Pontianak (Antaranews Kalbar) - Ratusan nelayan di Kabupaten Mempawah, Provinsi Kalimantan Barat menyatakan sangat terbantu dengan adanya program bantuan pemerintah, berupa paket konversi dari BBM ke elpiji senilai Rp7 jutaan/paket.
"Kami para nelayan sangat berterimakasih kepada pemerintah atas bantuannya berupa paket konverter kit elpiji, sehingga modal kami turun ke laut menjadi lebih hemat sekitar 50 persen apabila menggunakan BBG (bahan bakar gas) dari sebelumnya menggunakan BBM, baik solar maupun premium," kata Ketua Kelompok Nelayan Sepaham, Kabupaten Mempawah di Kuala Mempawah, Kusnando seusai menerima bantuan paket konverter kit elpiji tersebut di Kuala Mempawah, Jumat.
Program tersebut adalah program kemitraan Kementerian ESDM dan Komisi VII DPR RI, dan PT Pertamina (Persero), serta pemerintah daerah setempat yang mulai laksanakan konversi dari sebelumnya menggunakan bahan bakar minyak menjadi bahan bakar elpiji.
Kusnando berharap, program tersebut tidak hanya berhenti disitu saja, melainkan terus digulirkan bagi peningkatan kesejahteraan para nelayan di Kabupaten Mempawah, dan Kalbar umumnya.
"Hari ini, secara resmi ada sekitar 15 kelompok nelayan di Kabupaten Mempawah yang mendapat bantuan program paket konverter kit, dari Kementerian ESDM bekerjasama dengan Pertamina, Komisi VII DPR RI, dan Pemkab Mempawah," katanya.
Ia menambahkan, dengan menggunakan elpiji tiga kilogram tersebut, maka satu tabung elpiji tersebut bisa digunakan dalam mencarikan di laut sekitar tujuh jam lebih atau setara dengan tiga sampai empat liter apabila menggunakan BBM solar atau premium, sehingga bisa menghemat biaya operasional sekitar 50 persen.
Hal senada juga diakui oleh seorang nelayan, Kapsur (53). "Saya pribadi dan teman-teman nelayan lainnya sangat bersyukur dengan adanya bantuan program paket konverter kit bantuan pemerintah tersebut, karena kami selama ini sudah lama untuk berpindah dalam menggunakan mesin dengan BBG tersebut, tetapi terbentur tidak ada biaya," ungkapnya.
Menurut dia, sudah puluhan tahun dia melaut menggunakan mesin yang menggunakan BBM solar atau premium, dengan penghasilan kotor sekitar Rp100 ribu/hari, sehingga kalau dipotong biaya pembelian BBM dan lainnya paling hanya membawa hasil ke rumah sekitar Rp50 ribuan/hari.
"Mudah-mudahan dengan mesin yang menggunakan BBG ini, maka hasil tangkapan kami lebih maksimal, karena selain lebih irit, waktu untuk menangkap ikan di laut juga lebih lama, yakni sekitar tujuh jam untuk elpiji tabung tiga kilogram," ujar ayah empat anak tersebut, yang tinggal di Desa Sungai Limau, Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Mempawah.
Direktur Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur Migas, Kementerian ESDM, Alimuddin Baso berharap, agar para nelayan menjaga dan mempergunakan sebaik-baiknya paket bantuan konverter kit tersebut, sehingga bisa bermanfaat dalam meningkatkan perekonomian para nelayan di Kabupaten Mempawah dan Kota Singkawang.
"Bantuan bagi nelayan ini diberikan sebanyak 214 unit bagi nelayan kecil di Kabupaten Mempawah, dan sebanyak 92 unit bagi nelayan di Kota Singkawang, dan kalau di seluruh Indonesia sekitar 25 ribu unit yang tersebar di sebanyak 55 daerah, termasuk di Kalbar," ujarnya.
Ia menambahkan, nelayan yang mendapat bantuan tersebut memang ada kriterianya, salah satunya nelayan kecil yang memang sangat membutuhkan bantuan, yakni nelayan yang memiliki kapal ukuran di bawah 5 Gross Tonnage (GT), berbahan bakar bensin atau solar dan memiliki daya mesin di bawah 13 Horse Power (HP).
Bantuan paket perdana konverter kit BBM ke elpiji terdiri atas beberapa komponen, yaitu mesin penggerak, konverter kit, as panjang, baling-baling, dua buah tabung elpiji tiga kilogram dan aksesoris pendukung lainnya, katanya.
Sementara itu, Anggota Komisi VII DPR RI Dapil Kalbar, Katherine Angela Oendoen menyatakan, nelayan di Kabupaten Mempawah dan Kota Pontianak patut bersyukur karena mendapat bantuan program paket konverter kit dari Kementerian ESDM, yang tidak terlepas atas dorongan pihaknya di DPR RI, serta dukungan Pemkab Mempawah dan Kota Singkawang.
"Karena dari seluruh Indonesia hanya sebanyak 55 daerah saja yang mendapat program ini, termasuk di Mempawah sebanyak 214 nelayan kecil, dan 92 nelayan kecil Kota Singkawang," ujarnya.
Padahal, menurut dia, ada enam kabupaten/kota di Kalbar yang termasuk daerah nelayan, yakni Kabupaten Kubu Raya, Mempawah, Kayong Utara, Ketapang, Sambas dan Kota Singkawang, sehingga ke depannya perlu didorong lagi agar bantuan tersebut merata tersebar di enam daerah tersebut.
"Kami berharap ke depannya, program tersebut terus ditingkatkan lagi, saya berpesan kepada nelayan yang mendapat bantuan tersebut, agar tidak menjual bantuan itu, tetapi pergunakanlah sebaik-baiknya dalam meningkatkan kesejahteraan nelayan," katanya.
Branch Manager Marketing Pertamina MOR VI Kalbarteng, Teuku Johan Miftah menyatakan, pihaknya sangat mendukung program tersebut, apalagi konversi BBM ke BBG bagi nelayan akan lebih ramah lingkungan dan lebih hemat biaya operasionalnya.
"Kami mengimbau, kepada para nelayan, agar membeli elpiji subsidi atau elpiji tabung tiga kilogram tersebut di agen-agen resmi agar harga jualnya sesuai dengan HET (harga eceran tertinggi)," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018
"Kami para nelayan sangat berterimakasih kepada pemerintah atas bantuannya berupa paket konverter kit elpiji, sehingga modal kami turun ke laut menjadi lebih hemat sekitar 50 persen apabila menggunakan BBG (bahan bakar gas) dari sebelumnya menggunakan BBM, baik solar maupun premium," kata Ketua Kelompok Nelayan Sepaham, Kabupaten Mempawah di Kuala Mempawah, Kusnando seusai menerima bantuan paket konverter kit elpiji tersebut di Kuala Mempawah, Jumat.
Program tersebut adalah program kemitraan Kementerian ESDM dan Komisi VII DPR RI, dan PT Pertamina (Persero), serta pemerintah daerah setempat yang mulai laksanakan konversi dari sebelumnya menggunakan bahan bakar minyak menjadi bahan bakar elpiji.
Kusnando berharap, program tersebut tidak hanya berhenti disitu saja, melainkan terus digulirkan bagi peningkatan kesejahteraan para nelayan di Kabupaten Mempawah, dan Kalbar umumnya.
"Hari ini, secara resmi ada sekitar 15 kelompok nelayan di Kabupaten Mempawah yang mendapat bantuan program paket konverter kit, dari Kementerian ESDM bekerjasama dengan Pertamina, Komisi VII DPR RI, dan Pemkab Mempawah," katanya.
Ia menambahkan, dengan menggunakan elpiji tiga kilogram tersebut, maka satu tabung elpiji tersebut bisa digunakan dalam mencarikan di laut sekitar tujuh jam lebih atau setara dengan tiga sampai empat liter apabila menggunakan BBM solar atau premium, sehingga bisa menghemat biaya operasional sekitar 50 persen.
Hal senada juga diakui oleh seorang nelayan, Kapsur (53). "Saya pribadi dan teman-teman nelayan lainnya sangat bersyukur dengan adanya bantuan program paket konverter kit bantuan pemerintah tersebut, karena kami selama ini sudah lama untuk berpindah dalam menggunakan mesin dengan BBG tersebut, tetapi terbentur tidak ada biaya," ungkapnya.
Menurut dia, sudah puluhan tahun dia melaut menggunakan mesin yang menggunakan BBM solar atau premium, dengan penghasilan kotor sekitar Rp100 ribu/hari, sehingga kalau dipotong biaya pembelian BBM dan lainnya paling hanya membawa hasil ke rumah sekitar Rp50 ribuan/hari.
"Mudah-mudahan dengan mesin yang menggunakan BBG ini, maka hasil tangkapan kami lebih maksimal, karena selain lebih irit, waktu untuk menangkap ikan di laut juga lebih lama, yakni sekitar tujuh jam untuk elpiji tabung tiga kilogram," ujar ayah empat anak tersebut, yang tinggal di Desa Sungai Limau, Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Mempawah.
Direktur Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur Migas, Kementerian ESDM, Alimuddin Baso berharap, agar para nelayan menjaga dan mempergunakan sebaik-baiknya paket bantuan konverter kit tersebut, sehingga bisa bermanfaat dalam meningkatkan perekonomian para nelayan di Kabupaten Mempawah dan Kota Singkawang.
"Bantuan bagi nelayan ini diberikan sebanyak 214 unit bagi nelayan kecil di Kabupaten Mempawah, dan sebanyak 92 unit bagi nelayan di Kota Singkawang, dan kalau di seluruh Indonesia sekitar 25 ribu unit yang tersebar di sebanyak 55 daerah, termasuk di Kalbar," ujarnya.
Ia menambahkan, nelayan yang mendapat bantuan tersebut memang ada kriterianya, salah satunya nelayan kecil yang memang sangat membutuhkan bantuan, yakni nelayan yang memiliki kapal ukuran di bawah 5 Gross Tonnage (GT), berbahan bakar bensin atau solar dan memiliki daya mesin di bawah 13 Horse Power (HP).
Bantuan paket perdana konverter kit BBM ke elpiji terdiri atas beberapa komponen, yaitu mesin penggerak, konverter kit, as panjang, baling-baling, dua buah tabung elpiji tiga kilogram dan aksesoris pendukung lainnya, katanya.
Sementara itu, Anggota Komisi VII DPR RI Dapil Kalbar, Katherine Angela Oendoen menyatakan, nelayan di Kabupaten Mempawah dan Kota Pontianak patut bersyukur karena mendapat bantuan program paket konverter kit dari Kementerian ESDM, yang tidak terlepas atas dorongan pihaknya di DPR RI, serta dukungan Pemkab Mempawah dan Kota Singkawang.
"Karena dari seluruh Indonesia hanya sebanyak 55 daerah saja yang mendapat program ini, termasuk di Mempawah sebanyak 214 nelayan kecil, dan 92 nelayan kecil Kota Singkawang," ujarnya.
Padahal, menurut dia, ada enam kabupaten/kota di Kalbar yang termasuk daerah nelayan, yakni Kabupaten Kubu Raya, Mempawah, Kayong Utara, Ketapang, Sambas dan Kota Singkawang, sehingga ke depannya perlu didorong lagi agar bantuan tersebut merata tersebar di enam daerah tersebut.
"Kami berharap ke depannya, program tersebut terus ditingkatkan lagi, saya berpesan kepada nelayan yang mendapat bantuan tersebut, agar tidak menjual bantuan itu, tetapi pergunakanlah sebaik-baiknya dalam meningkatkan kesejahteraan nelayan," katanya.
Branch Manager Marketing Pertamina MOR VI Kalbarteng, Teuku Johan Miftah menyatakan, pihaknya sangat mendukung program tersebut, apalagi konversi BBM ke BBG bagi nelayan akan lebih ramah lingkungan dan lebih hemat biaya operasionalnya.
"Kami mengimbau, kepada para nelayan, agar membeli elpiji subsidi atau elpiji tabung tiga kilogram tersebut di agen-agen resmi agar harga jualnya sesuai dengan HET (harga eceran tertinggi)," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018