Dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, Dr. H. Munawar, M.Si mengatakan silaturahim di momen hari raya Idul Fitri 1441 H ini harus tetap dijalin meskipun wabah COVID-19 masih melanda namun harus mengedepankan protokol kesehatan yang ada.
"Sabda Rasulullah, barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah jangan memutus tali kasih sayang (silaturahim). Pesan Rasul tersebut di atas menggambarkan bahwa kedudukan silaturahim sejajar dengan iman. Nah, apalagi di momen hari Lebaran ini, silaturahim waktu yang tepat untuk terus diperkuat. Namun dengan kondisi wabah ini harus terus memperhatikan protokol kesehatan," ujarnya di Pontianak, Senin.
Ia menyebutkan bahwa Idul Fitri tahun ini suasananya memang berbeda dengan tahun tahun sebelumnya karena kondisi dunia yang sedang berperang melawan wabah COVID-19.
Sehingga merayakan Idul Fitri cukup di rumah saja termasuk Shalat Idul Fitri. Mudik dilarang demi memutus mata rantai virus mematikan itu.
"Kembali, meski di tengah wabah tali silaturahim harus dijalin dan diperkuat dalam era serba mekanik dan digital ini sangat mudah. Dengan mengangkat telpon, atau WhatsApp, atau video call, kita bisa ketemu saling minta maaf kepada orang tua, saling bermaafan dengan sanak keluarga dan teman sejawat walaupun melalui media. Paling tidak dapat mengurangi rasa rindu, dan rasa suasana pulang kampung pun tergantikan," kata dia.
Mulai saat ini dan ke depan kata dia pola hidup bersih dan gaya hidup sehat terutama kebersihan diri, lingkungan rumah dan masyarakat termasuk lingkungan kerja akan menjadi perhatian. Suka atau tidak, masyarakat harus taati protokol kesehatan seperti memakai masker, cuci tangan pakai sabun, menghindari keramaian, olahraga dan istirahat yang cukup.
"Cara makan dan minum juga akan berubah, cara bergaul, cara bekerja juga akan mengalami adaptasi, bahkan cara beribadah pun akan mengalami perubahan paling kurang beradaptasi dengan kondisi wabah," kata dia
Ia menambahkan demikian pula dampak corona akan mempertajam kesenjangan, seperti kesenjangan ekonomi akan terasa mewarnai kehidupan sosial dan budaya masyarakat kita. Ada seleksi alamiah dalam masyarakat, yang mampu secara ekonomi akan bertahan melawan virus karena asupan gizi, vitamin dan proteinnya cukup sehingga imunitas tubuhnya kuat.
Sementara masyarakat yang lemah ekonominya mustahil mampu mencukupi keperluan makanan yang bergizi dan berprotein tinggi, sehingga imunitasnya lemah dalam melawan virus.
"Dalam kondisi inilah negara wajib hadir memberikan jaminan sosial kepada warga yang kurang mampu ekonominya. Kita sebagai warga yang berkecukupan dinantikan uluran tangannya untuk ikut mengurangi beban hidup saudaranya. Inilah momentum yang tepat untuk kita memperkokoh hubungan persaudaraan," jelas dia.
Ia menyampaikan bahwa itu hakikatnya adalah akhlak moral dan pengabdian sosial, bukan hanya cerdas spritualnya saja. Jika hubungan sudah terjalin dengan erat dan hangat, maka kelangsungan hidup dan kelangsungan pembangunan insya Allah bisa dapat diwujudkan dengan baik.
"Dalam situasi dan kondisi seperti sekarang ini, nampak semakin terasa perlunya kita saling mempererat tali silaturahim dan solidaritas karena adanya rasa senasib sepenanggungan berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Dengan demikian akan tercipta keserasian hidup sesuai dengan kodrat manusia selaku makhluk sosial dan spiritual sehingga kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan batin dunia dan akhirat dapat tercapai," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020
"Sabda Rasulullah, barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah jangan memutus tali kasih sayang (silaturahim). Pesan Rasul tersebut di atas menggambarkan bahwa kedudukan silaturahim sejajar dengan iman. Nah, apalagi di momen hari Lebaran ini, silaturahim waktu yang tepat untuk terus diperkuat. Namun dengan kondisi wabah ini harus terus memperhatikan protokol kesehatan," ujarnya di Pontianak, Senin.
Ia menyebutkan bahwa Idul Fitri tahun ini suasananya memang berbeda dengan tahun tahun sebelumnya karena kondisi dunia yang sedang berperang melawan wabah COVID-19.
Sehingga merayakan Idul Fitri cukup di rumah saja termasuk Shalat Idul Fitri. Mudik dilarang demi memutus mata rantai virus mematikan itu.
"Kembali, meski di tengah wabah tali silaturahim harus dijalin dan diperkuat dalam era serba mekanik dan digital ini sangat mudah. Dengan mengangkat telpon, atau WhatsApp, atau video call, kita bisa ketemu saling minta maaf kepada orang tua, saling bermaafan dengan sanak keluarga dan teman sejawat walaupun melalui media. Paling tidak dapat mengurangi rasa rindu, dan rasa suasana pulang kampung pun tergantikan," kata dia.
Mulai saat ini dan ke depan kata dia pola hidup bersih dan gaya hidup sehat terutama kebersihan diri, lingkungan rumah dan masyarakat termasuk lingkungan kerja akan menjadi perhatian. Suka atau tidak, masyarakat harus taati protokol kesehatan seperti memakai masker, cuci tangan pakai sabun, menghindari keramaian, olahraga dan istirahat yang cukup.
"Cara makan dan minum juga akan berubah, cara bergaul, cara bekerja juga akan mengalami adaptasi, bahkan cara beribadah pun akan mengalami perubahan paling kurang beradaptasi dengan kondisi wabah," kata dia
Ia menambahkan demikian pula dampak corona akan mempertajam kesenjangan, seperti kesenjangan ekonomi akan terasa mewarnai kehidupan sosial dan budaya masyarakat kita. Ada seleksi alamiah dalam masyarakat, yang mampu secara ekonomi akan bertahan melawan virus karena asupan gizi, vitamin dan proteinnya cukup sehingga imunitas tubuhnya kuat.
Sementara masyarakat yang lemah ekonominya mustahil mampu mencukupi keperluan makanan yang bergizi dan berprotein tinggi, sehingga imunitasnya lemah dalam melawan virus.
"Dalam kondisi inilah negara wajib hadir memberikan jaminan sosial kepada warga yang kurang mampu ekonominya. Kita sebagai warga yang berkecukupan dinantikan uluran tangannya untuk ikut mengurangi beban hidup saudaranya. Inilah momentum yang tepat untuk kita memperkokoh hubungan persaudaraan," jelas dia.
Ia menyampaikan bahwa itu hakikatnya adalah akhlak moral dan pengabdian sosial, bukan hanya cerdas spritualnya saja. Jika hubungan sudah terjalin dengan erat dan hangat, maka kelangsungan hidup dan kelangsungan pembangunan insya Allah bisa dapat diwujudkan dengan baik.
"Dalam situasi dan kondisi seperti sekarang ini, nampak semakin terasa perlunya kita saling mempererat tali silaturahim dan solidaritas karena adanya rasa senasib sepenanggungan berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Dengan demikian akan tercipta keserasian hidup sesuai dengan kodrat manusia selaku makhluk sosial dan spiritual sehingga kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan batin dunia dan akhirat dapat tercapai," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020