Panitia Pekan Gawai Dayak ke XXXVIII menggelar lomba menumbuk dan menampi padi sebagai upaya pelestarian budaya masyarakat Dayak Kalimantan Barat.
"Lomba menumbuk dan menampi padi ini menjadi salah satu rangkaian kegiatan Pekan Gawai Dayak yang dilaksanakan di Rumah Radank Kalimantan Barat. Lomba ini diikuti oleh sejumlah perempuan suku Dayak dari berbagai wilayah di Kalimantan Barat," kata salah satu juri loma tersebut, Fransiska Soeramassoeka di Pontianak, Kamis.
Dia menjelaskan, penilaian dalam lomba itu didasarkan pada beberapa kriteria, yaitu teknik menumbuk padi, hasil padi yang diperoleh, kehalusan dan kebersihan padi, serta kerja sama dan kekompakan antar peserta.
Peserta yang mengikuti lomba sangat antusias, mencapai 40 orang yang dibagi menjadi 10 tim, dengan masing-masing tim beranggotakan 4 orang.
"Dari 10 tim, ada 5 yang masuk ke babak grand final. Pemenang juara pertama diraih oleh tim nomor urut 9, juara kedua oleh tim nomor urut 7, dan juara ketiga oleh tim nomor urut 2," tuturnya,
Uniknya, peserta lomba diwajibkan mengenakan pakaian adat Dayak lengkap dan membawa perlengkapan lomba berupa tikar dan penampi padi.
Menurut Mery, salah satu penonton yang hadir, lomba menumbuk dan menampi padi ini sangat penting untuk dilestarikan.
"Tradisi ini merupakan warisan leluhur yang harus dijaga. Saat ini, banyak orang sudah beralih menggunakan mesin penggiling padi sehingga tradisi ini mulai pudar," katanya.
Mery berharap lomba ini dapat terus dilaksanakan setiap tahunnya pada Pekan Gawai Dayak berikutnya dan dapat memperkenalkan tradisi masyarakat Dayak kepada masyarakat luas.*