Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) Provinsi Kalbar, Muhammad Munsif mengatakan bahwa Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementerian Pertanian Nasrullah mendukung langsung penanganan kasus kematian babi di Kalbar karena penyakit African Swine Fever (ASF).
"Dirjen PKH telah turun ke lapangan untuk memastikan penanganan kasus bisa teratasi. Hal itu juga bentuk dukungan ke daerah agar kasus bisa ditekan," ujarnya di Pontianak, Minggu.
Ia mengatakan perlu ada perubahan tata cara beternak babi oleh masyarakat yakni dengan baik sesuai standar. Menurutnya penyakit yang sedang dihadapi di Kalbar perlu ditanggulangi bersama oleh pemerintah, peternak dan pemangku kepentingan terkait lainnya.
Baca juga: Virus ASF menyerang puluhan ekor babi hutan di OKU
"Tugas bersama pihak terkait untuk penanganan kasus ini," jelasnya.
Ia mengajak agar peternak atau masyarakat untuk tidak menjual dan lalulintas kan babi milik mereka yang sakit agar tidak menyebarkan penyakit ke wilayah lain.
"Kemudian mengajak semua peternak untuk memelihara babi dengan skala usaha dengan pendampingan pemerintah serta dapat menggunakan fasilitas Kredit Usaha Rakyat (KUR). Pemerintah telah menyiapkan KUR untuk petani dan peternak untuk meningkatkan skala usaha. Syaratnya mudah, tanpa agunan, dan bunganya sangat rendah yaitu 6 persen dibayar saat panen,” jelasnya.
Saat ini sudah ada 460 kasus kematian babi di Kalbar disebabkan ASF yang tersebar di tiga kabupaten yakni Kapuas Hulu sebanyak 291 ekor, Sintang 144 ekor dan Melawi 25 ekor.
Baca juga: Kementan imbau peternak babi terapkan kebersihan waspadai virus baru
Ia menjelaskan bahwa sejumlah langkah pengendalian di antaranya mulai dari verifikasi dan investigasi, koordinasi dan rapat dengan dinas yang membidangi fungsi kesehatan hewan di Kabupaten Kapuas Hulu dan Kabupaten Sintang, Balai Veteriner Banjarbaru, Direktorat Kesehatan Hewan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan dan Balai Karantina Kelas I Pontianak serta Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Entikong.
“Kemudian kita juga melakukan advokasi kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Kapuas Hulu untuk pengendalian penyakit ASF di Kapuas Hulu. Ada juga sosialisasi komunikasi, informasi, dan edukasi tentang penyakit ASF yang ditujukan kepada petugas lapang/penyuluh , pengurus desa, masyarakat,” jelasnya.
Baca juga: Berpotensi menjadi pandemi baru, Kementan tindaklanjuti temuan virus flu babi hasil publikasi China
Baca juga: Kementan tingkatkan pengawasan lalu lintas hewan, waspada flu babi
Baca juga: Kemenkes RI waspadai kemungkinan serangan flu babi pada manusia
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021
"Dirjen PKH telah turun ke lapangan untuk memastikan penanganan kasus bisa teratasi. Hal itu juga bentuk dukungan ke daerah agar kasus bisa ditekan," ujarnya di Pontianak, Minggu.
Ia mengatakan perlu ada perubahan tata cara beternak babi oleh masyarakat yakni dengan baik sesuai standar. Menurutnya penyakit yang sedang dihadapi di Kalbar perlu ditanggulangi bersama oleh pemerintah, peternak dan pemangku kepentingan terkait lainnya.
Baca juga: Virus ASF menyerang puluhan ekor babi hutan di OKU
"Tugas bersama pihak terkait untuk penanganan kasus ini," jelasnya.
Ia mengajak agar peternak atau masyarakat untuk tidak menjual dan lalulintas kan babi milik mereka yang sakit agar tidak menyebarkan penyakit ke wilayah lain.
"Kemudian mengajak semua peternak untuk memelihara babi dengan skala usaha dengan pendampingan pemerintah serta dapat menggunakan fasilitas Kredit Usaha Rakyat (KUR). Pemerintah telah menyiapkan KUR untuk petani dan peternak untuk meningkatkan skala usaha. Syaratnya mudah, tanpa agunan, dan bunganya sangat rendah yaitu 6 persen dibayar saat panen,” jelasnya.
Saat ini sudah ada 460 kasus kematian babi di Kalbar disebabkan ASF yang tersebar di tiga kabupaten yakni Kapuas Hulu sebanyak 291 ekor, Sintang 144 ekor dan Melawi 25 ekor.
Baca juga: Kementan imbau peternak babi terapkan kebersihan waspadai virus baru
Ia menjelaskan bahwa sejumlah langkah pengendalian di antaranya mulai dari verifikasi dan investigasi, koordinasi dan rapat dengan dinas yang membidangi fungsi kesehatan hewan di Kabupaten Kapuas Hulu dan Kabupaten Sintang, Balai Veteriner Banjarbaru, Direktorat Kesehatan Hewan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan dan Balai Karantina Kelas I Pontianak serta Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Entikong.
“Kemudian kita juga melakukan advokasi kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Kapuas Hulu untuk pengendalian penyakit ASF di Kapuas Hulu. Ada juga sosialisasi komunikasi, informasi, dan edukasi tentang penyakit ASF yang ditujukan kepada petugas lapang/penyuluh , pengurus desa, masyarakat,” jelasnya.
Baca juga: Berpotensi menjadi pandemi baru, Kementan tindaklanjuti temuan virus flu babi hasil publikasi China
Baca juga: Kementan tingkatkan pengawasan lalu lintas hewan, waspada flu babi
Baca juga: Kemenkes RI waspadai kemungkinan serangan flu babi pada manusia
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021