Kasus kematian akibat wabah demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) di Kalbar terus meluas dan saat ini sudah mencapai 2.965 ekor yang tersebar di lima kabupaten dan kota.
"Sampai saat ini total kematian babi telah dilaporkan sebanyak 2.965 ekor di sejumlah daerah yakni di Kapuas Hulu, Sintang, Melawi, Landak dan Mempawah," ujar Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalbar M Munsif di Pontianak, Rabu.
Ia menjelaskan bahwa kasus kematian babi terbesar yakni di Kabupaten Kapuas Hulu mencapai 984 ekor, selanjutnya Melawi, 813 ekor, Sintang 647 ekor, Mempawah 431 ekor dan Landak 51 ekor.
"Sedangkan di Kabupaten Kubu Raya ditemukan kasus positif pada daging babi yang dijual di pasar namun tidak ditemukan kematian pada ternak babi di peternakan babi maupun peternakan rakyat. Kemudian di Kota Singkawang juga ditemukan kasus positif pada dua ekor babi namun sampai saat ini kondisi babi tersebut masih sehat dan tidak ada kejadian atau kematian pada babi di daerah sekitarnya," jelas dia.
Dengan kasus yang ada sejumlah langkah-langkah pengendalian yang telah dilakukan oleh Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalbar di antaranya koordinasi dengan dinas yang membidangi fungsi kesehatan hewan di di daerah Balai Veteriner Banjarbaru, Direktorat Kesehatan Hewan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan dan Balai Karantina Kelas I Pontianak serta Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Entikong.
"Kemudian melakukan penyuntikan serum konvalesen sebagai upaya pembentukan daya tahan terhadap babi yang sehat di daerah tertular. Serum konvalesen merupakan bantuan dari direktorat jenderal peternakan dan Kesehatan hewan sebanyak 3.750 Vial atau 60.000 dosis dan telah terealisasi sebanyak 877 vial atau 8.360 ekor ternak babi," kata dia.
Kemudian langkah lainnya juga telah dilakukan bimbingan teknis bagi tenaga dokter hewan sebanyak 30 orang se Kalimantan dan pelatihan pengendalian ASF bagi 50 orang penyuluh se Kalbar yang dibiayai oleh FAO ECTAD dan Direktorat Kesehatan Hewan Ditjen PKH.
"Kemudian ada kebijakan larangan pemasukan/perdagangan/jual beli ternak babi dan produknya dari wilayah yang sedang ada kasus kematian babi, dan memasukkan ternak bibit babi dari wilayah kompartemen bebas ASF. Kami juga menginstruksikan dan melakukan pendampingan serta sosialisasi kepada peternak di wilayah kerjanya untuk segera melaporkan kepada petugas dinas yang membidangi fungsi kesehatan hewan jika ada kasus kematian ternak babinya. Selanjutnya ada tindakan lainnya," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021
"Sampai saat ini total kematian babi telah dilaporkan sebanyak 2.965 ekor di sejumlah daerah yakni di Kapuas Hulu, Sintang, Melawi, Landak dan Mempawah," ujar Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalbar M Munsif di Pontianak, Rabu.
Ia menjelaskan bahwa kasus kematian babi terbesar yakni di Kabupaten Kapuas Hulu mencapai 984 ekor, selanjutnya Melawi, 813 ekor, Sintang 647 ekor, Mempawah 431 ekor dan Landak 51 ekor.
"Sedangkan di Kabupaten Kubu Raya ditemukan kasus positif pada daging babi yang dijual di pasar namun tidak ditemukan kematian pada ternak babi di peternakan babi maupun peternakan rakyat. Kemudian di Kota Singkawang juga ditemukan kasus positif pada dua ekor babi namun sampai saat ini kondisi babi tersebut masih sehat dan tidak ada kejadian atau kematian pada babi di daerah sekitarnya," jelas dia.
Dengan kasus yang ada sejumlah langkah-langkah pengendalian yang telah dilakukan oleh Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalbar di antaranya koordinasi dengan dinas yang membidangi fungsi kesehatan hewan di di daerah Balai Veteriner Banjarbaru, Direktorat Kesehatan Hewan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan dan Balai Karantina Kelas I Pontianak serta Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Entikong.
"Kemudian melakukan penyuntikan serum konvalesen sebagai upaya pembentukan daya tahan terhadap babi yang sehat di daerah tertular. Serum konvalesen merupakan bantuan dari direktorat jenderal peternakan dan Kesehatan hewan sebanyak 3.750 Vial atau 60.000 dosis dan telah terealisasi sebanyak 877 vial atau 8.360 ekor ternak babi," kata dia.
Kemudian langkah lainnya juga telah dilakukan bimbingan teknis bagi tenaga dokter hewan sebanyak 30 orang se Kalimantan dan pelatihan pengendalian ASF bagi 50 orang penyuluh se Kalbar yang dibiayai oleh FAO ECTAD dan Direktorat Kesehatan Hewan Ditjen PKH.
"Kemudian ada kebijakan larangan pemasukan/perdagangan/jual beli ternak babi dan produknya dari wilayah yang sedang ada kasus kematian babi, dan memasukkan ternak bibit babi dari wilayah kompartemen bebas ASF. Kami juga menginstruksikan dan melakukan pendampingan serta sosialisasi kepada peternak di wilayah kerjanya untuk segera melaporkan kepada petugas dinas yang membidangi fungsi kesehatan hewan jika ada kasus kematian ternak babinya. Selanjutnya ada tindakan lainnya," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021