Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengingatkan seluruh posyandu untuk tidak menyepelekan pengukuran berat badan dan tinggi badan anak agar pendataan yang digunakan dalam percepatan penurunan stunting semakin akurat.

“Saya minta para kader di posyandu untuk mengukur tinggi atau panjang serta berat bayi secara benar sehingga hasilnya akurat. Sebab, hasil pengukuran tinggi serta berat bayi akan digunakan untuk menentukan tingkat prevalensi stunting di Indonesia tahun 2022,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat.

Hasto meminta agar pengukuran berat badan dan tinggi badan yang dilakukan oleh bidan maupun tenaga kesehatan dapat dilakukan dengan benar dan sesuai tata laksana yang berlaku. Sebab data-data itu akan disusun menjadi Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022.

Apabila pengukuran tidak dilakukan dengan benar dan terjadi kesalahan pengukuran, maka tidak akan menutup kemungkinan tenaga kesehatan dapat salah mendiagnosa seorang anak yang sehat, masuk dalam kategori mengalami kekerdilan atau stunting.

Baca juga: Langkah-langkah untuk tanamkan pola pikir "pro-growth" pada anak
Baca juga: Asam amino esensial penting untuk tumbuh kembang anak

Sebab dalam salah satu kasus, kata Hasto,  salah pengukuran disebabkan oleh kaki anak bergerak-gerak pada saat pengukuran. Padahal untuk mengukur tinggi anak, badan harus lurus.

Kasus lain adalah pengukuran dilakukan saat anak tidak mau berbaring di tempat yang telah disediakan, sehingga pengukuran dilakukan saat anak berdiri.

“Itu pasti hasil ukurnya akan lebih pendek. Karena itu, petugas yang mengukur bisa dikumpulkan dahulu agar memiliki pemahaman cara pengukuran yang benar,” ucapnya.

Hasto berharap semua posyandu mau bekerja sama mengukur tumbuh kembang anak secara cermat. Ia juga mengajak keluarga yang memiliki anak balita dan baduta datang ke posyandu untuk melakukan pengukuran.

“Apabila yang datang lebih dari 80 persen. Kualitas data yang diperoleh akan semakin bagus,” kata Hasto.

Wakil Gubernur Provinsi Sumatera Selatan Mawardi Yahya menambahkan sumber daya manusia yang berkualitas harus dengan serius disiapkan untuk menghadapi persaingan di masa depan, sebab sumber daya alam akan habis seiring dengan berjalannya waktu.

“Bukan untuk siapa-siapa tapi untuk kita sendiri, keluarga, dan generasi kita. Bukan untuk orang lain. Sumber daya alam yang kita banggakan akan habis, maka yang disiapkan adalah bagaimana menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa datang,’ kata Mawardi.*
 

Baca juga: Pentingnya keterlibatan orangtua di fase tumbuh anak
Baca juga: Karhutla berdampak pada pertumbuhan dan kecerdasan anak
 


Bupati Sambas Atbah Romin Suhaili meminta para orang tua yang ada di daerahnya untuk memperhatikan pertumbuhan kembang anaknya agar terhidar dari gizi buruk dan kasus lainnya.

"Beberapa hari lalu isu kasus balita gizi buruk di RSUD Pemangkat menyebar di media sosial. Ternyata setelah kita menemui balita dan orang tuanya, si bayi tersebut menderita TBC," katanya, saat dihubungi di Sambas, Minggu.

Bupati menjelaskan, bahwa Pemerintah Kabupaten Sambas selalu konsen terhadap isu kesehatan masyarakatnya dan berbagai langkah telah dilakukan untuk itu.

"Pemkab Sambas sangat peduli dan perhatian kepada masyarakat, apalagi terkait isu kesehatan seperti gizi buruk. Kita juga selalu melakukan pendampingan dan dari sinilah dilakukan juga intervensi secara langsung," katanya.

Baca selengkapnya: Bupati Sambas minta orang tua perhatikan pertumbuhan anak
 

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022