Pontianak (Antaranews Kalbar) - Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji meminta lembaga keuangan dan perbankan khususnya di Kalbar, bisa melakukan "perang" suku bunga untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap perbankan dan sektor jasa keuangan lainnya.
"Saya minta agar lembaga keuangan di Indonesia dan Kalbar khususnya bisa melakukan perang suku bunga untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap perbankan dan sektor jasa keuangan lainnya," kata Sutarmidji, usai menghadiri peresmian gedung OJK Kalbar di Pontianak, Selasa.
Dia mencontohkan sebagian besar masyarakat di luar negeri mengurangi akses perbankan konvensional untuk meningkatkan dan investasi keuangan mereka. Mereka sudah lebih mengakses pada pasar modal.
"Untuk bunga perbankan di luar negeri, seperti Hongkong, Singapura, Malaysia, Thailand dan beberapa negara lainnya itu jauh sekali di bawah kita, bisa sepertiga atau malah seperempat di bawah bunga perbankan di Indonesia," tuturnya.
Baca juga: OJK Kalbar awasi transaksi mencurigakan jelang pelaksanaan pemilu
Untuk bunga pinjaman pada perbankan di Singapura, misalnya bisa mencapai 2 persen. Sementara di Indonesia masih kisaran 12 sampai 18 persen, sehingga ini jelas mempengaruhi kemampuan dan kemauan masyarakat untuk mengakses perbankan dalam memenuhi pinjaman mereka.
"Bank-bank luar negeri berani mengambil resiko yang besar, namun mereka memiliki sistem dan kehati-hatian yang cukup baik juga. Untuk itu, perlu ada evaluasi terhadap jasa keuangan yang ada di Indonesia agar kita tidak kalah saing dengan industri perbankan dari luar," katanya.
Menurutnya, sektor jasa keuangan dan perbankan di negara ini harus bisa berkompetisi dengan perbankan luar, agar tingkat kemampuan masyarakat untuk mengakses sektor jasa keuangan bisa semakin meningkat.
"Lembaga perbankan serta sektor jasa keuangan lainnya harus bisa benar-benar menjalankan fungsinya dalam menghimpun atau memobilisasi dana yang menganggur dari masyarakat dan perusahaan-perusahaan kemudian disalurkan ke dalam usaha-usaha yang produktif untuk berbagai sektor ekonomi seperti pertanian, pertambangan, perindustrian, pengangkutan, perdagangan dan jasa-jasa lainnya akan meningkatkan pendapatan nasional dan pendapatan masyarakat," katanya.
Baca juga: Perkembangan industri asuransi kian baik
Pada kesempatan itu, dia juga menambahkan kredit bank mempunyai peranan yang sangat penting karena turut menentukan pembagian pendapatan masyarakat.
Kredit merupakan sarana yang ampuh bagi mereka yang memperolehnya, sebab dengan memperoleh kredit seseorang dapat menguasai faktor-faktor produksi untuk kegiatan usahanya.
"Makin besar kredit yang diperoleh, makin besar pula faktor produksi yang dikuasai, sehingga makin besar pula bagian pendapatan masyarakat yang dapat diraihnya, sehingga suku bunga jelas sangat berperan dalam hal ini," kata mantan Wali Kota Pontianak itu.
Baca juga: Waspadai investasi bodong via internet
Selain itu, lanjutnya, ketergantungan dunia usaha sektor riil terhadap sektor perbankan tampaknya semakin tinggi.
Usaha apapun, baik dalam bidang industri, perdagangan, jasa, konstruksi, pertambangan, pertanian, dan sebagainya amat tergantung pada pembiayaan dari bank.
"Berbagai proyek investasi dalam lingkup dan skala apapun sering menggunakan dana perbankan, yakni dalam bentuk kredit atau pinjaman. Sudah tentu berbagai usaha atau investasi tersebut harus memberikan keuntungan yang memadai, paling tidak dapat menutupi biaya produksi dan membayar pinjaman bank dan bunganya," kata Sutarmidji.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018
"Saya minta agar lembaga keuangan di Indonesia dan Kalbar khususnya bisa melakukan perang suku bunga untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap perbankan dan sektor jasa keuangan lainnya," kata Sutarmidji, usai menghadiri peresmian gedung OJK Kalbar di Pontianak, Selasa.
Dia mencontohkan sebagian besar masyarakat di luar negeri mengurangi akses perbankan konvensional untuk meningkatkan dan investasi keuangan mereka. Mereka sudah lebih mengakses pada pasar modal.
"Untuk bunga perbankan di luar negeri, seperti Hongkong, Singapura, Malaysia, Thailand dan beberapa negara lainnya itu jauh sekali di bawah kita, bisa sepertiga atau malah seperempat di bawah bunga perbankan di Indonesia," tuturnya.
Baca juga: OJK Kalbar awasi transaksi mencurigakan jelang pelaksanaan pemilu
Untuk bunga pinjaman pada perbankan di Singapura, misalnya bisa mencapai 2 persen. Sementara di Indonesia masih kisaran 12 sampai 18 persen, sehingga ini jelas mempengaruhi kemampuan dan kemauan masyarakat untuk mengakses perbankan dalam memenuhi pinjaman mereka.
"Bank-bank luar negeri berani mengambil resiko yang besar, namun mereka memiliki sistem dan kehati-hatian yang cukup baik juga. Untuk itu, perlu ada evaluasi terhadap jasa keuangan yang ada di Indonesia agar kita tidak kalah saing dengan industri perbankan dari luar," katanya.
Menurutnya, sektor jasa keuangan dan perbankan di negara ini harus bisa berkompetisi dengan perbankan luar, agar tingkat kemampuan masyarakat untuk mengakses sektor jasa keuangan bisa semakin meningkat.
"Lembaga perbankan serta sektor jasa keuangan lainnya harus bisa benar-benar menjalankan fungsinya dalam menghimpun atau memobilisasi dana yang menganggur dari masyarakat dan perusahaan-perusahaan kemudian disalurkan ke dalam usaha-usaha yang produktif untuk berbagai sektor ekonomi seperti pertanian, pertambangan, perindustrian, pengangkutan, perdagangan dan jasa-jasa lainnya akan meningkatkan pendapatan nasional dan pendapatan masyarakat," katanya.
Baca juga: Perkembangan industri asuransi kian baik
Pada kesempatan itu, dia juga menambahkan kredit bank mempunyai peranan yang sangat penting karena turut menentukan pembagian pendapatan masyarakat.
Kredit merupakan sarana yang ampuh bagi mereka yang memperolehnya, sebab dengan memperoleh kredit seseorang dapat menguasai faktor-faktor produksi untuk kegiatan usahanya.
"Makin besar kredit yang diperoleh, makin besar pula faktor produksi yang dikuasai, sehingga makin besar pula bagian pendapatan masyarakat yang dapat diraihnya, sehingga suku bunga jelas sangat berperan dalam hal ini," kata mantan Wali Kota Pontianak itu.
Baca juga: Waspadai investasi bodong via internet
Selain itu, lanjutnya, ketergantungan dunia usaha sektor riil terhadap sektor perbankan tampaknya semakin tinggi.
Usaha apapun, baik dalam bidang industri, perdagangan, jasa, konstruksi, pertambangan, pertanian, dan sebagainya amat tergantung pada pembiayaan dari bank.
"Berbagai proyek investasi dalam lingkup dan skala apapun sering menggunakan dana perbankan, yakni dalam bentuk kredit atau pinjaman. Sudah tentu berbagai usaha atau investasi tersebut harus memberikan keuntungan yang memadai, paling tidak dapat menutupi biaya produksi dan membayar pinjaman bank dan bunganya," kata Sutarmidji.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018