Jakarta (Antaranews Kalbar) - Ketua Fraksi PKS DPR Jazuli Juwaini menilai peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) menjadi momentum menyelesaikan pekerjaan rumah sektor pendidikan agar tercapai tujuannya sesuai amanat Undang-Undang Dasar 1945.

"Tujuan sistem pendidikan adalah meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa serta memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan mejunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia," kata Jazuli di Jakarta, Rabu.

Dia mengatakan penjabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Pasal 3 Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Selain itu menurut dia, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

"Berkaca dari mandat konstitusi tersebut, merefleksikan kondisi pendidikan nasional hari ini masih jauh dari ideal. Kita punya tantangan besar yang bisa kita sebut sebagai pekerjaan rumah besar," ujarnya.

Jazuli mengatakan PR dalam pendidikan nasional tersebut adalah pertama, menghadirkan siswa didik yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia di tengah perkembangan teknologi informasi dan media sosial yang masif dan eksesif yang membawa budaya liberal, sekuler, bahkan bebas nilai serta jauh dari agama.

Dia menilai tidak ada cara efektif untuk mengatasi hal tersebut, kecuali dengan menanamkan nilai-nilai agama yang konsekuen terutama dalam dimensi pengamalan akhlak sehari-hari karena iman, takwa, akhlak yang sumbernya dari agama.

"Ini semua membutuhkan peran aktif semua pihak seperti guru, dosen, orang tua, lingkungan sosial dan pergaulan. Negara wajib memfasilitasinya dengan mendukung, mempromosikan, dan menunjukkan keseriusan dalam menciptakan lingkungan sosial agamis dan relijius baik di sekolah maupun tempat-tempat umum," katanya.

Kedua menurut dia, kita harus mengejar ketertinggalan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui desain kurikulum dan materi ajar yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan tantangan zaman yang terus berkembang.

Dia mengatakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) bidang pendidikan Indonesia harus ditingkatkan, seperti halnya dengan kemampuan riset dan inovasi yang dihasilkan dunia pendidikan tinggi juga masih kalah dibandingkan negara-negara lain termasuk di kawasan Asia Tenggara.

"Ketiga, yang tidak kalah penting adalah pemerataan pendidikan dari sisi kurikulum maupun infrastruktur pendidikan ke seluruh wilayah Indonesia. Percepatan pencapaian pendidikan di berbagai daerah, terutama luar Jawa mutlak menjadi target dan prioritas pemerintah," ujarnya.

Keempat menurut dia, kesejahteraan guru, dosen, dan tenaga kependidikan wajib diperhatikan dan ditingkatkan oleh negara.

Dia mengatakan, belajar dari negara-negara maju dalam pendidikan, komponen kesejahteraan ini penting karena secara psikologis dan kualitatif mempengaruhi profesionalisme dalam proses pengajaran.

"Hal ini, bukan saja terkait gaji atau penghasilan, tapi menyangkut penghargaan profesi, peningkatan pengetahuan dan wawasan, serta tersedianya ruang kreativitas dan aktualisasi diri di lembaga-lembaga pendidikan," katanya.

Jazuli mengatakan semua PR di bidang pendidikan itu harus dijawab dengan kerja keras oleh kita semua karena tanggung jawab pendidikan bangsa ini ada di tangan kita semua dan pemerintah sesuai porsi dan kewenangannya harus lebih di depan dalam tanggung jawab tersebut.

Dia berharap pendidikan Indonesia kedepannya lebih maju lagi dan mampu melahirkan generasi unggul, kreatif, inovatif, mandiri, dan berkarakter kuat dalam iman, takwa, dan akhlak mulia.
 

Pewarta: Imam Budilaksono

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018