Selain generasi tua yang selalu melestarikan tradisi leluhur, generasi milenial pun kini mengambil peran dalam perayaan tahun baru Imlek dengan harapan untuk rezeki dan kesejahteraan yang lebih baik.
Tahun baru Imlek kali ini adalah tahun 2574 Kongzili. Imlek berasal dari dua kata "Im" yang artinya bulan dan "lek" yang artinya penanggalan. Sehingga Imlek berarti penanggalan berdasarkan peredaran bulan.
Di Tiongkok, tahun baru Imlek merupakan tahun baru tradisi. Disebut Chun Ciek atau Festival Musim Semi. Chun Ciek dirayakan sebagai tahun baru Imlek berdasarkan keputusan Kongres Parlemen Tiongkok di Beijing pada 27 September 1949.
Di Indonesia, perayaan Imlek telah beratus tahun lamanya digelar etnis Tionghoa. Namun kemudian ada Inpres No. 14 tahun 1967 yang memberi batasan perayaan pesta agama dan adat istiadat etnis Tionghoa yang berpusat pada negeri leluhurnya, karena dianggap dapat menghambat proses asimilasi.
Kemudian Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid mencabut Inpres No. 14/1967 melalui Keppres No. 6 tahun 2000. Dengan adanya Keppres ini, membolehkan penyelenggaraan kegiatan keagamaan, kepercayaan, dan adat istiadat etnis Tionghoa yang dilaksanakan tanpa memerlukan izin khusus.
Abdurrahman Wahid hadir pada perayaan Imlek tahun 2001 dan disambut suka cita oleh masyarakat Tionghoa Indonesia.
Kemudian Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri pada 9 April tahun 2002 menerbitkan Keppres No. 19/2002 tentang Hari Tahun Baru Imlek. Keppres ini menetapkan hari tahun baru Imlek sebagai Hari Nasional.
Keputusan ini disusul dengan ditetapkannya tanggal 1 Imlek sebagai hari libur nasional, seperti perayaan hari besar agama lainnya di Indonesia.
Pada tahun baru Imlek 2023 yang jatuh pada Minggu (22/1), pemerintah era Presiden Joko Widodo menetapkan hari Senin (23/1) sebagai hari cuti bersama Tahun Baru Imlek 2574 Kongzili.
Ketetapan tersebut tertuang dalam SKB No. 1006/2022, No. 3/2022 dan No. 3/2022 yang ditandatangani oleh Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN RB) pada Selasa, 11 Oktober 2022.
Adanya cuti bersama ini, dimanfaatkan warga etnis Tionghoa di Indonesia untuk pulang kampung ke tanah kelahiran.
Dan sejumlah milenial yang merantau, saat ini sedang berada di kampung halaman di Kalimantan Barat (Kalbar) untuk merayakan imlek bersama orang tuanya.
Seorang pemuda bernama Felix telah tinggal di Yogyakarta selama 22 tahun. Memiliki usaha penjualan peralatan listrik. Dia pulang ke kota kelahiran di Pemangkat, Kabupaten Sambas, sejak Kamis (19/1) lalu.
Dia pulang untuk melihat orang tua. Felix tidak akan berlama-lama di kampungnya karena ada pekerjaan menunggu. Sehingga pada Selasa (24/1) dia sudah kembali ke Yogya.
Harapan milenial
Felix ditemui ANTARA seusai sembahyang di Vihara Sui Kheu Thai Pak Kung, Jalan Sanggau Kulor, Roban, Kecamatan Singkawang Tengah. Dia datang ke kelenteng besar itu bersama kedua orang tuanya.
Pemuda berusia sekitar 30 tahunan ini mengutarakan harapan agar Indonesia lebih baik lagi. Walaupun tahun ini banyak disebutkan dalam berita bahwa ekonomi susah diprediksi. "Harapannya, ekonomi (memang) susah diprediksi, tetapi yang lebih baik ya, bukan susah diprediksi, tetapi tidak lebih baik," kata dia.
Kondisi ekonomi yang belum jelas saat ini bisa saja berdampak bagi usahanya. Namun Felix mengaku optimistis dampak yang ditimbulkan tidak akan berat mengingat saat pandemi lalu kondisi usahanya masih tetap aman, tanpa begitu bermasalah.
Malah, di masa pandemi itu, keuntungannya jauh lebih baik.
Selain itu juga ada Wilson. Pemuda berusia 23 tahun ini menyatakan harapan pada tahun 2574 Kongzili mendapatkan cuan (uang, keuntungan) lebih banyak.
Wilson bekerja sebagai supervisor atau penyelia di perusahaan ekspor impor di Taiwan. Dia sudah bekerja sekitar tiga tahun, selepas studi SMA di Kota Singkawang. Setelah tamat sekolah, pemuda milenial ini termotivasi bekerja di Taiwan. Dia menjadi supervisor di perusahaan milik warga Kota Singkawang yang berbisnis di Taiwan.
Wilson datang ke Singkawang untuk merayakan imlek bersama kedua orang tuanya. Dia mengajukan cuti selama tiga pekan untuk bertemu keluarga dan teman-temannya. Pemuda ini akan kembali ke Taiwan pada 31 Januari 2023.
Seorang milenial lain, Meta (23) juga memiliki harapan serupa. Ia menambahkan harapannya agar tahun Kelinci Air semuanya bisa lebih baik lagi, baik itu perekonomian maupun keamanan.
Semuanya diharapkan akan menjadi lebih baik, termasuk ekonomi dan juga keamanan.
Wakil Ketua Umum Panitia Imlek dan Cap Go Meh Singkawang tahun 2023, Tjhai Chui Mie berpesan kepada kaum milenial terkait dengan tahun 2574 Kongzili.
Tahun Kelinci Air melambangkan perdamaian, kemakmuran, harapan dan umur panjang. Tahun ini perlu membuat perencanaan yang harus dilakukan dengan optimistis dan penuh keyakinan bahwa kita bisa mencapainya.
Karena ini adalah tahun perdamaian dan kemakmuran, kata dia, maka ayo semangat mencapai apa yang menjadi ketertinggalan di tahun sebelumnya karena adanya pandemi. Kita harus yakin, percaya, dan optimistis.
Kalangan muda ini diharapkan dapat ikut membangun daerah dan negara. Negara memerlukan kontribusi anak muda karena teknologi informasi (TI) sudah bertumbuh dan berkembang.
Teknologi Informasi dewasa ini menjadi alat yang sangat canggih untuk generasi muda, baik dalam belajar maupun bekerja, serta dalam berkomunikasi dimanapun mereka berada di belahan dunia ini.
Kecanggihan TI menuntut kepintaran generasi milenial menggunakan kesempatan ini untuk bekerja. Mereka juga bisa mengisi kemerdekaan dengan hal yang positif untuk bekerja di tahun 2023.
Karena kaum muda inilah yang diyakini mampu mengguncang dunia, dalam pengertian positif. Tjhai Chui Mie mengutip pernyataan Bung Karno, Presiden pertama RI. "Berikan aku 10 pemuda untuk menggoncangkan dunia".
Generasi milenial mesti bangkit dan bekerja mengatasi kekurangan yang sudah terjadi pada tahun lalu akibat dari pandemi. Generasi saat ini harus berani, yakin, dan dapat menunjukkan mereka mampu. Mampu menguasai peradaban ini.
Baca juga: Perayaan Imlek dan CGM Singkawang sudah10 kali raih rekor MURI
Baca juga: Melihat perayaan Imlek di Kota Singkawang
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023
Tahun baru Imlek kali ini adalah tahun 2574 Kongzili. Imlek berasal dari dua kata "Im" yang artinya bulan dan "lek" yang artinya penanggalan. Sehingga Imlek berarti penanggalan berdasarkan peredaran bulan.
Di Tiongkok, tahun baru Imlek merupakan tahun baru tradisi. Disebut Chun Ciek atau Festival Musim Semi. Chun Ciek dirayakan sebagai tahun baru Imlek berdasarkan keputusan Kongres Parlemen Tiongkok di Beijing pada 27 September 1949.
Di Indonesia, perayaan Imlek telah beratus tahun lamanya digelar etnis Tionghoa. Namun kemudian ada Inpres No. 14 tahun 1967 yang memberi batasan perayaan pesta agama dan adat istiadat etnis Tionghoa yang berpusat pada negeri leluhurnya, karena dianggap dapat menghambat proses asimilasi.
Kemudian Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid mencabut Inpres No. 14/1967 melalui Keppres No. 6 tahun 2000. Dengan adanya Keppres ini, membolehkan penyelenggaraan kegiatan keagamaan, kepercayaan, dan adat istiadat etnis Tionghoa yang dilaksanakan tanpa memerlukan izin khusus.
Abdurrahman Wahid hadir pada perayaan Imlek tahun 2001 dan disambut suka cita oleh masyarakat Tionghoa Indonesia.
Kemudian Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri pada 9 April tahun 2002 menerbitkan Keppres No. 19/2002 tentang Hari Tahun Baru Imlek. Keppres ini menetapkan hari tahun baru Imlek sebagai Hari Nasional.
Keputusan ini disusul dengan ditetapkannya tanggal 1 Imlek sebagai hari libur nasional, seperti perayaan hari besar agama lainnya di Indonesia.
Pada tahun baru Imlek 2023 yang jatuh pada Minggu (22/1), pemerintah era Presiden Joko Widodo menetapkan hari Senin (23/1) sebagai hari cuti bersama Tahun Baru Imlek 2574 Kongzili.
Ketetapan tersebut tertuang dalam SKB No. 1006/2022, No. 3/2022 dan No. 3/2022 yang ditandatangani oleh Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN RB) pada Selasa, 11 Oktober 2022.
Adanya cuti bersama ini, dimanfaatkan warga etnis Tionghoa di Indonesia untuk pulang kampung ke tanah kelahiran.
Dan sejumlah milenial yang merantau, saat ini sedang berada di kampung halaman di Kalimantan Barat (Kalbar) untuk merayakan imlek bersama orang tuanya.
Seorang pemuda bernama Felix telah tinggal di Yogyakarta selama 22 tahun. Memiliki usaha penjualan peralatan listrik. Dia pulang ke kota kelahiran di Pemangkat, Kabupaten Sambas, sejak Kamis (19/1) lalu.
Dia pulang untuk melihat orang tua. Felix tidak akan berlama-lama di kampungnya karena ada pekerjaan menunggu. Sehingga pada Selasa (24/1) dia sudah kembali ke Yogya.
Harapan milenial
Felix ditemui ANTARA seusai sembahyang di Vihara Sui Kheu Thai Pak Kung, Jalan Sanggau Kulor, Roban, Kecamatan Singkawang Tengah. Dia datang ke kelenteng besar itu bersama kedua orang tuanya.
Pemuda berusia sekitar 30 tahunan ini mengutarakan harapan agar Indonesia lebih baik lagi. Walaupun tahun ini banyak disebutkan dalam berita bahwa ekonomi susah diprediksi. "Harapannya, ekonomi (memang) susah diprediksi, tetapi yang lebih baik ya, bukan susah diprediksi, tetapi tidak lebih baik," kata dia.
Kondisi ekonomi yang belum jelas saat ini bisa saja berdampak bagi usahanya. Namun Felix mengaku optimistis dampak yang ditimbulkan tidak akan berat mengingat saat pandemi lalu kondisi usahanya masih tetap aman, tanpa begitu bermasalah.
Malah, di masa pandemi itu, keuntungannya jauh lebih baik.
Selain itu juga ada Wilson. Pemuda berusia 23 tahun ini menyatakan harapan pada tahun 2574 Kongzili mendapatkan cuan (uang, keuntungan) lebih banyak.
Wilson bekerja sebagai supervisor atau penyelia di perusahaan ekspor impor di Taiwan. Dia sudah bekerja sekitar tiga tahun, selepas studi SMA di Kota Singkawang. Setelah tamat sekolah, pemuda milenial ini termotivasi bekerja di Taiwan. Dia menjadi supervisor di perusahaan milik warga Kota Singkawang yang berbisnis di Taiwan.
Wilson datang ke Singkawang untuk merayakan imlek bersama kedua orang tuanya. Dia mengajukan cuti selama tiga pekan untuk bertemu keluarga dan teman-temannya. Pemuda ini akan kembali ke Taiwan pada 31 Januari 2023.
Seorang milenial lain, Meta (23) juga memiliki harapan serupa. Ia menambahkan harapannya agar tahun Kelinci Air semuanya bisa lebih baik lagi, baik itu perekonomian maupun keamanan.
Semuanya diharapkan akan menjadi lebih baik, termasuk ekonomi dan juga keamanan.
Wakil Ketua Umum Panitia Imlek dan Cap Go Meh Singkawang tahun 2023, Tjhai Chui Mie berpesan kepada kaum milenial terkait dengan tahun 2574 Kongzili.
Tahun Kelinci Air melambangkan perdamaian, kemakmuran, harapan dan umur panjang. Tahun ini perlu membuat perencanaan yang harus dilakukan dengan optimistis dan penuh keyakinan bahwa kita bisa mencapainya.
Karena ini adalah tahun perdamaian dan kemakmuran, kata dia, maka ayo semangat mencapai apa yang menjadi ketertinggalan di tahun sebelumnya karena adanya pandemi. Kita harus yakin, percaya, dan optimistis.
Kalangan muda ini diharapkan dapat ikut membangun daerah dan negara. Negara memerlukan kontribusi anak muda karena teknologi informasi (TI) sudah bertumbuh dan berkembang.
Teknologi Informasi dewasa ini menjadi alat yang sangat canggih untuk generasi muda, baik dalam belajar maupun bekerja, serta dalam berkomunikasi dimanapun mereka berada di belahan dunia ini.
Kecanggihan TI menuntut kepintaran generasi milenial menggunakan kesempatan ini untuk bekerja. Mereka juga bisa mengisi kemerdekaan dengan hal yang positif untuk bekerja di tahun 2023.
Karena kaum muda inilah yang diyakini mampu mengguncang dunia, dalam pengertian positif. Tjhai Chui Mie mengutip pernyataan Bung Karno, Presiden pertama RI. "Berikan aku 10 pemuda untuk menggoncangkan dunia".
Generasi milenial mesti bangkit dan bekerja mengatasi kekurangan yang sudah terjadi pada tahun lalu akibat dari pandemi. Generasi saat ini harus berani, yakin, dan dapat menunjukkan mereka mampu. Mampu menguasai peradaban ini.
Baca juga: Perayaan Imlek dan CGM Singkawang sudah10 kali raih rekor MURI
Baca juga: Melihat perayaan Imlek di Kota Singkawang
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023