Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi VII DPR RI Abdul Kadir Kading mengemukakan mengenai pentingnya meningkatkan sinergi antara BUMN, khususnya antara BUMN Inalum dan PLN, dalam rangka meningkatkan produksi aluminium domestik.
"Jadi sekarang ini produksi Inalum 250 ribu ton sementara kebutuhan seluruh Indonesia sekitar 700 ribu ton per tahun, artinya masih ada kebutuhan sekitar 500 ribu ton," kata Abdul Kadir Kading dalam rilis di Jakarta, Senin.
Menurut dia, agar Indonesia bisa merdeka dari impor aluminium, maka diperlukan peningkatan produksi aluminium dalam negeri.
Pasalnya, menurut dia, potensi bauksit di Indonesia sangat besar yakni nomor enam sedunia sehingga sebenarnya mengartikan bahwa Indonesia mampu memproduksi dan memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa harus impor.
Untuk itu, politisi Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa itu menilai perlunya kerja sama antar BUMN terkait. Misalnya seperti yang terjadi di PT Inalum (Persero), salah satu perusahaan BUMN yang bergerak di bidang industri peleburan aluminium tersebut, memerlukan dukungan tambahan energi listrik untuk dapat meningkatkan produksinya.
"Memperbesar produksi ini kuncinya adalah di powernya energi di pembakarannya dan sebagainya dari PLN oleh karena itu kita akan dorong PLN, Inalum, BUMN untuk melakukan percepatan," sebutnya.
Ia menyatakan agar ke depan Indonesia dapat segera merdeka dari impor aluminium bahkan bila perlu melaksanakan ekspor aluminium ke depannya.
Abdul Kadir mengungkapkan Komisi VII DPR RI rencananya akan membentuk tim yang bertugas untuk mengawal percepatan peningkatan produksi aluminium.
Sebagaimana diwartakan, PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum), yang merupakan bagian dari BUMN Holding Industri Pertambangan, MIND ID, berkomitmen mengembangkan klaster industri aluminium nasional melalui anak usahanya PT Indonesia Alumunium Alloy (IAA).
Direktur Operasi dan Portfolio MIND ID Danny Praditya mengatakan perusahaan akan memproduksi billet aluminium sekunder berkapasitas cetak 50.000 ton per tahun secara bertahap dan berbagai produk aluminium ekstrusi sebagai produk turunan.
“Inisiatif peningkatan nilai tambah dari proses pengolahan aluminium ini berperan strategis untuk mengembangkan klaster industri aluminium di Indonesia. Peningkatan kapasitas sebesar 50.000 ton per tahun mendukung pemenuhan kebutuhan aluminium dan pengembangan klaster industri aluminium nasional," kata Danny dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Senin (13/12/2021).
Danny menjelaskan inisiatif tersebut ditandai dengan groundbreaking revamping atau Engineering Procurement Contruction (EPC) pabrik peleburan billet aluminium sekunder di Kuala Tanjung, Kabupaten Batu Bara, Sumatra Utara, pada 8 Desember 2021.
Proyek revamp dilakukan oleh kerja sama IAA dengan Konsorsium Kontraktor PT Rekayasa Industri dan KSO Asahan Citra Win. Perusahaan menetapkan target penyelesaian proyek revamp fasilitas produksi billet aluminium dapat beroperasi penuh pada kuartal IV tahun 2022 dengan target pasar baik domestik maupun global.
IAA tidak hanya mengembangkan pada hilirisasi saja, tetapi juga industrialisasi aluminium di masa depan. Dalam produksinya, IAA akan menggunakan bahan baku scrap yang merupakan proses daur ulang dari barang-barang aluminium bekas.
Inalum perlu sinergi dengan PLN untuk tingkatkan produksi aluminium domestik
Senin, 7 Februari 2022 11:23 WIB