Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengakui distribusi vaksin COVID-19 ke berbagai daerah lebih sulit dibanding yang dibayangkan sebelumnya.
"Saya mesti sampaikan sedikit berita yang harus kita refleksikan bersama bahwa distribusi ini membutuhkan jalur logistik dingin (cold chain) dan itu memang ternyata lebih kompleks dari pada yang kita duga sebelumnya," kata Budi Gunadi di Kantor Presiden Jakarta, Senin.
Dia menyampaikan hal tersebut seusai menghadiri rapat terbatas bersama Presiden Joko Widodo.
Diketahui pada 3 dan 4 Januari 2021 terdapat 714.240 vial vaksin COVID-19 merek Sinovac yang didistribusikan ke 32 provinsi di Indonesia.
Rinciannya 401.240 vial dikirimkan ke 14 provinsi pada 3 Januari dan 313.000 vial ke 18 provinsi pada 4 Januari 2021. Sedangkan dua provinsi lainnya yakni Sulawesi Barat pada 5 Januari 2021 dan Jawa Barat akan dikirimkan vaksin pada 6 Januari 2021. Vaksinasi tahap awal akan diberikan kepada 1,3 juta tenaga kesehatan yang tersebar di 34 provinsi.
"Sehingga saya kemungkinan akan sangat butuh bantuan, baik itu dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun badan usaha swasta untuk bisa bahu-membahu membantu kami kalau nanti ternyata ada kesulitan untuk bisa menyalurkan 426 juta vaksin ini sampai seluruh pelosok Indonesia melalui jalur logistik dingin," ungkap Budi Gunadi.
Presiden Jokowi sebelumnya mengatakan pemerintah sudah menjamin ketersediaan 426 juta vaksin COVID-19,
"Kalau saatnya tiba nanti mohon teman-teman Mari kita bantu bersama-sama," ujar Budi Gunadi.
Menkes juga mengungkapkan 15 juta bahan baku vaksin Sinovac akan tiba di Indonesia pada Selasa (12/1).
"Akan datang 15 juta Insya Allah besok dari Sinovac. Ini akan bisa diproses oleh Bio Farma dalam jangka waktu 1 bulan sehingga nanti di awal Februari kita sudah punya 12 juta vaksin jadi dari 15 juta bahan baku ini," ungkap Budi Gunadi.
Selanjutnya berdasarkan kerja sama multilateral dengan GAVI, diharapkan bahwa minimal 54 juta dosis hingga 108 juta dosis vaksin COVID-19 secara gratis dapat diperoleh Indonesia.
"Berita baiknya mungkin itu bisa datang lebih cepat mungkin pada akhir Februari atau di awal Maret dan vaksin yang datang dari GAVI pilihannya adalah Pfizer, AstraGeneca dan Moderna yang sudah dapat izin EUA-nya (Emergency Use Authorization) dari negara asalnya dan ada satu lagi Novavax," ujar Budi Gunadi.
Saat ini Kementerian Kesehatan menurut Budi sedang berdiskusi dengan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto jenis vaksin apa yang akan diambil.
"Kita mau ambil yang mana, karena vaksin-vaksin ini bisa diberikan di atas usia 60 tahun di atas usia 60 tahun," ungkap Budi Gunadi.
Pemerintah sudah mengonfirmasi pemesanan vaksin COVID-19 dari berbagai produsen yaitu pertama dari perusahaan farmasi Tiongkok Sinovac sebanyak 125,5 juta dosis; kedua dari pabrikan vaksin Amerika Serikat-Kanada Novavax sebesar 50 juta dosis.
Ketiga dari kerja sama multilateral WHO dan Aliansi Vaksin Dunia (Covax-GAVI) sebesar 50 juta dosis; keempat dari pabrikan Inggris AstraZeneca sebanyak 50 juta dosis; dan kelima perusahaan farmasi gabungan Jerman dan Amerika Serikat Pfizer BioNTech sebesar 50 juta.*
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021
"Saya mesti sampaikan sedikit berita yang harus kita refleksikan bersama bahwa distribusi ini membutuhkan jalur logistik dingin (cold chain) dan itu memang ternyata lebih kompleks dari pada yang kita duga sebelumnya," kata Budi Gunadi di Kantor Presiden Jakarta, Senin.
Dia menyampaikan hal tersebut seusai menghadiri rapat terbatas bersama Presiden Joko Widodo.
Diketahui pada 3 dan 4 Januari 2021 terdapat 714.240 vial vaksin COVID-19 merek Sinovac yang didistribusikan ke 32 provinsi di Indonesia.
Rinciannya 401.240 vial dikirimkan ke 14 provinsi pada 3 Januari dan 313.000 vial ke 18 provinsi pada 4 Januari 2021. Sedangkan dua provinsi lainnya yakni Sulawesi Barat pada 5 Januari 2021 dan Jawa Barat akan dikirimkan vaksin pada 6 Januari 2021. Vaksinasi tahap awal akan diberikan kepada 1,3 juta tenaga kesehatan yang tersebar di 34 provinsi.
"Sehingga saya kemungkinan akan sangat butuh bantuan, baik itu dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun badan usaha swasta untuk bisa bahu-membahu membantu kami kalau nanti ternyata ada kesulitan untuk bisa menyalurkan 426 juta vaksin ini sampai seluruh pelosok Indonesia melalui jalur logistik dingin," ungkap Budi Gunadi.
Presiden Jokowi sebelumnya mengatakan pemerintah sudah menjamin ketersediaan 426 juta vaksin COVID-19,
"Kalau saatnya tiba nanti mohon teman-teman Mari kita bantu bersama-sama," ujar Budi Gunadi.
Menkes juga mengungkapkan 15 juta bahan baku vaksin Sinovac akan tiba di Indonesia pada Selasa (12/1).
"Akan datang 15 juta Insya Allah besok dari Sinovac. Ini akan bisa diproses oleh Bio Farma dalam jangka waktu 1 bulan sehingga nanti di awal Februari kita sudah punya 12 juta vaksin jadi dari 15 juta bahan baku ini," ungkap Budi Gunadi.
Selanjutnya berdasarkan kerja sama multilateral dengan GAVI, diharapkan bahwa minimal 54 juta dosis hingga 108 juta dosis vaksin COVID-19 secara gratis dapat diperoleh Indonesia.
"Berita baiknya mungkin itu bisa datang lebih cepat mungkin pada akhir Februari atau di awal Maret dan vaksin yang datang dari GAVI pilihannya adalah Pfizer, AstraGeneca dan Moderna yang sudah dapat izin EUA-nya (Emergency Use Authorization) dari negara asalnya dan ada satu lagi Novavax," ujar Budi Gunadi.
Saat ini Kementerian Kesehatan menurut Budi sedang berdiskusi dengan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto jenis vaksin apa yang akan diambil.
"Kita mau ambil yang mana, karena vaksin-vaksin ini bisa diberikan di atas usia 60 tahun di atas usia 60 tahun," ungkap Budi Gunadi.
Pemerintah sudah mengonfirmasi pemesanan vaksin COVID-19 dari berbagai produsen yaitu pertama dari perusahaan farmasi Tiongkok Sinovac sebanyak 125,5 juta dosis; kedua dari pabrikan vaksin Amerika Serikat-Kanada Novavax sebesar 50 juta dosis.
Ketiga dari kerja sama multilateral WHO dan Aliansi Vaksin Dunia (Covax-GAVI) sebesar 50 juta dosis; keempat dari pabrikan Inggris AstraZeneca sebanyak 50 juta dosis; dan kelima perusahaan farmasi gabungan Jerman dan Amerika Serikat Pfizer BioNTech sebesar 50 juta.*
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021