Ketua Real Estate Indonesia (REI) Kalbar M Isnaini mengatakan bahwa dengan kondisi kasus COVID-19 yang belum memberikan harapan semakin baik sehingga pihaknya menurunkan target penjualan 50 persen dari sebelumnya sebagai dampak pandemi tersebut.
“Dampak COVID-19 semakin meluas. Daya beli masyarakat lemah, termasuk keinginan untuk mengajukan kredit kepemilikan rumah. Minimnya penjualan, membuat para pengembang mengalami penurunan pendapatan yang cukup signifikan, sehingga mengganggu arus keuangan mereka. Jadi kawan – kawan pengembang rata – rata menurunkan target penjualan hingga 50 persen,” ujarnya di Pontianak, Rabu.
Ia menjelaskan bahwa kalau kondisi normal anggota REI Kalbar secara keseluruhan mampu menjual capai 5.000 unit rumah subsidi dalam setahun. Namun dengan kondisi sekarang hanya mampu separuh saja sudah beruntung.
“Saat normal biasanya terjual 4.500-5.000 unit dalam setahun. Sementara untuk pandemi mungkin hanya akan terjual 2.000-2.500 unit,” katanya.
Selama pandemi COVID-19, menurutnya pemerintah telah memberikan sejumlah stimulan bagi sektor usaha yang bergerak di bidang perumahan. Stimulan tersebut, kebijakan pemberian insentif berupa pembebasan pajak pertambahan nilai (PPN) untuk rumah dengan harga jual paling tinggi Rp2 miliar, kebijakan Uang Muka atau Down Payment (DP) 0 persen, hingga restrukturisasi kredit bagi debitur terdampak Covid-19.
“Meski begitu, kebijakan tersebut belum secara optimal mendongkrak penjualan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Pendapatan MBR turun dan bahkan ada di PHK dari pekerjaannya,” katanya.
Ia menambahkan baru-baru ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) juga mengalokasikan bantuan Prasarana, Sarana dan Utilitas (PSU) di Kalbar, dengan alokasi sebesar Rp9,49 miliar untuk 1.367 unit rumah bersubsidi.
“Bantuan yang diberikan sebagai stimulan bagi pelaku pembangunan rumah untuk membangun rumah MBR yang berkualitas itu akan dilaksanakan di lima kabupaten/kota di provinsi ini. Program ini sangat membantu pengembang di masa pandemi seperti saat ini. Dengan bantuan ini, cashflow lebih lancar dalam menjalankan usaha,” sebutnya.
Anggaran ini oleh para pengembang akan dibuat jalan lingkungan rumah. Meski tidak mencakup semua, namun setidaknya mengurangi beban para pengembang.
“Yang jelas dalam satu komplek tidak semua dibantu. Misalnya panjang jalan 500 meter. Cuma 150 meter saja yang dibantu dana PSU, dan sisanya diselesaikan sendiri oleh pengembang,” kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021
“Dampak COVID-19 semakin meluas. Daya beli masyarakat lemah, termasuk keinginan untuk mengajukan kredit kepemilikan rumah. Minimnya penjualan, membuat para pengembang mengalami penurunan pendapatan yang cukup signifikan, sehingga mengganggu arus keuangan mereka. Jadi kawan – kawan pengembang rata – rata menurunkan target penjualan hingga 50 persen,” ujarnya di Pontianak, Rabu.
Ia menjelaskan bahwa kalau kondisi normal anggota REI Kalbar secara keseluruhan mampu menjual capai 5.000 unit rumah subsidi dalam setahun. Namun dengan kondisi sekarang hanya mampu separuh saja sudah beruntung.
“Saat normal biasanya terjual 4.500-5.000 unit dalam setahun. Sementara untuk pandemi mungkin hanya akan terjual 2.000-2.500 unit,” katanya.
Selama pandemi COVID-19, menurutnya pemerintah telah memberikan sejumlah stimulan bagi sektor usaha yang bergerak di bidang perumahan. Stimulan tersebut, kebijakan pemberian insentif berupa pembebasan pajak pertambahan nilai (PPN) untuk rumah dengan harga jual paling tinggi Rp2 miliar, kebijakan Uang Muka atau Down Payment (DP) 0 persen, hingga restrukturisasi kredit bagi debitur terdampak Covid-19.
“Meski begitu, kebijakan tersebut belum secara optimal mendongkrak penjualan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Pendapatan MBR turun dan bahkan ada di PHK dari pekerjaannya,” katanya.
Ia menambahkan baru-baru ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) juga mengalokasikan bantuan Prasarana, Sarana dan Utilitas (PSU) di Kalbar, dengan alokasi sebesar Rp9,49 miliar untuk 1.367 unit rumah bersubsidi.
“Bantuan yang diberikan sebagai stimulan bagi pelaku pembangunan rumah untuk membangun rumah MBR yang berkualitas itu akan dilaksanakan di lima kabupaten/kota di provinsi ini. Program ini sangat membantu pengembang di masa pandemi seperti saat ini. Dengan bantuan ini, cashflow lebih lancar dalam menjalankan usaha,” sebutnya.
Anggaran ini oleh para pengembang akan dibuat jalan lingkungan rumah. Meski tidak mencakup semua, namun setidaknya mengurangi beban para pengembang.
“Yang jelas dalam satu komplek tidak semua dibantu. Misalnya panjang jalan 500 meter. Cuma 150 meter saja yang dibantu dana PSU, dan sisanya diselesaikan sendiri oleh pengembang,” kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021