Kepala Bidang Hortikultura, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalbar, Bader menyebutkan sejauh ini Kabupaten Kayong Utara menjadi produsen terbesar cabai rawit di Kalbar yakni mencapai 7.798 kuintal.

"Dari 14 kabupaten atau kota di Kalbar, dari data yang terbaru atau baru masuk ke kami hingga Juni 2021 Kabupaten Kayong Utara tertinggi," ujarnya di Pontianak, Senin.

Ia menambahkan dua lagi yang menjadi sentra produksi cabai rawit yakni Kabupaten Bengkayang dan Sintang masing - masing 6.283 kuintal dan 3.162 kuintal.

"Sisanya, dari beberapa kabupaten produksi masih rendah yakni di bawah 2.000 kuintal kecuali Kabupaten Sanggau yang produksinya 2.017 kuintal," katanya.

Ia menyebutkan pada tahun 2021 ini dialokasikan untuk pengembangan cabai sawit dari APBN 50 hektare.

"Dari 50 hektare itu 25 hektare di Sanggau dan 25 hektare di Kabupaten Sambas. Sedangkan dari APBD masing - masing ada 1 hektare di Sintang, Bengkayang dan Kapuas Hulu," katanya.

Pada 2020 lalu areal tanam cabai rawit di Kalbar 2.854 hektare dengan produksi 6.134 ton. Kemudian untuk cabai besar dengan luas tanam 922 hektare dan produksinya mencapai 2.022 ton.

Sebelumnya, kebutuhan cabai rawit di Kalbar pada 2020 sendiri sebesar 16.182 ton dan cabai besar 17.564 ton. Angka tersebut antara produksi dan kebutuhan itu selisihnya sangat besar bahkan di atas 300 persen. Kebutuhan dihitung berdasarkan konsumsi cabai per hari per jiwa berdasarkan data Dinas Pangan Kalbar yakni cabai besar 3,43 gram dan cabai rawit rawit 3,16 gram.

Untuk mengejar atau memenuhi kebutuhan cabai di Kalbar satu di antaranya meningkatkan areal luas tanam dan produktivitas. Kondisi cuaca yang turut mempengaruhi tentu juga akan menjadi perhatian.

"Tentu untuk itu butuh dukungan dari pemerintah pusat. Untuk tahun 2021 kita belum keluar areal tanam berapa yang kita dapat untuk program cabai tersebut. Pada sisi lainnya, untuk memenuhi kebutuhan cabai yang ada tentu peran serta petani swadaya atau yang sudah mandiri. Perannya sangat penting agar suplai terpenuhi," jelasnya.

Dengan kondisi yang ada, kurangnya suplai dari lokal dan perlu didatangkan cabai dari luar fluktuasi harga cabai sering terjadi. Namun dari sisi pemerintah terus berupaya untuk mencarikan solusi secara bertahap agar komoditas cabai tidak fluktuatif dalam harga yang mendorong inflasi di daerah.

"Peran pemerintah dari berbagai pihak dan petani tentu sangat diperlukan agar suplai dan harga terus terjaga. Pendampingan dari dinas untuk petani di Kalbar terus dilakukan. Sehingga suplai cabai bisa maksimal," kata dia.

Saat ini harga cabai rawit di Kota Pontianak mulai stabil yakni untuk lokal Rp48.000 per kilogram, cabai antara pulau Rp49.000 per kilogram.

Pewarta: Dedi

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021