Kepada Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Kubu Raya, Diah Tut Wuri Handayani mengatakan, pentingnya Sekolah Siaga Kependudukan (SSK) di sekolah-sekolah merupakan salah satu edukasi untuk mencegah terjadinya stunting. Edukasi dini bagi para pelajar di dalam wadah SSK itu merupakan bekal pengetahuan bagi para pelajar untuk mempersiapkan diri di masa depan.
"Di SSK ini para pelajar yang merupakan generasi muda dapat memahami tentang isu kependudukan yang ada di sekitarnya. Dan hal ini terkait dengan persiapan berkeluarga di masa depan bagi para pelajar tersebut. Seperti salah satunya mempersiapkan kematangan usia perkawinan dan menjadi orang tua yang dapat menghindari terjadinya stunting pada anak-anaknya," kata Kepada DP3AP2KB Kubu Raya, Diah Tut Wuri Handayani, Kamis.
Dikatakannya, dengan kematangan atau pendewasaan usia perkawinan itu, para pelajar nantinya bila telah menjadi orang tua dapat mengambil sikap pola asuh untuk anak-anaknya dengan baik. Karena untuk anak usai 0 hingga dua tahun jika salah asuh maka sangat rentan terjadinya anaknya tersebut menjadi anak stunting.
"Melalui wadah SSK ini selain adanya edukasi tentang pendewasaan usia perkawinan dalam mempersiapkan diri untuk berkeluarga, maka para pelajar juga diinformasikan tentang bagaimana menjaga jarak persalinan atau kehamilan serta merencanakan jumlah anak. Dengan demikian nantinya pola asuh anak itu akan lebih baik dan perkembangan anak benar-benar bisa mendapat perhatian lebih dari orang tua. Dan masalah kependudukan akan dapat terkendali dengan baik," katanya.
Menurutnya pendewasaan usia perkawinan dan perencanaan pembangunan keluarga itu sangat berpengaruh besar dalam mengendalikan stunting. Terutama untuk pola asuh, karena dengan pola asuh yang baik maka tumbuh kembang anak pada usia 0 hingga dua tahun tidak hanya terhindar dari stunting akan tetapi anak yang dihasilkan dari pola asuh yang baik itu akan menjadi sumber daya manusia yang baik pula di masa depan.
"Hingga saat ini ada tiga besar daerah di Kubu Raya yang angka stuntingnya cukup tinggi. Jumlah kasus anak stunting di bawah dua tahun di Kubu Raya yaitu sebanyak 154 anak. Kasus-kasus itu terdapat di Kecamatan Sungai Raya 42 anak, Kecamatan Kubu 39 anak dan Kecamatan Telok Pakedai 35 anak. Mudah-mudahan dengan SSK itu angka stunting dapat kami tekan," kata Diah.
Sementara itu, Kepala Perwakilan BKKBN Kalbar, Tenny C Soriton mengatakan dalam lingkup pendidikan jalur formal, SSK adalah sekolah yang mengintegrasikan pendidikan kependudukan, keluarga berencana dan pembangunan keluarga ke dalam beberapa mata pelajaran dan/atau muatan lokal khusus kependudukan.
"Dimana di dalamnya terdapat pojok kependudukan (population corner) sebagai salah satu sumber belajar peserta didik sebagai upaya pembentukan generasi berencana," kata Tenny C Soriton mengakhiri.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020
"Di SSK ini para pelajar yang merupakan generasi muda dapat memahami tentang isu kependudukan yang ada di sekitarnya. Dan hal ini terkait dengan persiapan berkeluarga di masa depan bagi para pelajar tersebut. Seperti salah satunya mempersiapkan kematangan usia perkawinan dan menjadi orang tua yang dapat menghindari terjadinya stunting pada anak-anaknya," kata Kepada DP3AP2KB Kubu Raya, Diah Tut Wuri Handayani, Kamis.
Dikatakannya, dengan kematangan atau pendewasaan usia perkawinan itu, para pelajar nantinya bila telah menjadi orang tua dapat mengambil sikap pola asuh untuk anak-anaknya dengan baik. Karena untuk anak usai 0 hingga dua tahun jika salah asuh maka sangat rentan terjadinya anaknya tersebut menjadi anak stunting.
"Melalui wadah SSK ini selain adanya edukasi tentang pendewasaan usia perkawinan dalam mempersiapkan diri untuk berkeluarga, maka para pelajar juga diinformasikan tentang bagaimana menjaga jarak persalinan atau kehamilan serta merencanakan jumlah anak. Dengan demikian nantinya pola asuh anak itu akan lebih baik dan perkembangan anak benar-benar bisa mendapat perhatian lebih dari orang tua. Dan masalah kependudukan akan dapat terkendali dengan baik," katanya.
Menurutnya pendewasaan usia perkawinan dan perencanaan pembangunan keluarga itu sangat berpengaruh besar dalam mengendalikan stunting. Terutama untuk pola asuh, karena dengan pola asuh yang baik maka tumbuh kembang anak pada usia 0 hingga dua tahun tidak hanya terhindar dari stunting akan tetapi anak yang dihasilkan dari pola asuh yang baik itu akan menjadi sumber daya manusia yang baik pula di masa depan.
"Hingga saat ini ada tiga besar daerah di Kubu Raya yang angka stuntingnya cukup tinggi. Jumlah kasus anak stunting di bawah dua tahun di Kubu Raya yaitu sebanyak 154 anak. Kasus-kasus itu terdapat di Kecamatan Sungai Raya 42 anak, Kecamatan Kubu 39 anak dan Kecamatan Telok Pakedai 35 anak. Mudah-mudahan dengan SSK itu angka stunting dapat kami tekan," kata Diah.
Sementara itu, Kepala Perwakilan BKKBN Kalbar, Tenny C Soriton mengatakan dalam lingkup pendidikan jalur formal, SSK adalah sekolah yang mengintegrasikan pendidikan kependudukan, keluarga berencana dan pembangunan keluarga ke dalam beberapa mata pelajaran dan/atau muatan lokal khusus kependudukan.
"Dimana di dalamnya terdapat pojok kependudukan (population corner) sebagai salah satu sumber belajar peserta didik sebagai upaya pembentukan generasi berencana," kata Tenny C Soriton mengakhiri.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020