Pontianak (Antaranews Kalbar) - Pemerintah Kota Pontianak akan membangun TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah di kawasan Batu Layang dengan konsep wisata edukasi dan produktif.
"TPA produktif artinya di sini juga memproduksi kompos, gas metan dan memilah sampah plastik yang masih bisa dimanfaatkan. Dengan demikian TPA Batu Layang ini bisa menjadi objek wisata edukasi dalam hal pengelolaan sampah," kata Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono, di Pontianak, Sabtu.
Ia menjelaskan, pihaknya juga akan menjadikan kawasan TPA di Batu Layang menjadi kebun buah-buahan sehingga anggapan masyarakat terhadap TPA tidak lagi hanya sebagai tempat yang kotor dan bau, tetapi justru menarik minat mereka untuk melihat konsep TPA yang berbeda dari TPA umumnya itu.
"Banyak proposal yang sudah masuk untuk pengelolaan sampah di TPA, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTS), serta pemanfaatan larva dan cacing yang bisa dipakai untuk pakan ternak ikan, yang semuanya memerlukan sumber daya manusia(SDM) dan biaya yang cukup besar," ujar Edi.
Ia mengemukakan, Pemkot Pontianak pada 2019 mengalokasikan anggaran untuk penataan lanjutan pembangunan infrastruktur di TPA Batu Layang sebesar Rp10 miliar.
"Ke depan juga akan melanjutkan pembangunan bak naturasi untuk pengolahan air lindi (limbah) dan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), termasuk insinerator untuk memusnahkan zat-zat berbahaya," katanya.
Edi menyatakan, luas lahan TPA Batu Layang saat ini sekitar 30 hektare dan akan diperluas lagi hingga menjadi 50 hektare. Dengan luas areal TPA yang ada ini diharapkan bisa menampung sampah hingga di atas 100 tahun ke depannya.
Hal itu, menurut dia, bisa terwujud apabila PLTS sudah terealisasi, apalagi dengan adanya mesin pemilah sampah.
"Kami juga akan memulai dari hulunya, atau dari rumah tangga. Artinya, sampah-sampah itu sudah dipilah dari asalnya atau dari rumah tangga," ujar Edi.
Pengelolaan sampah saat ini tidak hanya terpusat di TPA Batu Layang saja, tetapi tersebar di beberapa kecamatan seperti salah satunya yang ada di Jalan Purnama II.
Pemkot Pontianak juga akan membangun bank sampah induk sebagai salah satu upaya mengurai sampah tersebut.
Volume sampah yang dibuang ke TPA rata-rata sebanyak 350-400 ton per hari. Namun ada saat-saat tertentu, misalnya musim buah atau musim hujan, jumlahnya membludak dari biasanya sehingga air lindinya mencemari lingkungan sekitar.
"Bahkan, bukan tidak mungkin, saat musim kemarau terjadi kebakaran lahan di areal TPA. Oleh sebab itu, kita serius untuk menangani TPA ini menjadi TPA dengan konsep pengurukan sanitasi sebagaimana yang direkomendasikan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan," tandas Edi.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019
"TPA produktif artinya di sini juga memproduksi kompos, gas metan dan memilah sampah plastik yang masih bisa dimanfaatkan. Dengan demikian TPA Batu Layang ini bisa menjadi objek wisata edukasi dalam hal pengelolaan sampah," kata Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono, di Pontianak, Sabtu.
Ia menjelaskan, pihaknya juga akan menjadikan kawasan TPA di Batu Layang menjadi kebun buah-buahan sehingga anggapan masyarakat terhadap TPA tidak lagi hanya sebagai tempat yang kotor dan bau, tetapi justru menarik minat mereka untuk melihat konsep TPA yang berbeda dari TPA umumnya itu.
"Banyak proposal yang sudah masuk untuk pengelolaan sampah di TPA, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTS), serta pemanfaatan larva dan cacing yang bisa dipakai untuk pakan ternak ikan, yang semuanya memerlukan sumber daya manusia(SDM) dan biaya yang cukup besar," ujar Edi.
Ia mengemukakan, Pemkot Pontianak pada 2019 mengalokasikan anggaran untuk penataan lanjutan pembangunan infrastruktur di TPA Batu Layang sebesar Rp10 miliar.
"Ke depan juga akan melanjutkan pembangunan bak naturasi untuk pengolahan air lindi (limbah) dan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), termasuk insinerator untuk memusnahkan zat-zat berbahaya," katanya.
Edi menyatakan, luas lahan TPA Batu Layang saat ini sekitar 30 hektare dan akan diperluas lagi hingga menjadi 50 hektare. Dengan luas areal TPA yang ada ini diharapkan bisa menampung sampah hingga di atas 100 tahun ke depannya.
Hal itu, menurut dia, bisa terwujud apabila PLTS sudah terealisasi, apalagi dengan adanya mesin pemilah sampah.
"Kami juga akan memulai dari hulunya, atau dari rumah tangga. Artinya, sampah-sampah itu sudah dipilah dari asalnya atau dari rumah tangga," ujar Edi.
Pengelolaan sampah saat ini tidak hanya terpusat di TPA Batu Layang saja, tetapi tersebar di beberapa kecamatan seperti salah satunya yang ada di Jalan Purnama II.
Pemkot Pontianak juga akan membangun bank sampah induk sebagai salah satu upaya mengurai sampah tersebut.
Volume sampah yang dibuang ke TPA rata-rata sebanyak 350-400 ton per hari. Namun ada saat-saat tertentu, misalnya musim buah atau musim hujan, jumlahnya membludak dari biasanya sehingga air lindinya mencemari lingkungan sekitar.
"Bahkan, bukan tidak mungkin, saat musim kemarau terjadi kebakaran lahan di areal TPA. Oleh sebab itu, kita serius untuk menangani TPA ini menjadi TPA dengan konsep pengurukan sanitasi sebagaimana yang direkomendasikan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan," tandas Edi.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019