Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno melakukan peletakan batu pertama untuk pembangunan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Kabupaten Mempawah, Kalbar. Ini merupakan proyek sinergi BUMN Holding Industri Pertambangan, yakni PT Inalum dan PT Antam.
Dalam sambutannya, Menteri Rini menekankan bahwa hilirisasi produk tambang menjadi penting mengingat selama ini bauksit diekspor dalam bentuk mentah. Sementara itu, Indonesia juga masih mengimpor alumina dari Australia.
"Selama ini bauksit diekspor kemudian pabrik Inalum di Sumatra Utara impor alumina baru. Kalau nanti pabrik Mempawah sudah bisa produksi alumina, kita tidak perlu impor lagi. Produksi bauksit sampai aluminium semua dari Indonesia, kita tidak butuh orang luar lagi," kata Rini pada pencanangan pembangunan SGAR di Sungai Kunyit, Mempawah, Kalimantan Barat, Kamis.
Pembangunan proyek SGAR diharapkan bisa meningkatkan nilai tambah produk tambang Indonesia, mengurangi impor alumina, menciptakan lapangan kerja baru, serta berdampak besar bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di daerah.
Pembangunan SGAR Mempawah ini membutuhkan biaya investasi sebesar 850 juta dolar AS dengan proporsi kepemilikan saham 60 persen Inalum dan 40 persen Antam
Pabrik pemurnian grade alumina ini ditargetkan mulai berproduksi pada kuartal-I 2022 dan mampu menyerap tenaga kerja sampai 750 karyawan.
Fasilitas pengolahan ini rencananya memiliki kapasitas produksi sampai 2 juta ton alumina per tahun. Dalam tahap pertama yang ditandai dengan pencanangan pembangunan hari ini, SGAR Mempawah memiliki kapasitas produksi 1 juta ton per tahun dengan kebutuhan bijih bauksit 6 juta wmt per tahun.
Proyek SGAR Mempawah juga diharapkan memenuhi kebutuhan alumina sebagai bahan baku aluminium yang dibutuhkan Inalum sebesar 500.000 ton per tahun.
Ada pun Menteri Rini hadir didampingi Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin, Direktur Utama Antam Arie Ariotedjo dan Ketua DPD RI Oesman Sapta Odang.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019
Dalam sambutannya, Menteri Rini menekankan bahwa hilirisasi produk tambang menjadi penting mengingat selama ini bauksit diekspor dalam bentuk mentah. Sementara itu, Indonesia juga masih mengimpor alumina dari Australia.
"Selama ini bauksit diekspor kemudian pabrik Inalum di Sumatra Utara impor alumina baru. Kalau nanti pabrik Mempawah sudah bisa produksi alumina, kita tidak perlu impor lagi. Produksi bauksit sampai aluminium semua dari Indonesia, kita tidak butuh orang luar lagi," kata Rini pada pencanangan pembangunan SGAR di Sungai Kunyit, Mempawah, Kalimantan Barat, Kamis.
Pembangunan proyek SGAR diharapkan bisa meningkatkan nilai tambah produk tambang Indonesia, mengurangi impor alumina, menciptakan lapangan kerja baru, serta berdampak besar bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di daerah.
Pembangunan SGAR Mempawah ini membutuhkan biaya investasi sebesar 850 juta dolar AS dengan proporsi kepemilikan saham 60 persen Inalum dan 40 persen Antam
Pabrik pemurnian grade alumina ini ditargetkan mulai berproduksi pada kuartal-I 2022 dan mampu menyerap tenaga kerja sampai 750 karyawan.
Fasilitas pengolahan ini rencananya memiliki kapasitas produksi sampai 2 juta ton alumina per tahun. Dalam tahap pertama yang ditandai dengan pencanangan pembangunan hari ini, SGAR Mempawah memiliki kapasitas produksi 1 juta ton per tahun dengan kebutuhan bijih bauksit 6 juta wmt per tahun.
Proyek SGAR Mempawah juga diharapkan memenuhi kebutuhan alumina sebagai bahan baku aluminium yang dibutuhkan Inalum sebesar 500.000 ton per tahun.
Ada pun Menteri Rini hadir didampingi Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin, Direktur Utama Antam Arie Ariotedjo dan Ketua DPD RI Oesman Sapta Odang.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019