Wakil Bupati Sintang Askiman menyatakan Pemkab Sintang terbuka menerima masukan dan kritikan untuk membangun pemerintahan yang terbuka.
"Program baik harus didukung oleh masyarakat, dan program yang tidak baik dan tidak dilaksanakan dengan maksimal oleh Pemkab Sintang harus dikritik oleh masyarakat," katanya.
Termasuk program Peningkatan dan Pemberdayaan Ekonomi masyarakat (P2EMAS) yang dibuat dengan maksud mau membangun pertahanan ekonomi masyarakat yang kuat sehingga disaat harga karet dan sawit turun, masyarakat sudah memiliki usaha alternatif lain. Yang langsung dibantu soal pendanaan dan pendampingan.
Tahun 2018 lalu Pemkab Sintang sudah menetapkan 14 kecamatan dan 14 desa sebagai desa percontohan pengembangan ekonomi masyarakat. Tahun 2018 sudah ada 7 desa  yang sudah dibantu dan mulai berkembang seperti pengembangan lada, tenun ikat, kerajinan rotan, tanaman holtikultura, cabe, ternak lele, kerajinan kayu ulin, ikan keramba, kambing, dan padi sawah.
"Desa tersebut kami bantu dana dan kami dampingi secara terus menerus melalui tenaga pendamping P2Emas. Masalah sekarang memang pada pemasaran dan kami siap bantu mempromosikan hasil tersebut. Kami akan terus bina dan bantu melalui OPD dan tenaga pendamping, termasuk packaging nya. Kami akan terus perkuat sampai kelompok dan jenis usaha tersebut bisa maju. Kami akan berikan bantuan dan pendampingan secara berkelanjutan. Setelah berhasil, kami akan bantu sampai proses seritfikasi halal nya juga,” terang Askiman.
Kadis Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Sintang Zulkarnaen menyatakan pihaknya sudah membantu satu desa yakni Desa Solam Raya di tahun 2018 yang sudah maju dan mandiri.
"Di tahun 2019 kami bantu dua desa di Ulak Jaya dan Nanga Tempunak. Dulu bibit harus didatangkan dari pulau Jawa. Sekarang bibit sudah siap dari Sintang dengan kualitas bibit yang sama dengan pulau Jawa. Kami bantu bibit dan waring serta pendampingan langsung dan ruti," terang Zulkarnaen.
Kadis Perindagkop dan UKM Sudirman menyampaikan tahun 2018 yang lalu pernah membantu dua desa yakni di Mentajoi dengan pengrajin rotan dan Ensaid Panjang dengan pengrajin tenun ikat.
"Kami membina pembuat tenun ikat yang sekarang sudah bisa memasarkan tenun ikat secara online dan kami berikan pelatihan khusus bagi mereka. Silakan masyarakat dimana saja berada untuk memesan dan membeli hasil kerajinan tenun ikat ini secara online sehingga kami yakin bahwa tenun ikat ini akan terus berkembang. Bahkan para pembeli dari luar negeri juga sudah ada. Para pengrajin di Desa Umin juga kami bantu dan berikan pendampingan selama ini. Kami juga terus mendorong agar tingkat produksi tenun ikat ini bisa stabil dan lebih banyak sehingga mampu memenuhi kebutuhan pembeli. Hingga sekarang ada 15 kelompok pengrajin tenun ikat dengan jumlah pengrajin 300 orang. Para perajin rotan juga kami berikan pelatihan sampai menjadi sebuah meubel yang utuh dan siap jual," kata Sudirman.
Arif Setyabudi Kepala Seksi Pengembangan dan Produksi Perkebunan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Sintang menyampaikan sudah memprogramkan diversifikasi usaha masyarakat. "Kami mendorong peningkatan produktivitas dengan memberikan bantuan bibit unggul. Kemudian kami juga akan memberikan pembinaan untuk peningkatan kualitasnya. Kami sudah memberikan pendampingan beberapa sentra penghasil kopi dan lada sebagai percontohan,"ujar Arif Setyabudi.
Sri Rosmawati Sekretaris Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Sintang menyampaikan ada peluang produk unggulan Sintang untuk menjual produknya ke luar Sintang dengan bermitra dengan pihak ketiga yang mulai dirintis melalui organisasi Lingkar Temu Kabupaten Lestari. Tentu untuk bisa melakukan ini harus memenuhi syarat tertentu, kualitas dan kuantitas memang harus dipenuhi.
Yustinus Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sintang menjelaskan bahwa Sanggar Kegiatan Belajar bisa membantu memberikan pelatihan dan kursus bagi para pengrajin pada desa yang sudah memiliki produk unggulan sehingga sumber daya manusia semakin baik. SKB yang di Sungai Ukoi yang dimiliki sudah memenuhi standar. "Kita akan dorong untuk jemput bola memberikan pelatihan dan kursus kepada para pengrajin," kata dia.
Astiana Tandisau salah satu tenaga pendamping P2EMAS menyampaikan bahwa tahun 2018 ada 7 desa yang sudah dibantu dana dan pendampingan langsung. Pada tahun 2019 ini 7 desa tersebut akan dilanjutkan bantuannya dan ada tambahan 7 desa lagi yang baru mulai dibantu dan dibina.
"Karena 14 desa ini desa percontohan, maka desa lain di Sintang silakan belajar dengan desa yang sudah kita bantu tersebut," terang Astiana Tandisau.
Dalam dialog interaktif tersebut, ada tiga pendengar RRI Sintang yang menelpon dan berdialog dengan Wakil Bupati Sintang yakni Ngatiyem di Nanga Jetak mengeluhkan harga karet yang memang sudah lama turun. Didi dari Sungai Tebelian juga menyampaikan keluhan soal harga karet dan sawit. Amir dari Sintang yang menanyakan pengembangan potensi lada di perbatasan.
Wakil Bupati Sintang menyampaikan bahwa pemerintah pusat sudah memprogramkan akan membeli karet masyarakat dengan harga Rp10.500 per kilogram sebagai campuran aspal. Mudah-mudahan program ini bisa berjalan karena untuk Pemkab Sintang tidak bisa ikut camput membantu meningkatkan harga karet.
"Pesan saya petani karet tetap jaga kebun dan jaga kualitas kulatnya jangan sampai kalah kualitasnya dengan karet dari Thailand dan Malaysia. Begitu juga sawit mengalami masalah di eropa yang mengkritisi dampak lingkungan. Maka kita harus mulai melirik hilirisasi produk sawit. Saya tidak bosan untuk terus mendorong masyarakat Kabupaten Sintang untuk menambah jenis tanaman bernilai ekonomi yang lain selain karet dan sawit," kata Askiman.
Masyarakat Sintang juga diminta memulai menanam tanaman lain seperti kopi dan kakau. "Kami akan bantu bibit dan pendampingan bagi masyarakat yang mau menanam dan mengembangkan kopi dan kakau. Soal lada di perbatasan, kami sudah melakukan penelitian terhadap serangan hama yang terjadi akhir-akhir ini di perbatasan. Hasil sementara disebabkan oleh virus yang ada di bibit dan pupuk yang dipasok para petani dari Malaysia. Saat ini lada putih dibeli dengan harga 50 ribu per kilogram. Kalau mau meningkatkan harga lada, maka saya minta petani meningkatkan kualitas ladanya," ujar Askiman.
Wakil Bupati Sintang menjelaskan jika usaha sudah berkembang kami akan membantu pengurusan izin industri rumah tangga ke Dinas Kesehatan, BPOM dan sertifikasi halal. Memang pengurusan izin industri ini sulit namun akan kami bantu dan dampingi.
"Kami tidak hanya membantu 14 desa saja, tetapi kami minta 391 desa dan 16 kelurahan juga segera bergerak membuat produk unggulannya. Saya juga minta OPD dan para tenaga pendamping P2EMAS bisa terus bekerja membantu dan membina masyarakat," kata Askiman.


 

Pewarta: Tantra

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019