Satu dari sekian banyak penumpang bus rute Pontianak - Sambas, Montel mengeluhkan pengabaian penerapan protokol kesehatan (prokes) sehingga rawan terjadi penularan COVID-19.
"Kami mau pulang dari Pontianak - Sambas. Namun ternyata di dalam berdesakan, tidak ada istilah jaga jarak atau apa. Penumpang dimasukkan saja termasuk kursi cadangan yang harus diisi," ujarnya saat dihubungi di Sambas, Jumat.
Ia menjelaskan bahwa ia mau tidak mau harus masuk lantaran saat dipesan pihak bus tidak menyebutkan penuh atau lainnya.
"Ada beberapa bus yang dipesan mengatakan sudah penuh. Kalau itu kan jelas. Namun saat saya tumpangi sudah penuh dan terpaksa masuk. Di dalam bus harus duduk di kursi cadangan yang di tengah - tengah," kata dia.
Dengan kondisi yang ada selain posisi duduk sakit, namun di sisi lainnya sangat khawatir terhadap penyebaran COVID-19.
"Kita tidak tahu dalam bus itu ada positif atau tidak. Kalau berdesakan atau berdempet dalam mobil itu potensi memang besar. Soal pakai masker penumpang sudah disiplin semua. Namun soal letak duduk penumpang itu di atur pihak bus," jelas dia.
Ia tidak memungkiri di saat liburan nasional, keagamaan dan lainnya penumpang melonjak ingin mudik dan sebaliknya.
"Dari dulu persoalannya saat ramai penumpang, bus penuh dibilang kosong. Pas mau naik bus harus duduk di tempat yang bukan seharusnya. Kita mau mencegah sudah dalam bus dan jalan," kata dia.
Ia meminta kepada pemerintah untuk mengecek dan lainnya dalam hal tersebut apalagi di kondisi COVID-19 ini, penerapan prokes penting untuk dilakukan.
"Kita harap ada imbauan atau pemantauan oleh pemerintah daerah bagaimana dalam bus juga harus disiplin menerapkan prokes. Selain itu penumpang butuh nyaman dan keamanan kesehatan. Kita harap peran pemerintah," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020
"Kami mau pulang dari Pontianak - Sambas. Namun ternyata di dalam berdesakan, tidak ada istilah jaga jarak atau apa. Penumpang dimasukkan saja termasuk kursi cadangan yang harus diisi," ujarnya saat dihubungi di Sambas, Jumat.
Ia menjelaskan bahwa ia mau tidak mau harus masuk lantaran saat dipesan pihak bus tidak menyebutkan penuh atau lainnya.
"Ada beberapa bus yang dipesan mengatakan sudah penuh. Kalau itu kan jelas. Namun saat saya tumpangi sudah penuh dan terpaksa masuk. Di dalam bus harus duduk di kursi cadangan yang di tengah - tengah," kata dia.
Dengan kondisi yang ada selain posisi duduk sakit, namun di sisi lainnya sangat khawatir terhadap penyebaran COVID-19.
"Kita tidak tahu dalam bus itu ada positif atau tidak. Kalau berdesakan atau berdempet dalam mobil itu potensi memang besar. Soal pakai masker penumpang sudah disiplin semua. Namun soal letak duduk penumpang itu di atur pihak bus," jelas dia.
Ia tidak memungkiri di saat liburan nasional, keagamaan dan lainnya penumpang melonjak ingin mudik dan sebaliknya.
"Dari dulu persoalannya saat ramai penumpang, bus penuh dibilang kosong. Pas mau naik bus harus duduk di tempat yang bukan seharusnya. Kita mau mencegah sudah dalam bus dan jalan," kata dia.
Ia meminta kepada pemerintah untuk mengecek dan lainnya dalam hal tersebut apalagi di kondisi COVID-19 ini, penerapan prokes penting untuk dilakukan.
"Kita harap ada imbauan atau pemantauan oleh pemerintah daerah bagaimana dalam bus juga harus disiplin menerapkan prokes. Selain itu penumpang butuh nyaman dan keamanan kesehatan. Kita harap peran pemerintah," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020