Putussibau (Antaranews Kalbar) - Desa Suka Maju, Kecamatan Mentebah, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat(Kalbar) saat ini sedang mengembangkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan membentuk industri keluarga dalam pengelolaan produk unggulan tepung mocaf dan tapioka.

"Sudah ada lima industri keluarga yang mengelola tepung tapioka dibawa binaan Bumdes dari dana desa (DD)," kata Kepala Desa Suka Maju, Sabri, kepada Antara di Putussibau, Jumat.

Menurut dia, Desa Suka Maju sudah memiliki pabrik mini pengolahan tepung dari ubi kayu yang bisa diolah menjadi tepung mocaf dan tepung tapioka yang dibantu dari pemerintah.

Ia mengatakan, untuk mengembangkan produk unggulan tersebut melalui DD, kemudian dibentuklah Bumdes dengan penyertaan modal sebesar Rp50 juta pada 2018.

"Alhamdulillah, Bumdes itu berkembang lagi terbentuklah industri keluarga," ujar Sabri.

Saat ini, menurut dia, dari lima industri keluarga itu bisa memproduksi sekitar lima ton tepung tapioka setiap minggunya, dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pengguna tepung tapioka di Kecamatan Mentebah.

"Jadi tepung tapioka itu banyak dibeli oleh masyarakat yang mempunyai usaha juga membuat kerupuk basah yang merupakan makanan khas Kapuas Hulu," katanya.

Sabri mengemukakan, penduduk Desa Suka Maju sebanyak 2.339 jiwa dan masyarakat sangat antusias mengembangkan industri keluarga dan sudah ada sekitar 70 hektar lahan ubi kayu bahan mentah tepung tapioka siap dipanen.

Lebih lanjut, dia menjelaskan, dalam pengolahan tepung tapioka itu, pelaku industri keluarga membeli bahan mentah berupa ubi kayu dari petani masyarakat setempat, sehingga perputaran ekonomi begitu cepat.

Pada 2019, kata Sabri, rencananya akan menambah penyertaan modal kepada Bumdes, namun hal tersebut harus melalui musyawarah di tingkat desa dengan melibatkan masyarakat secara terbuka.

"Kehadiran DD itu luar biasa membantu masyarakat, pembangunan di desa maju dan pertumbuhan ekonomi masyarakat berkembang," ujarnya.

Dia mengemukakan, Desa Suka Maju pada 2017 mendapatkan DD sebesar Rp1,3 miliar yang diperuntukkan pembangunan fisik di desa seperti rambat beton jalan dan jembatan.

Kemudian pada 2018, Desa Suka Maju mendapatkan DD sebesar Rp1,25 miliar , di mana sasaran penggunaannya lebih terfokus kepada pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan sumber daya manusia.

"Pembangunan fisik sudah selesai dan kami memprioritaskan penggunaan DD untuk pemberdayaan," kata Sabri.

Dia berharap, DD terus mengalir ke desa agar masyarakat bisa mengembangkan diri menjadi desa mandiri.

"Target kami memang desa Suka Maju dapat mandiri melalui pengembangan produk unggulan yang ada dan di desa terus meminta pendamping serta pembinaan dari pemerintah melalui instansi teknis seperti pertanian dan perkebunan," ujar Sabri.

Sedangkan, Bupati Kapuas Hulu, Abang Muhammad Nasir pernah mengatakan salah satu produk unggulan yaitu tepung mocaf dan tapioka yang dikembangkan di Desa Suka Maju sudah memiliki pabrik mini.  "Produk unggulan itu akan terus dikembangkan karena sangat berpotensi untuk kesejahteraan masyarakat,"katanya.

Hanya saja kendala saat ini, kita harus meningkatkan kualitas tepung serta bahan mentahnya yaitu ubi kayu harus sudah siap.  Menurut Nasir, Pemerintahan Daerah akan terus mendorong pengembangan tepung mocaf dan tepung tapioka itu, potensinya luar biasa apalagi Kapuas Hulu berbatasan langsung dengan negara Malaysia.  Dia berpesan kepada seluruh kepala desa untuk dapat memanfaatkan DD untuk kepentingan masyarakat dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi sehingga masyarakat mampu bersaing secara nasional dan global.

"Kapuas Hulu akan menargetkan desa mandiri melalui DD. Selain itu masyarakat juga harus mampu membaca peluang usaha sesuai potensi di masing - masing desa," ujar Bupati.



Alex Sariwating

(T.KR-TFT/B/L005/C/L005) 23-11-2018 14:13:32

Pewarta: Teofilusianto Timotius

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018