Satuan Tugas Penanganan Penyakit Mulut dan Kuku (Satgas PMK) menyatakan 3.038.262 ekor hewan telah menjalani vaksinasi PMK hingga Minggu (25/9), pukul 12.00 WIB.
Berdasarkan data Satgas PMK di Jakarta, Senin pagi, hewan yang telah divaksinasi terdiri atas 2.831.965 sapi, 59.911 kerbau, 29.729 domba, 72.881 kambing, dan 43.776 babi.
Dari data tersebut, juga diketahui bahwa PMK telah menyerang hewan ternak di 300 kabupaten/kota dari 25 provinsi di Indonesia dengan mayoritas menyerang sapi.
Hingga saat ini, terdapat 539.805 hewan ternak terjangkit penyakit itu, di mana 420.936 ekor di antaranya dilaporkan telah sembuh, 97.447 belum sembuh, dan 9.178 mati.
Rincian dari yang sakit adalah 511.176 sapi, 22.400 kerbau, 1.909 domba, 4.232 kambing, dan 88 babi.
Hewan ternak yang telah dinyatakan sembuh sebanyak 397.913 sapi, 18.718 kerbau, 1.364 domba dan 2.861 kambing, serta 80 babi.
Baca juga: Pemerintah Kota Singkawang terima 3.400 dosis vaksin PMK
Rincian hewan yang belum sembuh yakni 92.391 sapi, 3.365 kerbau, 482 domba, 1.204 kambing, dan lima babi.
Hewan ternak yang dinyatakan mati akibat PMK di seluruh Indonesia memiliki rincian 8.834 sapi, 215 kerbau, 41 domba, dan 85 kambing.
Beberapa provinsi masuk dalam zona merah, yakni lebih dari 50 persen kabupaten/kota di provinsi tersebut memiliki kasus PMK.
Provinsi dengan zona merah, antara lain Riau, Sumatera Barat, Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, dan Sulawesi Selatan.
Satgas menyampaikan PMK muncul di Provinsi Jawa Timur yang dikonfirmasi pada tanggal 5 Mei 2022.
Koordinator Tim Pakar Satgas Penanganan PMK Prof Wiku Adisasmito mengingatkan perlunya pembatasan dan pengetatan lalu lintas antardaerah zona merah dan hijau.
Satgas PMK juga mendorong pemerintah daerah yang berstatus zona hijau untuk melakukan pengawasan yang ketat terhadap lalu lintas hewan ternak dan produk segar hewan sebagai salah satu langkah mencegah penyebaran PMK.
Saat ini, pemerintah terus berupaya untuk mencegah penyebaran PMK dan mempercepat penanganan penyakit itu, salah satunya pembatasan dan pengetatan lalu lintas ternak antardaerah zona merah dan zona hijau.
Baca juga: Vaksin lengkap penting cegah penularan Covid-19
Baca juga: 62,3 juta penduduk Indonesia sudah menerima vaksin penguat
Seorang pakar kesehatan mengatakan vaksin Bivalen sebagai terobosan terbaru dalam pengendalian COVID-19 sebab relevan dengan varian awal dan Omicron.
"Vaksin terbaru ini sesuai dengan masalah yang ada sekarang, sayangnya vaksin terbaru ini belum ada di Indonesia," kata Direktur Pasca-Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan melalui pernyataan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.
Tjandra mengatakan sejumlah negara sudah membuat vaksin baru yang disebut Bivalen. Vaksin itu memberi proteksi terhadap varian Omicron dan juga varian COVID-19 awal yang ada sejak 2020.
Baca selengkapnya: Vaksin Bivalen terobosan terbaru kendalikan COVID-19
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022