Kekayaan alam yang berlimpah di Kayong Utara membuat banyak penduduknya memanfaatkan tanaman yang tumbuh subur di kabupaten yang berjuluk Tanah Bertuah itu, salah satunya untuk jamu tradisional pasca-persalinan.

Penduduk di kecamatan Simpang Hilir, misalnya, menggunakan tanaman dari famili zingiberaceae, yakni temu-temuan yang juga disebut kurkuma (curcuma).

Tanaman ini seperti jahe yang bahasa latinnya disebut Zingiber officinale, kunyit atau Curcuma dosmetica, dan temu lawak atau Curcuma xanthorrhiza. Kemudian juga ada lengkuas atau Alpinia galanga, kencur atau Kaempferia galanga L, dan lain lain.  

Semua tanaman di atas, merupakan temu-temuan yang biasa digunakan untuk obat-obatan tradisional atau jamu. Temu-temuan ini pula yang kini sedang "naik daun" karena banyak digunakan penduduk Indonesia untuk jamu penangkal Virus Corona. Namun dengan ramuan yang berbeda-beda tergantung daerahnya masing-masing.

Ada yang menggunakan campuran jahe, kencur, dan kunyit. Ada yang menggunakan ramuan jahe, kunyit, dan temu lawak. Atau ramuan lainnya namun tetap dengan bahan-bahan alami itu.

Nah, di masyarakat Simpang Hilir, tanaman tersebut juga digunakan sebagai bahan pembuat jamu. Yakni untuk perawatan pasca-persalinan atau selepas melahirkan. Biasanya untuk perawatan selama 40 hari selepas seorang ibu melahirkan.

Karena setelah melahirkan, kondisi tubuh seorang ibu atau bunda akan melemah dan memerlukan perawatan untuk memulihkannya dengan memenuhi asupan makanan yang baik dan seimbang, serta mengonsumsi jamu-jamuan.

Tidak hanya itu, masa nifas selama 40 hari juga disarankan untuk meminum jamu dari bahan-bahan herbal agar kondisi si ibu cepat pulih kembali setelah habis masa berjuang menyelamatkan buah hatinya.

Sebenarnya, saat ini banyak jamu yang dijual di pasar-pasar yang bisa kita dapatkan dengan mudah dengan harga terjangkau.

Tetapi di kalangan masyarakat Simpang Hilir, lebih memilih membuat sendiri ramuan jamu dengan racikan resep turun-temurun untuk mengembalikan kondisi tubuh setelah melahirkan itu.

Ramuan jamu dari tanaman yang mudah didapat, dengan cepat memulihkan kondisi tubuh dan dijamin tanpa efek samping karena tanpa bahan pengawet.

Secara umum bahan utama yang digunakan masyarakat adalah jahe, kunyit, dan temu lawak, kemudian ditambah bawang putih, cabai jawa, lada, dan cekur.

Seperti diakui salah seorang ibu rumah tangga Saourah yang tinggal di Simpang Hilir mengaku membuat jamu sendiri untuk anaknya pasca-melahirkan dengan beberapa langkah yang mudah.

Pertama menjemur bahan-bahan pilihan tersebut sampai benar-benar kering. Kemudian bahan tersebut digoreng sampai garing,  baru kemudian dihaluskan dengan lesung batu (penumbuk dari batu). Setelah halus, menjadi ramuan yang sudah halus tersebut ditambahkan dengan air hangat dan madu agar tidak terlalu pahit.

"Baru kemudian diminumkan kepada ibu yang baru melakukan persalinan secara rutin selama 40 hari bahkan bisa diminum lebih  dari masa nifas," katanya.

Saourah mengatakan, anaknya sudah melahirkan 3 anak, selama ini pasti kalau sudah melahirkan selalu dibuatkan jamu sendiri yang telah dipersiapkan bahan-bahannya sebelum melahirkan.

Diyakininya, jamu dengan buatan sendiri ini bisa mengembalikan dengan cepat kondisi ibunda pasca-melahirkan. Tidak hanya itu, jamu dengan bahan-bahan alami itu kononnya bisa membuat bentuk tubuh menjadi langsing dan awet muda.

"Sekarang saya sedang membuat ramuan untuk cucu saya yang sedang menunggu masa persalinan," katanya.

Tidak hanya dirinya, rata-rata warga di tempatnya tinggal juga membuat jamu sendiri untuk ibu yang habis melahirkan.

Satu hal yang tak bisa ditinggalkan pula, menurut dia, setelah ramuan dihaluskan, maka kepercayaan dan adat istiadat di daerah itu ramuan itu harus diberi "penawar". Yakni didoakan dengan bacaan khusus oleh seorang sesepuh setempat sebelum diminum ibu pasca-melahirkan.

"Jamu itu juga harus 'ditawar' dulu, supaya ibu cepat sehat dan anaknya tumbuh dengan cepat dan sehat pula," katanya.

Pewarta: Rizal/Nurul

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020