Kabupaten Sintang Provinsi Kalimantan Barat berupaya menekan laju inflasi dengan cara mengembangkan dan membudidayakan ikan baung sebagai komoditas yang paling banyak dihasilkan dari sungai di daerah tersebut.
"Sejauh ini, komunitas ikan baung harus menjadi perhatian dan fokus terkait pengelolaan tambak ikan sungai di daerah tersebut. Menurut saya, ini merupakan berkah, karena ternyata selama ini ikan baung banyak dikonsumsi oleh masyarakat di Sintang dan sekitarnya," kata Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Barat Mohammad Wahyu Yulianto di Pontianak, Senin.
Artinya, kata dia, komunitas ikan baung itu harus menjadi perhatian, dan dari sisi pemberdayaan termasuk ikan sungai ditambak harus dikelola dengan baik.
Dia juga mengatakan, pemberdayaan ikan baung harus tetap membawa pergerakan walaupun suplainya sudah mulai berkurang.
Baca juga: Kalbar terus pantau rantai pasok bahan pangan kendalikan inflasi
Baca juga: Pemkab Landak atasi infilasi dengan pemanfaatan pupuk hayati
"Ketika Sintang pertama kali merilis angka inflasinya pada tahun 2020, ikan baung memang naik cukup tinggi, dan sudah menyumbang inflasi. Ketika sudah berjalan dan sekarang sudah tidak terlalu tinggi lagi. Tetapi budidaya ikan baung harus tetap ada untuk membawa pergerakan di Sintang," katanya.
Wahyu menambahkan, Sintang merupakan salah satu daerah dengan inflasi tertinggi dari 10 kabupaten di Kalbar. Namun, pada evaluasi terakhir, Sintang justru mengalami deflasi 0,96 persen sementara inflasi turun dari 8 persen lebih menjadi 7 persen lebih.
"Ternyata ikan baung merupakan salah satu penyumbang inflasi di Sintang. Maka dari itu, Kabupaten Sintang harus tetap membudidayakan ikan baung dengan suplai yang banyak, agar berperan dalam menekan inflasi di daerah tersebut," katanya.
Baca juga: Kapuas Hulu alokasikan Rp4,9 miliar anggaran untuk penanganan dampak inflasi
Baca juga: Bansos dan pasar murah tekan inflasi di Kalbar
Baca juga: Inflasi Kalbar akibat harga komoditas sayuran naik
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022
"Sejauh ini, komunitas ikan baung harus menjadi perhatian dan fokus terkait pengelolaan tambak ikan sungai di daerah tersebut. Menurut saya, ini merupakan berkah, karena ternyata selama ini ikan baung banyak dikonsumsi oleh masyarakat di Sintang dan sekitarnya," kata Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Barat Mohammad Wahyu Yulianto di Pontianak, Senin.
Artinya, kata dia, komunitas ikan baung itu harus menjadi perhatian, dan dari sisi pemberdayaan termasuk ikan sungai ditambak harus dikelola dengan baik.
Dia juga mengatakan, pemberdayaan ikan baung harus tetap membawa pergerakan walaupun suplainya sudah mulai berkurang.
Baca juga: Kalbar terus pantau rantai pasok bahan pangan kendalikan inflasi
Baca juga: Pemkab Landak atasi infilasi dengan pemanfaatan pupuk hayati
"Ketika Sintang pertama kali merilis angka inflasinya pada tahun 2020, ikan baung memang naik cukup tinggi, dan sudah menyumbang inflasi. Ketika sudah berjalan dan sekarang sudah tidak terlalu tinggi lagi. Tetapi budidaya ikan baung harus tetap ada untuk membawa pergerakan di Sintang," katanya.
Wahyu menambahkan, Sintang merupakan salah satu daerah dengan inflasi tertinggi dari 10 kabupaten di Kalbar. Namun, pada evaluasi terakhir, Sintang justru mengalami deflasi 0,96 persen sementara inflasi turun dari 8 persen lebih menjadi 7 persen lebih.
"Ternyata ikan baung merupakan salah satu penyumbang inflasi di Sintang. Maka dari itu, Kabupaten Sintang harus tetap membudidayakan ikan baung dengan suplai yang banyak, agar berperan dalam menekan inflasi di daerah tersebut," katanya.
Baca juga: Kapuas Hulu alokasikan Rp4,9 miliar anggaran untuk penanganan dampak inflasi
Baca juga: Bansos dan pasar murah tekan inflasi di Kalbar
Baca juga: Inflasi Kalbar akibat harga komoditas sayuran naik
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022