Pontianak (Antaranews Kalbar) - Ketua tim pemenangan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Kalbar nomor urut 2 Karolin-Gidot, Cornelis mengajak masyarakat Kalbar menjadi pemilih cerdas dengan memilih pasangan yang benar-benar kompeten untuk memimpin ke depan.
"Dengan menjadi pemilih cerdas, maka kita sudah menjalankan perintah KPU. Silakan pilih calon gubernur yang benar-benar berkualitas, agar Kalbar ke depan bisa menjadi lebih baik," kata Cornelis, saat menghadiri deklarasi DAG, di Pontianak, Senin (4/6) malam.
Menurutnya, pemilih yang cerdas adalah mereka yang memiliki sejumlah karakteristik perilaku memilih pemimpin.
Pertama, antimoney politic, yakni pemilih yang menentukan pilihannya tidak karena motif imbalan materi atau menerima suap sejumlah uang atau pun bentuk material lainnya dari pihak atau paslon tertentu.
"Namun, pilihannya didasarkan atas ketajaman dan kejernihan hati nuraninya," katanya pula.
Kedua, lanjutnya, tidak asal pilih dan konstituen dalam memilih calon pemimpin daerahnya tidak sekadar menggugurkan hak/kewajibannya sebagai warga daerah. Tapi memilih secara bertanggung jawab.
"Makanya calon pemimpin yang akan dipilih sudah diperhitungkan dengan matang, serta diyakini mampu membawa kemajuan, kemaslahatan dan kesejahteraan bagi daerahnya," katanya pula.
Ketiga, lanjut Cornelis, pemilih cerdas dapat melihat sejauh mana visi, misi dan program yang diusung partai/koalisi partai dan calon kepala daerah. Hal itu, menurutnya menjadi pertimbangan utama untuk memutuskan pilihan definitifnya.
"Hanya calon kepala daerah yang memiliki visi dan misi yang logis dan membumi yang dipilih. Karena tipologi calon seperti itu biasanya akan menghindari jebakan janji-janji politik yang berlebihan serta abai terhadap realitas di lapangan," kata Cornelis.
Keempat, pemilih yang belajar dari pengalaman empiris perihal banyak pejabat daerah yang tersandung kasus pidana korupsi.
Operasi tangkap tangan (OTT) yang digelar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sepanjang April 2016 hingga September 2017 berhasil menggelandang 11 kepala daerah yang terjerat kasus suap dalam operasi itu.
"Kalau berdasarkan pengalaman dan kemampuan, pasangan nomor dua sudah paling siap. Makanya, jangan ragu-ragu lagi untuk memilih Karolin-Gidot, apalagi program yang mereka tawarkan sudah benar-benar komplit dan tidak muluk-muluk, sesuai dengan apa yang dibutuhkan masyarakat Kalbar," katanya.
Sebagai mantan Gubernur Kalbar dua periode, Cornelis yakin pasangan Karolin-Gidot mampu melanjutkan program pembangunan yang sudah dijalankan sebelumnya.
"Kalau sudah yakin dengan pasangan nomo urut dua ini, mari kita rapatkan barisan, bersatu, berjuang dan memenangkan pilkada ini," kata Cornelis.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018
"Dengan menjadi pemilih cerdas, maka kita sudah menjalankan perintah KPU. Silakan pilih calon gubernur yang benar-benar berkualitas, agar Kalbar ke depan bisa menjadi lebih baik," kata Cornelis, saat menghadiri deklarasi DAG, di Pontianak, Senin (4/6) malam.
Menurutnya, pemilih yang cerdas adalah mereka yang memiliki sejumlah karakteristik perilaku memilih pemimpin.
Pertama, antimoney politic, yakni pemilih yang menentukan pilihannya tidak karena motif imbalan materi atau menerima suap sejumlah uang atau pun bentuk material lainnya dari pihak atau paslon tertentu.
"Namun, pilihannya didasarkan atas ketajaman dan kejernihan hati nuraninya," katanya pula.
Kedua, lanjutnya, tidak asal pilih dan konstituen dalam memilih calon pemimpin daerahnya tidak sekadar menggugurkan hak/kewajibannya sebagai warga daerah. Tapi memilih secara bertanggung jawab.
"Makanya calon pemimpin yang akan dipilih sudah diperhitungkan dengan matang, serta diyakini mampu membawa kemajuan, kemaslahatan dan kesejahteraan bagi daerahnya," katanya pula.
Ketiga, lanjut Cornelis, pemilih cerdas dapat melihat sejauh mana visi, misi dan program yang diusung partai/koalisi partai dan calon kepala daerah. Hal itu, menurutnya menjadi pertimbangan utama untuk memutuskan pilihan definitifnya.
"Hanya calon kepala daerah yang memiliki visi dan misi yang logis dan membumi yang dipilih. Karena tipologi calon seperti itu biasanya akan menghindari jebakan janji-janji politik yang berlebihan serta abai terhadap realitas di lapangan," kata Cornelis.
Keempat, pemilih yang belajar dari pengalaman empiris perihal banyak pejabat daerah yang tersandung kasus pidana korupsi.
Operasi tangkap tangan (OTT) yang digelar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sepanjang April 2016 hingga September 2017 berhasil menggelandang 11 kepala daerah yang terjerat kasus suap dalam operasi itu.
"Kalau berdasarkan pengalaman dan kemampuan, pasangan nomor dua sudah paling siap. Makanya, jangan ragu-ragu lagi untuk memilih Karolin-Gidot, apalagi program yang mereka tawarkan sudah benar-benar komplit dan tidak muluk-muluk, sesuai dengan apa yang dibutuhkan masyarakat Kalbar," katanya.
Sebagai mantan Gubernur Kalbar dua periode, Cornelis yakin pasangan Karolin-Gidot mampu melanjutkan program pembangunan yang sudah dijalankan sebelumnya.
"Kalau sudah yakin dengan pasangan nomo urut dua ini, mari kita rapatkan barisan, bersatu, berjuang dan memenangkan pilkada ini," kata Cornelis.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018