Sintang (Antaranews Kalbar) - Wakil Bupati Sintang Askiman menghadiri acara Gawai Dayak di Desa Pakak Kecamatan Kayan Hilir, Minggu (1/7).
Hari menjelang sore ketika mobil double gardan yang ditumpangi Wakil Bupati Sintang tiba di Desa Pakak setelah menempuh jalan yang cukup sulit karena rusaknya ruas jalan poros.
Kendaraan itupun harus dibantu oleh sejumlah alat berat sebelum tiba di salah satu desa di Kecamatan Kayan Hilir tersebut.
Rombongan disambut dengan tarian adat yang dibawakan oleh beberapa tetua kampung. Sejumlah anak dara dengan berpakaian adat setempat pun ikut menari. Usai memotong ompong di gerbang yang dibuat warga, rombongan menuju ke balai pertemuan dusun.
Bunyi gemerincing manik dan gerunung (kerincingan) pada pakaian adat yang dikenakan sejumlah besar warga disertai tabuhan gong yang bertalu-talu mengiringi perjalanan rombongan tersebut.
Di balai dusun, Askiman didaulat oleh pemuka adat untuk membuak tempayan tuak pemali. Kemudian beliau minum tuak gawai dari mangkuk di dalam Petung atau yang juga dikenal dengan Pekejang. Prosesi minum tuak gawai di iringi dengan lantunan lagu hikayat kuno, bekana oleh beberapa tua-tua kampung.
Acara dilanjutkan dengan tinjauan pada bilik benih "semengat padi". Bilik ini berupa rak kayu yang ditutup dengan kain tenun. Di rak-rak tersebut ditaruh cupai –sejenis wadah yang dianyam dari rotan- berisi benih-benih yang dimiliki masyarakat. Benih-benih itu sudah ditaruh sejak sehari sebelumnya dan didoakan menurut tradisi kaharingan yang berlaku di masyarakat Dayak Subsuku Desa, untuk meminta berkat dari leluhur pada musim tanam selanjutnya.
Pada kesempatan ini, Wakil Bupati menyempatkan diri berfoto di depan salah satu lumbung padi tua milik warga. Menurut beliau, bangunan ini sudah mulai jarang ditemui di kampung-kampung. Askiman lalu mengakhiri kunjungannya dengan melakukan dialog bersama masyarakat.
"kita harus melestarikan semua yang kita miliki ini, sebagai Urang Dayak ini tradisi kita warisan dari nenek moyang kita," ujar Askiman. "Saya berharap akan ada rumah betang adat dibangun di Pakak agar segala hal-hal yang bersifat budaya ini bisa disimpan di sana, bisa dilihat oleh anak cucu dan orang-orang yang berkunjung ke Pakak," tambahnya.
"Kami melakukan beberapa kegiatan pada gawai ini, ada acara 'ngumpan pulang gana', ada 'ngamik semengat padi' juga hiburan rakyat berupa organ tunggal," ungkap Becak, selaku ketua pelaksana gawai adat di Desa Pakak tahun 2018.
Pihaknya juga menerapkan beberapa sanksi adat terkait pelanggaran terhadap keamanan dan ketertiban di tengah masyarakat selama kegiatan gawai.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018
Hari menjelang sore ketika mobil double gardan yang ditumpangi Wakil Bupati Sintang tiba di Desa Pakak setelah menempuh jalan yang cukup sulit karena rusaknya ruas jalan poros.
Kendaraan itupun harus dibantu oleh sejumlah alat berat sebelum tiba di salah satu desa di Kecamatan Kayan Hilir tersebut.
Rombongan disambut dengan tarian adat yang dibawakan oleh beberapa tetua kampung. Sejumlah anak dara dengan berpakaian adat setempat pun ikut menari. Usai memotong ompong di gerbang yang dibuat warga, rombongan menuju ke balai pertemuan dusun.
Bunyi gemerincing manik dan gerunung (kerincingan) pada pakaian adat yang dikenakan sejumlah besar warga disertai tabuhan gong yang bertalu-talu mengiringi perjalanan rombongan tersebut.
Di balai dusun, Askiman didaulat oleh pemuka adat untuk membuak tempayan tuak pemali. Kemudian beliau minum tuak gawai dari mangkuk di dalam Petung atau yang juga dikenal dengan Pekejang. Prosesi minum tuak gawai di iringi dengan lantunan lagu hikayat kuno, bekana oleh beberapa tua-tua kampung.
Acara dilanjutkan dengan tinjauan pada bilik benih "semengat padi". Bilik ini berupa rak kayu yang ditutup dengan kain tenun. Di rak-rak tersebut ditaruh cupai –sejenis wadah yang dianyam dari rotan- berisi benih-benih yang dimiliki masyarakat. Benih-benih itu sudah ditaruh sejak sehari sebelumnya dan didoakan menurut tradisi kaharingan yang berlaku di masyarakat Dayak Subsuku Desa, untuk meminta berkat dari leluhur pada musim tanam selanjutnya.
Pada kesempatan ini, Wakil Bupati menyempatkan diri berfoto di depan salah satu lumbung padi tua milik warga. Menurut beliau, bangunan ini sudah mulai jarang ditemui di kampung-kampung. Askiman lalu mengakhiri kunjungannya dengan melakukan dialog bersama masyarakat.
"kita harus melestarikan semua yang kita miliki ini, sebagai Urang Dayak ini tradisi kita warisan dari nenek moyang kita," ujar Askiman. "Saya berharap akan ada rumah betang adat dibangun di Pakak agar segala hal-hal yang bersifat budaya ini bisa disimpan di sana, bisa dilihat oleh anak cucu dan orang-orang yang berkunjung ke Pakak," tambahnya.
"Kami melakukan beberapa kegiatan pada gawai ini, ada acara 'ngumpan pulang gana', ada 'ngamik semengat padi' juga hiburan rakyat berupa organ tunggal," ungkap Becak, selaku ketua pelaksana gawai adat di Desa Pakak tahun 2018.
Pihaknya juga menerapkan beberapa sanksi adat terkait pelanggaran terhadap keamanan dan ketertiban di tengah masyarakat selama kegiatan gawai.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018