Pemerintah Kabupaten Sintang mengebut upaya untuk menurunkan angka stunting, masalah kekurangan gizi kronis dalam waktu lama yang menyebabkan pertumbuhan anak terganggu sehingga tinggi badannya lebih rendah dibandingkan dengan tinggi anak-anak seusianya.

"Untuk menurunkan angka stunting, ada tiga persoalan yang harus segera diatasi, yakni kesejahteraan masyarakat, ketersediaan pangan dan gizi, serta infrastruktur dasar," kata Bupati Sintang Jarot Winarno di Sintang, Kamis.

Ia menambahkan, yang dimaksud dengan infrastruktur dasar mencakup infrastruktur dasar pendidikan, kesehatan, dan konektivitas antar-desa.

Pemerintah Kabupaten Sintang ingin menurunkan angka stunting sehingga setidaknya sama dengan target nasional, 14 persen pada 2024.

"Di Sintang angkanya masih naik dan turun, seperti di tahun 2016 berada di angka 37,6 persen, kemudian tahun 2017 naik menjadi 44,1 persen, dan tahun 2018 menurun menjadi 33,2 persen," kata Bupati.

Upaya untuk menurunkan angka stunting, ia menjelaskan, mencakup kampanye penerapan pola hidup bersih dan sehat termasuk mengonsumsi makanan sehat serta menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

Jarot menekankan bahwa upaya penurunan angka stunting tidak boleh sampai mengendor meski dalam kondisi pandemi COVID-19.

"Kita harus inovatif dan inovasi, kemudian Puskesmas harus melakukan kunjungan ke rumah, agar tidak ada lagi alasan karena ada corona kemudian program penurunan angka stunting makin berantakan. Kita harus kuat dan bangkit lagi untuk semangat menurunkan angka stunting di Kabupaten Sintang," ujarnya.

Ia menjelaskan, tahun 2019 pemerintah kabupaten memprioritaskan penanganan stunting di 10 desa. "Kemudian tahun 2020, ada 15 desa prioritas, dan untuk tahun 2021 ada 10 desa prioritas dalam penurunan angka stunting," katanya.

Pewarta: Andilala dan Tantra

Editor : Andilala


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020