Sejumlah orang tua murid di Pontianak mengeluhkan penerapan Sistem Penerimaan Peserta Didik Baru ( PPDB) dengan zonasi.
"Sistem zonasi bisa menghentikan impian pelajar yang bercita-cita ingin mengenyam pendidikan lebih baik. Bukan karena sekolah tidak baik semua, namun kita tahu betul mana sekolah yang berkualitas dan bisa menunjang pendidikan anak-anak kita," ujar satu di antara orang tua murid yang akan melanjutkan sekolah anaknya, Dewi Safitri di Pontianak, Rabu.
Ia menambahkan bahwa selaku orang tua ia hanya bisa mendorong anak-anaknya untuk bisa berprestasi dalam pendidikannya.
"Kekecewaan ini dirasakan oleh banyak orang tua yang merasa anaknya kehilangan hak untuk mengenyam pendidikan lebih baik dan karena hasil yang di dapat dari UAN sangat menggembirakan namun dihalangi kebijakan zonasi," jelas dia.
Ia menyebutkan sistem yang ada pernah diterapkan oleh Wali Kota Pontianak periode Buchari Abdurrahman.
"Apa yang terjadi pada zaman itu beberapa sekolah yang memiliki reputasi A langsung anjlok karena sistem zonasi. Tujuan pemerataan namun di sisi lain seperti diatas," tambah dia
Harusnya nilai UAN tetap menjadi yang utama karena inilah yang membuat semangat siswa untuk bisa menggapai impiannya.
"Kita harap batasan nilai UAN sekolah terbaik tetap menjadi acuan dan porsi tidak terbatas seperti ini. Makanya banyak orang tua yang mengikutsertakan anaknya les tambahan agar nilai akhir bisa sesuai dan masuk sekolah yang baik," terang dia.
Bahkan, menurutnya ada ucapan dari beberapa anak dengan sistem sekarang tidak perlu maksimal belajar.
"Ada siswa mengatakan kalau begitu kita tidak perlu belajar. Tidak perlu dapat nilai bagus di sekolah.Toh pemerintah terapkan aturan daftar sekolah tanpa nilai," ujar dia.
Pada sisi anak-anak yang nilainya yang biasa-biasa saja tidak akan pusing masalah zonasi.
"Bagi mereka tidak berpengaruh. Pintar dan tidak pintar atau nilai bagus atau tidak yang diuntungkan di sistem ini tinggal di lingkungan sekolah favorit. Bisa jadi ada pindah tempat tinggal atau KK. Namun itu bisa menjadi masalah baru lagi," sebut dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019
"Sistem zonasi bisa menghentikan impian pelajar yang bercita-cita ingin mengenyam pendidikan lebih baik. Bukan karena sekolah tidak baik semua, namun kita tahu betul mana sekolah yang berkualitas dan bisa menunjang pendidikan anak-anak kita," ujar satu di antara orang tua murid yang akan melanjutkan sekolah anaknya, Dewi Safitri di Pontianak, Rabu.
Ia menambahkan bahwa selaku orang tua ia hanya bisa mendorong anak-anaknya untuk bisa berprestasi dalam pendidikannya.
"Kekecewaan ini dirasakan oleh banyak orang tua yang merasa anaknya kehilangan hak untuk mengenyam pendidikan lebih baik dan karena hasil yang di dapat dari UAN sangat menggembirakan namun dihalangi kebijakan zonasi," jelas dia.
Ia menyebutkan sistem yang ada pernah diterapkan oleh Wali Kota Pontianak periode Buchari Abdurrahman.
"Apa yang terjadi pada zaman itu beberapa sekolah yang memiliki reputasi A langsung anjlok karena sistem zonasi. Tujuan pemerataan namun di sisi lain seperti diatas," tambah dia
Harusnya nilai UAN tetap menjadi yang utama karena inilah yang membuat semangat siswa untuk bisa menggapai impiannya.
"Kita harap batasan nilai UAN sekolah terbaik tetap menjadi acuan dan porsi tidak terbatas seperti ini. Makanya banyak orang tua yang mengikutsertakan anaknya les tambahan agar nilai akhir bisa sesuai dan masuk sekolah yang baik," terang dia.
Bahkan, menurutnya ada ucapan dari beberapa anak dengan sistem sekarang tidak perlu maksimal belajar.
"Ada siswa mengatakan kalau begitu kita tidak perlu belajar. Tidak perlu dapat nilai bagus di sekolah.Toh pemerintah terapkan aturan daftar sekolah tanpa nilai," ujar dia.
Pada sisi anak-anak yang nilainya yang biasa-biasa saja tidak akan pusing masalah zonasi.
"Bagi mereka tidak berpengaruh. Pintar dan tidak pintar atau nilai bagus atau tidak yang diuntungkan di sistem ini tinggal di lingkungan sekolah favorit. Bisa jadi ada pindah tempat tinggal atau KK. Namun itu bisa menjadi masalah baru lagi," sebut dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019