Dokter spesialis anak Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso dr. Ernie Setyawati, Sp.A(K), MKes menyarankan orang tua mengompres air hangat jika anak demam, sebagai alternatif dari mengonsumsi obat sirop. 

"Memang sebaiknya kita coba dulu menurunkan panas secara fisik dengan cara kompres," kata Ernie dalam acara bincang-bincang kesehatan yang disiarkan di Radio Kesehatan Kementerian Kesehatan diikuti di Jakarta pada Jumat.

Ia menjelaskan bahwa kompres untuk menurunkan demam sebaiknya dilakukan di bagian-bagian tubuh yang dilewati oleh pembuluh darah besar seperti leher, ketiak dan selangkangan, agar kompres dapat bekerja optimal.

Baca juga: Konimex akan tarik produk Termorex Sirup 60ml

Selain itu, lanjut dia, anak yang sedang demam sebaiknya tidak menggunakan pakaian yang tebal atau bahkan selimut.

"Jangan diselimutin, karena untuk penguapan panas. Pakai bajunya juga yang tipis," ujar Ernie.

Namun, ia mengatakan jika anak memiliki riwayat kejang-kejang karena demam maka sebaiknya orang tua membawanya berobat ke dokter agar dia bisa mendapatkan penanganan yang tepat.

"Kejang demam ini kan sebaiknya dia dikasih penurun panas ya, jadi mungkin bisa konsultasi sama dokter dan minta dibuatkan puyer sesuai berat badannya untuk sementara itu," imbuhnya.

Sebagai informasi, Kementerian Kesehatan pada Rabu (19/10) menginstruksikan penjualan obat sirop dihentikan untuk sementara selama penyelidikan kasus gagal ginjal akut misterius pada anak.

Pasalnya, beberapa obat sirop yang beredar mengandung etilen glikol (EG) yang melampaui batas aman, yang diduga merupakan senyawa penyebab gagal ginjal.

Baca juga: Masyarakat Putussibau diajak patuhi larangan konsumsi obat sirup

Ernie menjelaskan, metabolik dari etilen glikol sebenarnya dapat menjadi oksalat acid. Saat oksalat acid bertemu kalsium maka akan membentuk kalsium oksalat yang jika jumlahnya terlalu banyak akan mengendap dan merusak ginjal.

Meski demikian, kata dia, kaitan antara kasus gagal ginjal misterius yang menyerang anak dengan konsumsi obat sirup hingga saat ini masih dalam penyelidikan lebih lanjut.

"Belum ada pernyataan resmi apakah itu menyebabkan gangguan ginjal akut progresif misterius ini. Tapi sementara ini arahnya ke situ sebagai tertuduhnya. Jadi masih dalam penyelidikan," katanya.

"Jadi masyarakat, untuk sementara waktu, kalau memang mau membeli obat harus sesuai rekomendasi dulu dari tenaga kesehatan sampai mendapatkan hasil investigasi menyeluruh oleh Kementerian Kesehatan," pungkasnya.
 
Tokoh Pemuda, Kalimantan Barat, dr. Karolin Margret Natasa meminta kepada BPOM Kalimantan Barat (Kalbar) untuk menyikapi serius terkait obat-obatan jenis sirup yang masih beredar luas di tengah-tengah masyarakat Kalbar.

"Sesuai arahan Kementerian Kesehatan RI, ternyata bukan hanya obat cair dengan kandungan parasetamol yang diimbau agar dihentikan penggunaannya, melainkan seluruh obat berbentuk cair atau sirup. Maka BPOM Kalbar perlu serius menyikapi arahan Kemenkes ini," kata Karolin di Ngabang, Kamis.

Menurutnya, berdasarkan temuan Kemenkes, diduga bukan kandungan obatnya saja, tetapi ada suatu komponen lain yang menyebabkan terjadinya intoksikasi. Instruksi tersebut tertuang dalam Surat Edaran (SE) Nomor SR.01.05/III/3461/2022 tentang Kewajiban Penyelidikan Epidemiologi dan Pelaporan Kasus Gangguan Ginjal Akut Atipikal (Atypical Progressive Acute Kidney Injury) Pada Anak yang diteken oleh Plt Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Murti Utami pada Selasa (18/10). Baca selengkapnya: BPPOM Kalbar diminta sikapi serius peredaran obat sirup

Pewarta: Suci Nurhaliza

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022