti dari University of Geneva mendapati kenaikan temperatur meningkatkan seringnya salju longsor, ukurdan lingkupnya.
Melalui catatan data di wilayah semacam itu, temasuk di Lembah Himalaya pada ketinggian 3.000 meter, mereka menggunakan dendrochronology, studi mengenai penghitungan cincin pohon untuk menentukan usia, untuk melacak luasnya dan dampak dari salju longsor di wilayah tersebut sejak 1855.
Baca juga: Empat orang hilang diterjang salju di Swiss
Baca juga: Badai Salju Terjang AS, 6.000 Penerbangan Dibatalkan
Baca juga: Salju Tebal Lumpuhkan Italia
Teknik inovatif para peneliti itu memungkinkan mereka melacak 38 salju longor selama priode studi tersebut, yang merupakan "studi terbesar yang pernah dilakukan setakat ini di Himalaya", demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Ahad siang. Ketika mereka menggabungkan temuan mereka dari pohon dengan data iklim setempat, para peneliti tersebut mendapati hasilnya "tak mengundang perdebatan": seringnya dan kuatnya salju longsor pada paruh kedua Abad XX telah meningkat, kata mereka.
"Salju longor lebih besar, menjelajah jarak yang lebih jauh, dan dipicu lebih dini pada tahun ini. Perubahan ini dapat dengan jelas ditelusuri ke kenaikan temperatur, yang telah mencapai 0,2 sampai 0,4 derajat setiap tahun di beberapa bagian Pegunungan Himalaya," kata studi tersebut.
Studi itu, yang telah disiarkan di dalam Proceedings of National Academy of Sciences, juga menunjukkan bahwa bermacam pemicu khusus terkait dengan temperatur udara yang lebih hangat mengakibatkan peristiwa tersebut, seperti menurunnya gletser, mencairnya permafrost, hujan yang turun di salju, dan salju turun yang mulai terjadi lebih dini pada tahun ini dan menjadi tidak stabil sebelum musim semi.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018