Pontianak (ANTARA) - Wakil Bupati Sambas, Heroaldi Djuhardi Alwi, menyatakan komitmennya untuk mendorong pemanfaatan Konverter Kit Amin Ben Gas (ABG) sebagai solusi efisiensi energi bagi masyarakat pesisir dan pedesaan di Kabupaten Sambas.
"Teknologi yang ditemukan oleh inovator asal Kalbar, Amin Suwarno, dinilai sangat cocok diterapkan di daerah yang mayoritas warganya berprofesi sebagai petani dan nelayan," kata Heroaldi di Pontianak, Sabtu.
Dia menyebutkan bahwa sekitar 70 persen masyarakat Sambas bekerja sebagai petani, sementara enam kecamatan di wilayah pesisir seperti Selakau, Sejangkung, Pemangkat, Jawai, dan Paloh didominasi oleh masyarakat nelayan yang sangat bergantung pada bahan bakar minyak (BBM) untuk menjalankan mesin kapal dan alat pertanian.
"Alat Konverter Kit yang ditemukan pak Amin ini benar-benar menjamin kemudahan bagi masyarakat dan penggunaannya bisa mengurangi 70 persen pengeluaran mereka. Ini bukan sekadar klaim, tapi hasil uji efisiensi energi yang telah terbukti," ujar Heroaldi, Jumat.
Konverter kit ABG memungkinkan mesin berbahan bakar bensin atau pertalite dapat beroperasi secara hibrida dengan gas, menjadikan konsumsi bahan bakar jauh lebih hemat. Sebagai contoh, jika biasanya genset memerlukan 1 liter pertalite untuk 1 jam penerangan, maka dalam satu malam masyarakat memerlukan 12 liter. Dengan konverter kit ini, kebutuhan bahan bakar bisa ditekan drastis.
"Bayangkan betapa besar manfaatnya bagi petani kita yang menggunakan pompa air atau genset untuk keperluan irigasi. Demikian juga untuk nelayan yang harus membeli BBM mahal untuk mesin perahunya. Dengan konverter ini, mereka bisa berhemat dan meningkatkan hasil usahanya," kata Heroaldi.
Meski demikian, ia mengakui bahwa implementasi teknologi ini secara luas belum bisa dilakukan tahun ini karena keterbatasan anggaran dan masa transisi jabatan. Namun Pemkab Sambas telah mulai mendata jumlah petani dan nelayan penerima manfaat agar upaya ini dapat direalisasikan pada tahun anggaran berikutnya.
"Saya baru menjabat, jadi masih melihat celah kebijakan. Tapi saya ingin Sambas jadi daerah pertama di Kalbar yang benar-benar memanfaatkan teknologi ini. Sekarang kami fokus mendata potensi, agar tahun depan bisa direalisasikan," kata Guru Besar perguruan Kijang Berantai ini.
Heroaldi juga menekankan bahwa teknologi ini harus menjadi kebanggaan Kalbar, bukan malah dimanfaatkan lebih dulu oleh daerah lain. "Teknologi ini karya anak Kalbar, sudah saatnya kita menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Jangan sampai daerah lain yang lebih dulu merasakan manfaatnya sementara Kalbar hanya jadi penonton," tegasnya.
Wakil Bupati Sambas berharap Gubernur Kalimantan Barat dapat mendukung penuh penerapan teknologi ini di seluruh wilayah Kalbar. Menurutnya, langkah konkret dari pemerintah provinsi sangat dibutuhkan agar teknologi lokal ini mendapat tempat dan memberikan manfaat luas bagi masyarakat.
"Sudah diuji, sudah terbukti, bahkan diakui ITB. Sekarang tinggal kemauan dan keberpihakan kita kepada teknologi lokal. Saya optimistis, dengan kerja sama semua pihak, teknologi ABG ini akan menjadi solusi energi yang mendorong kemajuan petani dan nelayan di Kalbar," pungkas Heroaldi.
Sebagai informasi, teknologi Konverter Kit ABG merupakan karya Amin Suwarno, inovator energi asal Kalbar yang baru-baru ini menerima penghargaan dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Amin dianugerahi predikat Mitra Dharma Pengabdian kepada Masyarakat dari Kelompok Keahlian Sistem Manufaktur ITB untuk periode 2013–2025 atas kontribusinya dalam pengembangan dan penerapan teknologi konversi energi yang hemat dan ramah lingkungan.
Guru Besar Fakultas Teknologi Industri ITB, Prof. Dr. Ir. Anas Ma'ruf, MT, menjelaskan bahwa konverter kit ABG memungkinkan mesin berbasis BBM bekerja secara hibrida menggunakan gas dan bensin secara bergantian, tergantung kebutuhan. Penggunaannya mampu menekan biaya operasional hingga 70 persen, jauh lebih unggul dibandingkan teknologi impor dari Eropa dan Jepang.
"Teknologi ini telah masuk generasi kesembilan dan setiap versinya menunjukkan peningkatan signifikan dalam hal efisiensi dan kestabilan pembakaran," kata Prof. Anas.
Ia menambahkan bahwa keunggulan konverter ABG tidak hanya pada efisiensi ekonomi, tapi juga dampak lingkungannya.
"Konverter ini mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan menekan emisi gas buang. Ini adalah solusi nyata yang bisa mendukung transisi energi bersih di daerah," katanya.