Nelayan pencari telur ikan terbang di Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar saat ini khawatir terhadap harga telur ikan yang dinilai bisa saja menurun akibat Virus Corona (COVID-19) yang tengah mewabah di berbagai negara.
Seorang nelayan asal Galesong, Syahrir Daeng Beta di Galesong Kabupaten Takalar, Senin (9/3) menyampaikan bukan tidak mungkin harga telur ikan bisa jatuh ke harga terendah karena saat ini hasil laut lainnya juga mengalami harga jual yang rendah, seperti teripang dan rumput laut.
"Was-was pasti karena kita tahu telur ikan ini biasa dikirim ke Korea, China dan Taiwan padahal justru di sana banyak yang terkena virus corona. Pasti susah pengirimannya," katanya.
Dampaknya, kata Daeng Beta, banyak punggawa yang enggan membiayai para nelayan untuk mencari telur ikan terbang atau yang juga biasa disebut "patorani" di kalangan nelayan Makassar.
Hal itu ditengarai, modal yang digunakan untuk sekali berlayar mencari telur ikan bisa memakan biaya sebanyak Rp25 juta hingga Rp50 juta, sesuai dengan tempat berlayar yang dituju.
Bagi sebagian "patorani" di daerah Galesong, tidak sedikit yang mengais rezeki di daerah Maluku seperti Fak-fak, Dobo hingga Tual. Sedangkan yang lainnya berlayar di perairan Sulawesi.
Harga rendah untuk telur ikan "torani" cukup mengkhawatirkan bagi nelayan karena kehadirannya yang musiman, hanya ada sekali setahun dengan jangka waktu antara April hingga Oktober. Sehingga, menjadi hal mutlak bagi nelayan setempat untuk mencari telur ikan, apalagi dengan harganya sangat fantastis per kilogramnya.
"Tahun lalu harga telur ikan torani Rp400 ribu/kg lebih, kita berharap harganya tidak turun seperti teripang dan rumput laut yang susah mendapat pembeli. Semoga tahun ini tambah tinggi," harapnya.
Hal senada juga diungkapkan pedagang telur ikan torani, Hj Kartini. Menurutnya, harga telur ikan tahun ini bisa saja turun, tetapi diharapkan penurunannya tidak begitu signifikan, sebab harga barang sebagai bekal para "patorani" semakin mahal.
"Kan kasian nelayannya, apalagi musimnya cuma sekali setahun. Telur ikan torani jadi kebanggan kita warga Galesong karena tidak semua daerah bisa ada ini, makanya setiap musim kita harapkan harga terus naik," jelasnya.
Sementara itu, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muslim Indonesia, Prof Dr H Mahfud Nur Najamuddin menyampaikan kekhawatiran nelayan Galesong terkait harga telur ikan akibat Covid-19 adalah hal yang wajar.
Menurutnya, secara teori pada dinamika permasalahan sebuah negara, jika sebuah aspek berpengaruh maka tentu juga akan berpengaruh pada aspek lainnya, terutama dalam sektor ekonomi.
"Pasti akan berdampak dengan harga telur ikan ini dan berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia. Terutama nelayan yang mencari karena pasti pendapatannya akan menurun, mungkin bisa jadi ekspornya dikurangi karena wabah virus dari China itu," jelasnya.
Kata dia, Covid-19 sampai saat ini memiliki dampak yang berpengaruh terhadap pendapatan negara secara nasional maupun secara khusus pada beberapa sektor tertentu. Terutama pendapatan devisa negara, akan mengalami penurunan termasuk pendapatan masyarakat.
"Kita harapannya dampak kepada nelayan khususnya pencari telur ikan tidak terlalu besar agar pendapatan masyarakat tidak semakin berkurang," katanya.
Baca juga: Sudah tak ada lagi kapal nelayan China di Laut Natuna
Baca juga: TNI pastikan tak ada kapal China di Natuna
Baca juga: Dirjen KKP tangkap tiga kapal ikan asing di Laut Natuna Utara
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020
Seorang nelayan asal Galesong, Syahrir Daeng Beta di Galesong Kabupaten Takalar, Senin (9/3) menyampaikan bukan tidak mungkin harga telur ikan bisa jatuh ke harga terendah karena saat ini hasil laut lainnya juga mengalami harga jual yang rendah, seperti teripang dan rumput laut.
"Was-was pasti karena kita tahu telur ikan ini biasa dikirim ke Korea, China dan Taiwan padahal justru di sana banyak yang terkena virus corona. Pasti susah pengirimannya," katanya.
Dampaknya, kata Daeng Beta, banyak punggawa yang enggan membiayai para nelayan untuk mencari telur ikan terbang atau yang juga biasa disebut "patorani" di kalangan nelayan Makassar.
Hal itu ditengarai, modal yang digunakan untuk sekali berlayar mencari telur ikan bisa memakan biaya sebanyak Rp25 juta hingga Rp50 juta, sesuai dengan tempat berlayar yang dituju.
Bagi sebagian "patorani" di daerah Galesong, tidak sedikit yang mengais rezeki di daerah Maluku seperti Fak-fak, Dobo hingga Tual. Sedangkan yang lainnya berlayar di perairan Sulawesi.
Harga rendah untuk telur ikan "torani" cukup mengkhawatirkan bagi nelayan karena kehadirannya yang musiman, hanya ada sekali setahun dengan jangka waktu antara April hingga Oktober. Sehingga, menjadi hal mutlak bagi nelayan setempat untuk mencari telur ikan, apalagi dengan harganya sangat fantastis per kilogramnya.
"Tahun lalu harga telur ikan torani Rp400 ribu/kg lebih, kita berharap harganya tidak turun seperti teripang dan rumput laut yang susah mendapat pembeli. Semoga tahun ini tambah tinggi," harapnya.
Hal senada juga diungkapkan pedagang telur ikan torani, Hj Kartini. Menurutnya, harga telur ikan tahun ini bisa saja turun, tetapi diharapkan penurunannya tidak begitu signifikan, sebab harga barang sebagai bekal para "patorani" semakin mahal.
"Kan kasian nelayannya, apalagi musimnya cuma sekali setahun. Telur ikan torani jadi kebanggan kita warga Galesong karena tidak semua daerah bisa ada ini, makanya setiap musim kita harapkan harga terus naik," jelasnya.
Sementara itu, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muslim Indonesia, Prof Dr H Mahfud Nur Najamuddin menyampaikan kekhawatiran nelayan Galesong terkait harga telur ikan akibat Covid-19 adalah hal yang wajar.
Menurutnya, secara teori pada dinamika permasalahan sebuah negara, jika sebuah aspek berpengaruh maka tentu juga akan berpengaruh pada aspek lainnya, terutama dalam sektor ekonomi.
"Pasti akan berdampak dengan harga telur ikan ini dan berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia. Terutama nelayan yang mencari karena pasti pendapatannya akan menurun, mungkin bisa jadi ekspornya dikurangi karena wabah virus dari China itu," jelasnya.
Kata dia, Covid-19 sampai saat ini memiliki dampak yang berpengaruh terhadap pendapatan negara secara nasional maupun secara khusus pada beberapa sektor tertentu. Terutama pendapatan devisa negara, akan mengalami penurunan termasuk pendapatan masyarakat.
"Kita harapannya dampak kepada nelayan khususnya pencari telur ikan tidak terlalu besar agar pendapatan masyarakat tidak semakin berkurang," katanya.
Baca juga: Sudah tak ada lagi kapal nelayan China di Laut Natuna
Baca juga: TNI pastikan tak ada kapal China di Natuna
Baca juga: Dirjen KKP tangkap tiga kapal ikan asing di Laut Natuna Utara
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020