Kepulauan Karimata merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Kayong Utara, Kalbar yang memiliki kekayaan bumi dan keindahan panorama alam serta keindahan pulau dan pantainya yang sungguh luar biasa.

Kekayaan alam itu selain mengandung bahan tambang besi dan timah, tanah di Kepulauan Karimata juga sangat subur serta sangat melimpah hasil lautnya. 

Hal ini itu sangat perlu dijaga dan disyukuri, salah satunya seperti yang dilakukan oleh masyarakat Desa Padang Kecamatan Kepulauan Karimata Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat

"Kami warga di Padang ini setiap tahunnya setiap tanggal 4 bulan 4 memang selalu melakukan ritual Semah Laut. Ini kami maksudkan untuk memberi seperti sesajenan kepada kepada makhluk-makhluk halus baik yang ada di daratan pulau maupun yang ada di dalam lautan," kata Sudirman seorang yang dituakan para Dukun Darat dan Dukun Laut di Desa Pedang Kecamatan Kepulauan Karimata.

Pria berusia 70 tahun itu mengisahkan Semah Laut yang digelar saat ini merupakan  meneruskan tradisi nenek moyang warga setempat sejak puluhan tahun lalu. 

"Kami hanya meneruskan tradisi orang-orang tua kami terdahulu," ujar pria yang biasa di panggil Atok itu.

Dengan mengenakan baju serba hitam, Atok Sudirman terus menceritakan prosesi ritual Semah Laut itu dimulai dari membuat balai suatu tempat sesajenan berbentuk rumahan kecil dan membuat Jong atau sebuah perahu layar dengan panjang sekitar 3 hingga 4 meter.

"Balai ini beserta isinya merupakan sesajenan kepada makhluk halus yang berada di daratan pulau dan akan ditempatkan lokasi Tanah Merah yang dikeramatkan oleh masyarakat kami. Sementara Jong atau perahu layar beserta sesajen didalamnya, pada puncak acara akan di lepaskan ke laut," katanya.

Untuk mempersiapkan semua ritual Semah Laut, warga Desa Padang melakukannya secara gotong royong, tidak hanya para orang tua namun anak-anakpun ikut terlibat. Biasanya persiapan itu dilakukan sejak tanggal 1 pada bulan April di setiap tahunnya. 

Hal itu di mulai dari persiapan bahan, membuat Balai, Jong dan mempersiapkan makanan sesajen serta membuat puluhan topeng berkarakter makhluk halus yang dipercaya sebagai penunggu pulau dan laut Karimata.

 

Jong saat di arung ke laut lepas pada acara ritual Semah Laut di Desa Padang Kecamatan Kepulauan Karimata, Minggu (4 April 2021). (Slamet Ardiansyah)


 

Saputra salah satu Dukun Darat pada hari persiapan Semah Laut tampak sibuk membuat Balai. Ditemani deburan ombak dan semilir angin pantai, Saputra yang merupakan generasi kedua dalam keluarganya menjadi dukun darat itu sedang asik menghiasi Balai yang telah ia buat sejak paginya.

"Di dalam Balai ini nanti akan diisi sesajen berupa lempeng, lilin, telur, sirih, nasi berbentuk pocong, dan macam ragam sesajen lainnya," ujar Dukun Darat ini.

Dengan Balai ini menunjukkan untuk semangat semah kampung, "kalau tidak ada ini tidak ada semah kampung,” imbuhnya.

Pria berbadan kekar itu mengatakan Balai, setelah diisi dengan sesajen pada puncak acara akan di bawa mengelilingi Desa Padang melewati jalur laut. Setelah itu baru akan disimpan tidak boleh di sembarang tempat, tapi di simpan di tempat angker di Tanah Merah.

"Saya menjadi sebagai Dukun Darat di Desa Padang ini sudah panggilan jiwa menjadi penerus orang tua saya. Saya generasi ke dua dari orang tua, nanti penerus nya keponakan saya ini akan jadi penerus saya," kata Saputra 

Selain Putra, yang tak kalah sibuk ibu-ibu di Desa Padang. Salah satunya Rapiah seorang ibu berusia 70 tahun yang ikut membuat perlengkapan perlengkapan dan hiasan kapal sesajen untuk acara Semah Laut. 

"Ini merupakan panggilan jiwa, dan saya sejak berumur 15 tahun sudah ikut karena datok saya jadi dukun, saya cucu dukun,” terang Rapiah saat menganyam hiasan kapal sesajen.

Wanita berumur lebih separuh baya ini mengaku ia dan ibu-ibu lainnya mendapat bagian tugas menganyam dengan daun kelapa yang nantinya dibentuk menjadi beberapa rupa untuk hiasan bagi kapal.

“Kami bertugas membuat hiasan dari anyaman dari daun kelapa,  ada hiasan berbentuk pedang ada keris. Dan ini biasanya kami lakukan seharian, sehari sebelum acara pelepasan  perahu ke laut," kata Rapikan.

Selain Saputra Dukun Darat yang dipercaya membuat Balai, Jabar merupakan satu-satunya Dukun Laut yang dipercaya untuk membuat Jong atau kapal.

“Saya sejak bujangan sudah ikut pengerjaan ini, sampai lah sekarang, tidak ada yang lain bikin ini selain dari pada saya,” kata Jabar.

Menurut Jabar pembuatan kapal sendiri memakan waktu hingga satu minggu lamanya. Bahan yang dipergunakan dalam pembuatan kapal ini tidaklah sembarang, hanya kayu tertentu saja.

“Saat ini untuk bahan pembuatan perahu itu agak sulit. Bahan kayu kapal sesajen ini merupakan kayu jenis kayu pelaik, dan tidak boleh sembarangan kayu," ucapnya.

Kapal ini ujar Jabar, setelah dilepaskan dari Tanjung Serunai ke laut dipercaya akan mengelilingi pulau-pulau yang ada di Kepulauan Karimata. 
 

Jong saat di arung ke laut lepas pada acara ritual Semah Laut di Desa Padang Kecamatan Kepulauan Karimata, Minggu (4 April 2021). (Slamet Ardiansyah)

 

Ritual Semah Laut Kepulauan Karimata dimulai

Bila semua sudah siap, sekitar pukul 19.30 WIB malam pada tanggal 3 sebelum ritual pelepasan Jong ke laut, akan dilakukan ritual pemanggilan roh-roh makhluk halus penunggu pulau dan laut. Ritual itu dilakukan dan pimpin langsung oleh Atok Sudirman Ketua Dukun di depan halaman rumah Tengku Abdul Jalil (salah satu tokoh masyarakat Desa Padang).

Warga Desa Padang, malam itu berbondong-bondong ikut berbaur mengikuti setiap prosesi ritual pemanggilan roh-roh pada malam itu. Tidak hanya warga setempat tamu dari luar termasuk rombongan Bupati Kayong Utara Citra Duani juga ikut berbaur dengan tetap menerapkan Protkes COVID-19.

"Prosesi ritual malam itu, menghadirkan puluhan sosok bertopeng roh-roh penunggu pulau dan laut Karimata. Ini kami awal dengan mengisi sesajen di Balai dan Jong serta membakar kemenyan yang disertai pembacaan mantra-mantra para dukun," kata Atok Sudirman.

Bau aroma kemenyan yang dibakar, bertanda dimulainya ritual pemanggilan roh,  walau hawa magis mulai terasa namun suasana tidaklah mencekam. Di saat alunan musik tradisional berasal dari gendang dan gong dimainkan suasana justru semakin meriah. Warga yang hadir bersama sosok-sosok bertopeng menari bersama.

"Prosesi ritual ini kami lakukan dalam tiga tahap berurutan. Selain menari, para sosok-sosok bertopeng berwujud roh-roh penunggu mengangkat Balai dan Jong serta membawanya berkeliling halaman sambil menari warga dan para tamu yang hadir dengan diiringi musik tradisional dan doa para dukun," ucapnya.

Pada ritual puncak, keesokan hari paginya, Balai dibawa keliling pulau dengan menggunakan kapal melalui laut sedangkan Jong akan dibawa ke pantai Tanjung Serunai dimana sekitar pukul 15.00 WIB akan dilarung ke laut.

"Di pantai Tanjung Serunai ini merupakan pertemuan antara pasukan pengantar Balai yang dipimpin Dukun Darat dan pasukan pengantar Jong yang dipimpin Dukun Laut. Kedua pasukan ini saat bertemu akan melakukan acara "perang-perangan" dengan saling melempar dengan ketupat dan buah-bahan seperti buah pinang,dan buah paku," katanya.

"Perang ini bukan pertanda untuk permusuhan, tapi ini untuk membuang dan mengusir roh-roh jahat. Agar tidak mengganggu dan membawa malapetaka bagi seluruh warga di Desa Padang," imbuh Sudirman.
 

Jong saat di arung ke laut lepas pada acara ritual Semah Laut di Desa Padang Kecamatan Kepulauan Karimata, Minggu (4 April 2021). (Slamet Ardiansyah)


 

Dipaparkanya, adapun isi sesajen seperti beras kuning, nasi pocong warna hijau merah dadu coklat, lempeng, kemenyan, rokok dan ketupat, ini memiliki arti dan simbol tersendiri. Semuanya memang sudah dipersyaratkan. Seperti Jong, terdapat 11 boneka kayu yang melambangkan 11 penumpang Jong atau kapal salah satunya perempuan yang bertugas sebagai tukang masak di kapal itu.

"Pada intinya, tujuannya Semah Laut ini untuk memanggil para roh tak kasat mata yang bisa menolong kita, yang jahat kita tidak panggil. Supaya kampung kita tenang, aman anak-anak cucu, dan rezeki dari laut akan datang melimpah-limpah," katanya.

Dulu ujarnya, perayaan Semah Laut dilakukan selama tiga hari. Dan setelah Jong dilarung ke laut, masyarakat setempat maupun pendatang di Desa Padang dilarang melaut dan bekerja di ladang bahkan memetik lainpun dilarang atau pantang. 

Bila ada yang melanggar menurut kepercayaannya, bagi si pelanggar akan mengalami sakit hingga meninggal dunia uang nya Rp1.500 dan ketupat 500 biji, di baca bolak balik biar selamat. Uangnya untuk sesembahan lagi. Sanksinya dikenakan pada semuanya, pendatangpun bisa kena karena melanggar pantang. 


Baca juga: Pemkab Kayong Utara dan Yayasan Asri gelar baksos di Karimata
Baca juga: Sektor laut rugi triliunan, Bupati Citra siapkan izin ekspor dan penguatan pengamanan
Baca juga: Bupati Citra serahkan bantuan kendaraan angkutan untuk siswa

Pewarta: Slamet Ardiansyah

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021