Pemerintah Kota Singkawang, Kalimantan Barat, melakukan pengerukan Sungai Kulor yang sudah mengalami pendangkalan sebagai salah satu upaya pencegahan banjir di kota tersebut.
"Sungai Kulor diindikasikan sebagai salah satu penyebab banjir yang terjadi di Kota Singkawang. Kondisinya saat ini sudah terjadi pendangkalan, karena sudah dua tahun tidak pernah dilakukan pengerukan," kata Pj Wali Kota Singkawang Sumastro, di Singkawang, Minggu.
Ia menjelaskan, ketika terjadi curah hujan dengan volume yang besar, sementara penampangnya kecil maka otomatis airnya akan melimpah kemana-mana. Apabila dibuatkan saluran, maka air hujan bisa diarahkan.
"Hanya saja persoalannya mau sampai ke mana? Lantas bagaimana cara membaginya," tuturnya.
Hal itu, kata dia, yang masih menjadi pemikiran Pemkot Singkawang, karena untuk menata ulang dalam rangka penanggulangan banjir tersebut tentunya memerlukan biaya yang sangat besar.
"Saat ini kita sedang melakukan pendekatan terhadap dana CSR. Mudah-mudahan dana CSR itu bisa kita andalkan untuk biaya operasional penggalian yang sudah kita prediksi selama dua bulan selesai," katanya.
Seperti diketahui, dalam satu pekan terakhir, ratusan rumah warga yang di Singkawang terendam banjir dengan ketinggian 50 cm sampai 1 meter.
Banjir tersebut bukan hanya merendam ratusan rumah warga, tetapi juga pemakaman Muslim, kantor kelurahan, dan rumah ibadah.
Anggota DPRD Singkawang Muhammadin mengatakan, banjir yang terjadi di Semelagi Kecil merupakan air kiriman dari Bengkayang dan Sambas. Hal ini disebabkan debit air lebih tinggi dibandingkan tanggul yang ada, sehingga meluber ke permukiman penduduk di dekat tanggul.
"Debit air tinggi melebihi tanggul di wilayah Sungai Pinang sehingga airnya meluber," katanya.
Oleh sebab itu, dia meminta tanggul yang berada di wilayah Singkawang Utara segera diperbaiki guna mengantisipasi hal serupa ke depannya.
Apalagi selama puluhan tahun tanggul yang ada tidak pernah diperbaiki, sementara wilayah tersebut mengalami siklus banjir baik dua tahunan, lima tahunan hingga sepuluh tahunan.
"Ketinggian air saat ini pernah terjadi sebelumnya pada tahun 2003 dan terulang lagi pada tahun 2023. Artinya, harus ada langkah antisipasi menghadapi siklus tahunan ini dengan perbaikan atau pembangunan tanggul yang memadai," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023
"Sungai Kulor diindikasikan sebagai salah satu penyebab banjir yang terjadi di Kota Singkawang. Kondisinya saat ini sudah terjadi pendangkalan, karena sudah dua tahun tidak pernah dilakukan pengerukan," kata Pj Wali Kota Singkawang Sumastro, di Singkawang, Minggu.
Ia menjelaskan, ketika terjadi curah hujan dengan volume yang besar, sementara penampangnya kecil maka otomatis airnya akan melimpah kemana-mana. Apabila dibuatkan saluran, maka air hujan bisa diarahkan.
"Hanya saja persoalannya mau sampai ke mana? Lantas bagaimana cara membaginya," tuturnya.
Hal itu, kata dia, yang masih menjadi pemikiran Pemkot Singkawang, karena untuk menata ulang dalam rangka penanggulangan banjir tersebut tentunya memerlukan biaya yang sangat besar.
"Saat ini kita sedang melakukan pendekatan terhadap dana CSR. Mudah-mudahan dana CSR itu bisa kita andalkan untuk biaya operasional penggalian yang sudah kita prediksi selama dua bulan selesai," katanya.
Seperti diketahui, dalam satu pekan terakhir, ratusan rumah warga yang di Singkawang terendam banjir dengan ketinggian 50 cm sampai 1 meter.
Banjir tersebut bukan hanya merendam ratusan rumah warga, tetapi juga pemakaman Muslim, kantor kelurahan, dan rumah ibadah.
Anggota DPRD Singkawang Muhammadin mengatakan, banjir yang terjadi di Semelagi Kecil merupakan air kiriman dari Bengkayang dan Sambas. Hal ini disebabkan debit air lebih tinggi dibandingkan tanggul yang ada, sehingga meluber ke permukiman penduduk di dekat tanggul.
"Debit air tinggi melebihi tanggul di wilayah Sungai Pinang sehingga airnya meluber," katanya.
Oleh sebab itu, dia meminta tanggul yang berada di wilayah Singkawang Utara segera diperbaiki guna mengantisipasi hal serupa ke depannya.
Apalagi selama puluhan tahun tanggul yang ada tidak pernah diperbaiki, sementara wilayah tersebut mengalami siklus banjir baik dua tahunan, lima tahunan hingga sepuluh tahunan.
"Ketinggian air saat ini pernah terjadi sebelumnya pada tahun 2003 dan terulang lagi pada tahun 2023. Artinya, harus ada langkah antisipasi menghadapi siklus tahunan ini dengan perbaikan atau pembangunan tanggul yang memadai," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023