Selalu ada momen kenangan menjadi nostalgia menjelang hari kemenangan Idul Fitri di bulan Ramadhan ketika Syawal menjelang.

Kamek dalam bahasa Pontianak,  Kalimantan Barat berarti kami, memiliki beberapa tradisi yang menjadi kenangan dan terus lestari hingga kini.

Ada delapan tradisi yang kami himpun dalam Nostalgia Kamek menjelang Idul Fitri, di antaranya.

Meriam Karbit

  Meriam karbit menjadi tradisi yang bertahan hingga kini di Kota Pontianak sebagai pertanda akan datangnya hari kemenangan di bulan Syawal. Dentuman suara meriam dari karbit mulai didengar sejak awal berdirinya Kota Pontianak oleh Sultan Syarief Abdurrahman Alkadrie pada tahun 1771, dan bertahan hingga kini.

Tradisi yang sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI ini menjadi hal yang tidak terlupakan bagi orang-orang Pontianak di perantauan ketika mudik ke kampung halaman.

Meriam Karbit yang terbuat dari bahan kayu dengan karbit sebagai bahan bakar tersebut mampu menghasilkan suara dentuman menggelegar hingga kejauhan.

Biasanya penduduk di tepian Sungai Kapuas menyiapkan meriam karbit sejak awal Ramadhan,  setelah meriam jadi selalu dibunyikan selepas waktu Shalat Tarawih hingga tiba 1 Syawal.

Tradisi ini diagendakan sebagai Festival Meriam Karbit oleh Pemerintah Kota menjelang sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan, yang diikuti oleh warga di tepian sungai dengan berkelompok untuk ikut festival dan menarik perhatian ribuan orang menonton festival dari tepian sungai tersebut.

Takbiran Keliling

  Mirip dengan daerah-daerah lainnya takbiran keliling menjadi tradisi wajib bagi sebagian besar masyarakat di Kalimantan. Ada yang berjalan kaki dan adapula yang berkendaraan motor. Orang-orang mengumandangkan takbir sebagai pertanda berakhirnya puasa di bulan Ramadhan.

Meski ada yang berkendaraan dengan roda empat dan roda dua, namun takbiran keliling berjalan kaki, masih tetap bertahan khususnya bagi warga yang tinggal di pemukiman, di gang, ataupun kompleks perumahan.

Diawali dengan berkumpul di Langgar, Mushalla atau Masjid selanjutnya para warga melakukan takbiran keliling setelah melaksanakan Sholat Isya. Tidak lupa di malam tersebut suasana lebaran sudah mulai terasa karena para warga dapat singgah dari satu rumah ke rumah lainnya untuk menyantap sajian malam takbiran, mulai dari lemang dan dadar berkuah kari ayam.

Tradisi takbiran saat ini mulai berkurang di beberapa daerah di Kalimantan, dan terancam akan menjadi kenangan bagi masyarakat di Kalimantan Barat.

Nanggok

  Jika dalam tradisi orang Tionghoa kental dengan Angpao yang merupakan bingkisan amplop berisi uang, maka di masyarakat melayu Kalimantan Barat dikenal dengan tradisi nanggok saat Lebaran dan ini tentunya paling disukai anak-anak di Kalbar.

Sambil berbaris antre anak-anak akan mendapatkan uang di dalam amplop berbagai warna dengan desain nuansa Idul Fitri, dari para orang tua mereka, paman, sanak saudara atau tetangga.

Disebut tradisi nanggok karena dalam tradisi ini selalu ada gerombolan anak-anak yang datang dari luar komplek atau pemukiman lain, yang juga mendapat amplop lebaran di suatu tempat yang mereka tuju.

Mendapatkan uang tanggokan menjadi kebahagiaan tersendiri di masa anak-anak, dan menjadi nostalgia ketika dewasa atau menjadi orang tua.

Bubur Paddas

 

Di suasana Idul Fitri di salah satu Kabupaten di Kalimantan Barat, khususnya Kabupaten Sambas mengenal kuliner yang penuh nostalgia ketika Idul Fitri menjelang. Makanan khas Kabupaten Sambas tersebut diberi nama bubur paddas.

Masakan khas yang selalu tersaji ketika Idul Fitri ini menjadi simbol persatuan di Kalbar. Bubur paddas dihidangkan saat kumpul keluarga pada momentum Idul Fitri.

Makanan yang yang menjadi bahan baku utama bubur pedas beragam, dari berbagai macam sayuran seperti pakis, kangkung, tauge, dan daun kesum. Kemudian ditambah dengan beras yang digiling kasar, potongan daging sapi, kacang tanah, dan ikan teri goreng yang sangat mengundang selera.

Meski saat ini semakin banyak variasi bubur paddas karena disaji dengan aneka jenis sayuran yang dicampurkan menjadi penyedap selera bagi yang memakannya. Sayur Pakis menjadi khas campuran bubur paddas yaitu tanaman liar yang tumbuh di semak - semak dan mudah ditemukan di lahan gambut dan dataran rendah di Kalimantan Barat.

Aroma daun kesum (Ketumbar Vietnam) menambah selera kita untuk mencicipi bubur khas dari Sambas Kalimantan Barat ini.
 

Lemang dan Ketupat Colet

 

Selain Bubur Paddas ada juga kuliner khusus Lemang dan ketupat colet, dua menu yang selalu tersaji di bulan Syawal ini menjadi menu wajib bagi masyarakat Kalbar. Lemang terbuat dari ketan dicampur air santan dan bahan tambahan garam, dimasak menggunakan bambu dan dibakar di atas tungku api.

Rasanya yang gurih dan agak asin nya selalu mengundang selera. Hidangan ini akan banyak tersaji pada malam takbiran dan hari pertama lebaran. Salah satu daerah yang masih melekat tradisi ini, ada di Kabupaten Sanggau.

Namun ada cara khusus untuk menyantapnya yaitu dengan meletakkan irisan lemang ke dalam piring dan ditambah opor ayam, semur daging, rendang, atau sambal nenas dan sambal kentang.

Tapi harus pilih salah satu ya, bukan semuanya dimasukkan ke dalam piring.

Sementara ketupat colet akan kita temukan di Kabupaten Ketapang, cara menyantapnya mirip dengan lemang. Namun bentuknya yaitu ketupat yang dipotong-potong yang disantap dengan rendang daging sebagai lauk pauk nya.
 

Kue Lapis

 

Selain hidangan berat ada juga makanan ringan yang khas menjadi nostalgia ketika Idul Fitri di Kalimantan Barat, Kue yang bertekstur lembut dan dibuat berlapis dengan warna warni ini dengan adonan utama tepung ini disebut kue lapis.

Rasa manis yang dipadukan dengan variasi adonan tepung ini diberi nama bermacam-macam, ada lapis legit, lapis prem, lapis belacan, lapis keju, dan lapis Surabaya. Nama-nama tersebut dilabelkan pada kue tersebut berdasarkan bahan tambahan yang dimasukkan ke adonan kue tersebut.

Untuk lapis belacan yang biasanya di sebut terasi ini, tapi tidak menggunakan terasi untuk bahan utamanya, disebut sebagai lapis belacan karena warnanya yang hitam mirip belacan atau terasi.

Meski awalnya hanya ada di Kabupaten Sambas, namun saat ini kue lapis hampir tersaji di semua kabupaten/kota yang ada di Kalimantan Barat. Terkini bentuk kue lapis semakin beragam, bahkan tersedia di toko-toko yang ada di Kalimantan Barat sehingga tidak lagi perlu mengadon sendiri.
 

Kerupuk Basah

 

Sajian pencuci mulut lainnya ada kerupuk basah yang menjadi makanan khas dari Kabupaten Kapuas Hulu yang biasanya tersaji di hari raya Idul Fitri.

Kerupuk basah dibuat dari bahan utama daging Ikan Belidak, Toman, Baong, Paten, Selandang, dan ikan air tawar lainnya yang sudah diberi bumbu sehingga rasa gurihnya menghilangkan bau anyir dari ikan sebagai bahan baku utama.

Kerupuk basah tentu berbeda dengan kerupuk kering yang digoreng meski sama-sama digoreng. Kerupuk ini memiliki bentuk yang panjang sekitar 15-30 centimeter yang dibuat dengan cara dikukus dan ada pula yang menyantapnya setelah digoreng.

Sambal kacang menjadi salah satu pelengkap bagi hidangan kerupuk basah. Jika kita berkunjung ke rumah kerabat atau teman yang asli dari Kabupaten Kapuas Hulu, maka tidak heran jika makanan ini selalu tersaji dalam hidangan.

Kerupuk basah mirip dengan empek-empek khas Palembang atau Siomay khas Bandung. Akan tetapi cara penyajiannya berbeda. Kerupuk basah disajikan bersama bumbu kacang yang sudah ditambahkan cabai, sehingga terasa pedas dan gurih saat telah masuk ke mulut dan siap untuk dikunyah.
 

Berbalas Kunjungan

 

Mirip dengan silaturahmi di saat Idul Fitri di daerah lainnya, lebaran di Kalimantan Barat dikenal dengan istilah berbalas kunjungan.

Bagi masyarakat Kalbar, wajib bagi seseorang yang sudah datang ke rumah kita untuk kita kunjungi kembali ke rumahnya. Baik itu antar kerabat, antar teman sesama teman bahkan antar tetangga.

Dengan tradisi tersebut tidak heran jika di daerah ini orang-orang bisa berlebaran selama satu bulan Syawal penuh.

Seakan menjadi tradisi wajib jika di penghujung Syawal belum menyelesaikan balasan kunjungan, maka orang-orang di Kalbar melakukannya dengan terburu-buru sehingga dalam sehari bisa berkunjung banyak rumah agar seluruh kunjungan terbalas sebelum Syawal berakhir.

Setiap tuan rumah bergantian menjamu tamu-tamunya untuk datang. Hidangan lebaran yang disajikan bertambah bukan hanya kue-kue, tetapi juga ada soto, lontong sayur, bakso, dan lainnya.

Pewarta: Nurul Hayat

Editor : Evi Ratnawati


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022