Pemerintah Kota Singkawang, Kalimantan Barat membagikan 50.000 kue bacang kepada masyarakat setempat dalam kegiatan Festival Kue Bacang Singkawang 2020.
"Dikarenakan saat ini masih dalam kondisi pandemi COVID-19 maka kita ingin berbagi kasih dengan memberikan bacang sebanyak 50.000 bungkus kepada masyarakat," kata Wali Kota Singkawang, Tjhai Chui Mie di Singkawang, Jumat.
Dia menegaskan, mengingat saat ini kota tersebut juga terdampak COVID-19, maka festival ini dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan.
Kegiatan festival tersebut dapat terselenggara berkat kerja sama dan dukungan dari 14 perkumpulan organisasi yang ada di Kalbar dan dibentuk menjadi satu panitia guna menyukseskan acara ini.
Tujuan pihaknya menyelenggarakan Festival Bacang, pertama, untuk memperkenalkan salah satu budaya yang ada di Kota Singkawang.
Guna memeriahkan festival ini, panitia juga menampilkan bacang dengan ukuran raksasa yang berisi 5.055 buah, sebuah replika untuk masyarakat berswa foto dan sejarah hari bakcang.
"Dengan adanya sejarah itu, maka masyarakat Tionghoa khususnya generasi muda bisa membaca dan mengetahui kenapa ada hari makan bacang di bulan 5 tanggal 5 setiap tahunnya dipenanggalan kalender Imlek," ungkapnya.
Menurutnya, melalui event budaya bisa mempersatukan bangsa. Kepada 17 paguyuban etnis yang ada di Kota Singkawang, diharapkan bisa masing-masing mengemas budayanya untuk dijual mengingat Kota Singkawang sudah dicanangkan sebagai kota pariwisata.
"Saya di pemerintahan siap mendukung dan saya minta setiap budaya yang ada harus dilestarikan dan dikemas seunik mungkin terlebih Singkawang merupakan miniaturnya Indonesia. Bahkan kita juga sudah mendapatkan predikat kota tertoleran, sehingga inilah yang harus bisa kita jual karena Singkawang punya kelebihan itu," jelasnya.
Ketua Panitia Festival Bacang 2020, Bong Chin Tong alias Atong mengatakan, selain untuk memperkenalkan pihaknya juga ingin mempromosikan Festival Bacang ke masyarakat luar.
"Karena event yang kita selenggarakan ini baru pertama kalinya di Kota Singkawang," katanya.
Tetapi, dikarenakan pelaksanaan Festival Bacang di Kota Singkawang masih dalam pandemi COVID-19, maka acaranya lebih banyak difokuskan pada kegiatan Bakti Sosial (Baksos) sambil menjelaskan sejarah bacang secara singkat. "Tapi untuk tahun depan akan kita kemas lebih menarik dan lebih banyak kegiatannya kalau pandemi COVID-19 sudah berakhir," ujarnya.
Terlebih Festival Bacang ini akan menjadi salah satu budaya Tionghoa yang akan pihaknya kembangkan di Singkawang.
"Ada tiga budaya Tionghoa yang akan kita kembangkan, pertama, Cap Go Meh. Pada event ini sudah berhasil dikenal secara Nasional bahkan International. Kemudian dua budaya lainnya yang sedang kita kembangkan adalah Festival Bacang dan Kue Bulan," ungkapnya.
Sehingga, dua budaya yang sedang pihaknya kembangkan rencananya akan dilaksanakan setiap tahunnya secara meriah.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020
"Dikarenakan saat ini masih dalam kondisi pandemi COVID-19 maka kita ingin berbagi kasih dengan memberikan bacang sebanyak 50.000 bungkus kepada masyarakat," kata Wali Kota Singkawang, Tjhai Chui Mie di Singkawang, Jumat.
Dia menegaskan, mengingat saat ini kota tersebut juga terdampak COVID-19, maka festival ini dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan.
Kegiatan festival tersebut dapat terselenggara berkat kerja sama dan dukungan dari 14 perkumpulan organisasi yang ada di Kalbar dan dibentuk menjadi satu panitia guna menyukseskan acara ini.
Tujuan pihaknya menyelenggarakan Festival Bacang, pertama, untuk memperkenalkan salah satu budaya yang ada di Kota Singkawang.
Guna memeriahkan festival ini, panitia juga menampilkan bacang dengan ukuran raksasa yang berisi 5.055 buah, sebuah replika untuk masyarakat berswa foto dan sejarah hari bakcang.
"Dengan adanya sejarah itu, maka masyarakat Tionghoa khususnya generasi muda bisa membaca dan mengetahui kenapa ada hari makan bacang di bulan 5 tanggal 5 setiap tahunnya dipenanggalan kalender Imlek," ungkapnya.
Menurutnya, melalui event budaya bisa mempersatukan bangsa. Kepada 17 paguyuban etnis yang ada di Kota Singkawang, diharapkan bisa masing-masing mengemas budayanya untuk dijual mengingat Kota Singkawang sudah dicanangkan sebagai kota pariwisata.
"Saya di pemerintahan siap mendukung dan saya minta setiap budaya yang ada harus dilestarikan dan dikemas seunik mungkin terlebih Singkawang merupakan miniaturnya Indonesia. Bahkan kita juga sudah mendapatkan predikat kota tertoleran, sehingga inilah yang harus bisa kita jual karena Singkawang punya kelebihan itu," jelasnya.
Ketua Panitia Festival Bacang 2020, Bong Chin Tong alias Atong mengatakan, selain untuk memperkenalkan pihaknya juga ingin mempromosikan Festival Bacang ke masyarakat luar.
"Karena event yang kita selenggarakan ini baru pertama kalinya di Kota Singkawang," katanya.
Tetapi, dikarenakan pelaksanaan Festival Bacang di Kota Singkawang masih dalam pandemi COVID-19, maka acaranya lebih banyak difokuskan pada kegiatan Bakti Sosial (Baksos) sambil menjelaskan sejarah bacang secara singkat. "Tapi untuk tahun depan akan kita kemas lebih menarik dan lebih banyak kegiatannya kalau pandemi COVID-19 sudah berakhir," ujarnya.
Terlebih Festival Bacang ini akan menjadi salah satu budaya Tionghoa yang akan pihaknya kembangkan di Singkawang.
"Ada tiga budaya Tionghoa yang akan kita kembangkan, pertama, Cap Go Meh. Pada event ini sudah berhasil dikenal secara Nasional bahkan International. Kemudian dua budaya lainnya yang sedang kita kembangkan adalah Festival Bacang dan Kue Bulan," ungkapnya.
Sehingga, dua budaya yang sedang pihaknya kembangkan rencananya akan dilaksanakan setiap tahunnya secara meriah.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020