Anggota DPRD Kota Pontianak, Zulfydar Zaidar Mochtar menilai sudah saatnya Festival Meriam Karbit yang digelar setiap menjelang Lebaran di ibu Kota Kalimantan Barat itu dipromosikan menjadi wisata dunia, karena permainan tersebut sudah menjadi ikon dan satu-satunya di dunia
“Tidak perlu ragu lagi bagi orang Pontianak dan warga luar kota untuk datang ke sini. Karena momennya jelas, waktunya jelas, pelaksanaannya jelas. Jadi ini hanya satu-satunya di Indonesia bahkan di dunia,” ujarnya di Pontianak, Jumat.
Zulfydar mendorong OPD terkait dapat terus meningkatkan kualitas festival ini di tahun-tahun mendatang, terus dilestarikan dan dikuatkan.
“Tinggal dipromosikan saja secara luas, tidak menunggu di nusantara saja, tapi kita harus ‘go international‘, dan ini harus kerja sama dengan pihak-pihak luar, dalam rangka untuk mempromosikan, khususnya di bulan Ramadhan,” katanya.
Untuk itu, legislator PAN tersebut mendorong pihak swasta, asosiasi atau EO turut membantu melakukan komunikasi dengan pihak-pihak di luar negeri dalam rangka untuk menarik wisatawan dari luar negeri itu sendiri.
“Khususnya di bulan Ramadhan, kita bisa ‘menjual’ kegiatan ini adalah kegiatan religius dalam rangka untuk mendapatkan pendapatan daerah,” ujarnya.
Sebelumnya, pihak panitia sempat menyinggung terkait bahan baku terutama kayu untuk membuat meriam yang saat ini semakin langka. Menurut Zulfydar, kalau hal itu bisa dicarikan solusinya secara bersama pemerintah.
“Seharusnya ini bukan permasalahan, karena ini jelas peruntukannya kalau yang disampaikan panitia kalau bahan baku ini harus menjadi perizinan khusus maka tentunya pemerintah provinsi dan pemkot bekerjasama untuk mendatangkan bahan baku kayu ini,” katanya.
Zulfydar menilai, bahwa pemerintah dapat mendorong ketersediaan kayu-kayu dengan kualitas terbaik, agar festival ini dapat terus berlangsung di tahun-tahun mendatang.
“Kualitas kayu ini menjadikan kualitas festival itu sendiri, kalau bisa tahun depan meriamnya lebih besar dari yang sekarang,” katanya.
Zulfydar pun mengaku tidak sependapat dengan adanya pemahaman, bahwa kayu-kayu yang terus digunakan atau diambil dari hutan untuk pembuatan meriam ini lambat laun bakal menyebabkan hutan di Kalbar menjadi gundul.
“Kayu ini kan bukan untuk dijual, bukan untuk komersial dan bukan untuk bangunan, rumah, tapi ini justru untuk melestarikan budaya tak benda, karena korelasi budaya tak benda ini berkaitan dengan barang-barang itu sendiri,” katanya.
Zulfydar berharap pihak-pihak terkait dapat mengkondisikan bahan-bahan baku bagi peruntukan pembuatan meriam ini. Hal itu karena lagi-lagi, permainan meriam karbit ini merupakan tradisi budaya tak benda yang langka dan hanya dimiliki oleh Pontianak. Sehingga sangat berpotensi menjadi warisan yang bisa dinikmati oleh masyarakat dunia.
“Nanti asosiasi bisa berkomunikasi dengan pihak-pihak berkepentingan untuk mendapatkan kualitas kayu-kayu yang bagus,” ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023
“Tidak perlu ragu lagi bagi orang Pontianak dan warga luar kota untuk datang ke sini. Karena momennya jelas, waktunya jelas, pelaksanaannya jelas. Jadi ini hanya satu-satunya di Indonesia bahkan di dunia,” ujarnya di Pontianak, Jumat.
Zulfydar mendorong OPD terkait dapat terus meningkatkan kualitas festival ini di tahun-tahun mendatang, terus dilestarikan dan dikuatkan.
“Tinggal dipromosikan saja secara luas, tidak menunggu di nusantara saja, tapi kita harus ‘go international‘, dan ini harus kerja sama dengan pihak-pihak luar, dalam rangka untuk mempromosikan, khususnya di bulan Ramadhan,” katanya.
Untuk itu, legislator PAN tersebut mendorong pihak swasta, asosiasi atau EO turut membantu melakukan komunikasi dengan pihak-pihak di luar negeri dalam rangka untuk menarik wisatawan dari luar negeri itu sendiri.
“Khususnya di bulan Ramadhan, kita bisa ‘menjual’ kegiatan ini adalah kegiatan religius dalam rangka untuk mendapatkan pendapatan daerah,” ujarnya.
Sebelumnya, pihak panitia sempat menyinggung terkait bahan baku terutama kayu untuk membuat meriam yang saat ini semakin langka. Menurut Zulfydar, kalau hal itu bisa dicarikan solusinya secara bersama pemerintah.
“Seharusnya ini bukan permasalahan, karena ini jelas peruntukannya kalau yang disampaikan panitia kalau bahan baku ini harus menjadi perizinan khusus maka tentunya pemerintah provinsi dan pemkot bekerjasama untuk mendatangkan bahan baku kayu ini,” katanya.
Zulfydar menilai, bahwa pemerintah dapat mendorong ketersediaan kayu-kayu dengan kualitas terbaik, agar festival ini dapat terus berlangsung di tahun-tahun mendatang.
“Kualitas kayu ini menjadikan kualitas festival itu sendiri, kalau bisa tahun depan meriamnya lebih besar dari yang sekarang,” katanya.
Zulfydar pun mengaku tidak sependapat dengan adanya pemahaman, bahwa kayu-kayu yang terus digunakan atau diambil dari hutan untuk pembuatan meriam ini lambat laun bakal menyebabkan hutan di Kalbar menjadi gundul.
“Kayu ini kan bukan untuk dijual, bukan untuk komersial dan bukan untuk bangunan, rumah, tapi ini justru untuk melestarikan budaya tak benda, karena korelasi budaya tak benda ini berkaitan dengan barang-barang itu sendiri,” katanya.
Zulfydar berharap pihak-pihak terkait dapat mengkondisikan bahan-bahan baku bagi peruntukan pembuatan meriam ini. Hal itu karena lagi-lagi, permainan meriam karbit ini merupakan tradisi budaya tak benda yang langka dan hanya dimiliki oleh Pontianak. Sehingga sangat berpotensi menjadi warisan yang bisa dinikmati oleh masyarakat dunia.
“Nanti asosiasi bisa berkomunikasi dengan pihak-pihak berkepentingan untuk mendapatkan kualitas kayu-kayu yang bagus,” ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023