Momentum peringatan Hari Pahlawan pada 10 November 2022, Inspektur Wilayah I BKKBN Maria Vianney Chinggih Widanarto mengajak para Tim Pendamping Keluarga (TPK) agar bisa bisa meneladani jiwa kepahlawanan para patriot bangsa untuk menjadi visioner, agar dapat meningkatkan kemajuan setiap keluarga di Kalimantan Barat, dan umumnya bagi setiap keluarga di Indonesia.

"Hari Pahlawan ini sangat strategis. Saya harap bapak ibu para TPK yang digerakkan oleh PKB dan PLKB bisa menjadi visioner yang memiliki jiwa kepahlawanan bagi memajukan setiap keluarga di Indonesia," kata Inspektur Wilayah I BKKBN, Maria saat membuka workshop monitoring dan evaluasi pelaksanaan orientasi TPK Tingkat Provinsi Kalbar, Kamis.

Mengutip perkataan Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo terkait Hari Pahlawan, Maria mengatakan untuk menjadi pahlawan harus memiliki sifat visioner.

“Untuk itu dalam kegiatan ini, sangat tepat untuk melakukan monitoring evaluasi sebagai TPK yang terdiri dari PKK, Bidan dan Kader KB. Dengan menjadi visioner, harapan presiden untuk mencetak generasi emas di 2024 bisa dicapai,” ujarnya.

Inspektur Wilayah I BKKBN itu juga menyatakan menjadi visioner, tentunya miliki pemahaman apa yang menjadi tugas teman-teman ketika di lapangan. Jika semua tugas dipahami dengan baik, ia meyakini semua program dapat berhasil.

Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) BKKBN Kalbar Muslimat mengatakan kegiatan workshop monitoring dan evaluasi pelaksanaan orientasi TPK Tingkat Provinsi Kalbar dilakukan guna memperkuat penurunan angka stunting di Kalbar.

“Sesuai arahan Presiden, penurunan prevalensi stunting di 2024 waktunya tinggal 2 tahun lagi. Di Kalbar angka stunting dari data SSGI ada di angka 29,8 persen. Jika semua berkolaborasi, Muslimat optimis angka stunting di Kalbar bisa turun dari target yang ingin dicapai pusat sebesar 14 persen,” ujarnya.

Muslimat berharap para TPK Kalbar mampu menyampaikan informasi tentang stunting kepada masyarakat. “Sejauh ini, upaya dalam menurunkan stunting sudah dilakukan. Mulai dari intervensi pada calon pengantin, ibu hamil dan pasca melahirkan, menjadi penting karena ini menjadi usia emas 1000 hari pertama kehidupan,” ungkap Muslimat.

Ia mengaku, pihaknya sudah melakukan pendekatan pada keluarga beresiko stunting dengan memberikan bantuan sosial cegah stunting.

"Kami juga melakukan upaya penurunan stunting mulai dari hulu, yaitu fase remaja. Caranya melalui edukasi reproduksi. Para remaja juga diminta untuk tidak buru-buru menikah, karena beresiko stunting saat hamil muda. Kemudian remaja perempuan juga disuport dalam pemberian suplemen tambahan darah guna mencegah anemia,” ujar Muslimat.

Pewarta: Slamet Ardiansyah

Editor : Evi Ratnawati


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022