Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Emi Nurjasmi mengatakan bahwa peranan bidan penting untuk menurunkan angka stunting, salah satunya melalui pelayanan kontrasepsi.
“Secara konseptual sebetulnya kita dapat memahami bagaimana berhubungannya pengaturan kehamilan melalui kontrasepsi dengan pencegahan stunting,” kata dia dalam siniar Hari Kontrasepsi Sedunia 2023 di Jakarta, Sabtu.
Ia mengatakan bahwa capaian prevalensi stunting di Indonesia saat ini 21,6 persen. Angka tersebut masih relatif jauh dari tantangan penurunan prevalensi stunting sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 sebesar 14 persen.
Dengan kondisi ini, kata dia, profesi bidan menjadi strategis dalam upaya menurunkan angka stunting dengan memberikan pelayanan yang meliputi siklus pelayanan reproduksi perempuan, termasuk bayi, balita, dan keluarga berencana, serta konseling penggunaan kontrasepsi.
“Penggunaan alat kontrasepsi membantu seorang ibu untuk menunda kehamilannya sehingga ibu bisa merawat bayinya dengan optimal dan ASI sampai dua tahun serta mempersiapkan tubuhnya untuk kehamilan berikutnya yang telah direncanakan,” ujarnya.
Ia menjelaskan sejumlah manfaat penggunaan alat kontrasepsi, di antaranya menunda kehamilan untuk perempuan kurang dari 20 tahun atau perempuan yang memiliki masalah kesehatan, mengatur jarak kehamilan, dan menghentikan kesuburan khususnya bagi ibu berusia di atas 35 tahun.
Dengan menggunakan kontrasepsi, katanya, pasangan suami istri dapat merencanakan kehamilan yang lebih baik, guna menjaga tumbuh kembang janin secara optimal sehingga bayi lahir dengan sehat dan terhindar dari stunting.
“Perencanaan kehamilan tersebut dapat dilakukan melalui penggunaan salah satu alat kontrasepsi yang berbentuk seperti susuk atau IUD,” kata Emi.
Namun, katanya, saat ini penggunaan alat kontrasepsi masih tergolong rendah. Penggunaan alat kontrasepsi modern, seperti kondom, amenorea laktasi, maupun pil, angkanya 54,55 persen dari target 63,41 persen pada 2024.
Penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP), seperti Intra Uterine Device (IUD), susuk KB, dan kontrasepsi mantap (kontap) di angka 21,39 persen pada 2019, sedangkan target 28,39 pada 2024.
“Semua bidan harus lebih gencar lagi dalam memberikan edukasi kepada masyarakat,” katanya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Layanan kontrasepsi oleh bidan berperan turunkan stunting
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023
“Secara konseptual sebetulnya kita dapat memahami bagaimana berhubungannya pengaturan kehamilan melalui kontrasepsi dengan pencegahan stunting,” kata dia dalam siniar Hari Kontrasepsi Sedunia 2023 di Jakarta, Sabtu.
Ia mengatakan bahwa capaian prevalensi stunting di Indonesia saat ini 21,6 persen. Angka tersebut masih relatif jauh dari tantangan penurunan prevalensi stunting sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 sebesar 14 persen.
Dengan kondisi ini, kata dia, profesi bidan menjadi strategis dalam upaya menurunkan angka stunting dengan memberikan pelayanan yang meliputi siklus pelayanan reproduksi perempuan, termasuk bayi, balita, dan keluarga berencana, serta konseling penggunaan kontrasepsi.
“Penggunaan alat kontrasepsi membantu seorang ibu untuk menunda kehamilannya sehingga ibu bisa merawat bayinya dengan optimal dan ASI sampai dua tahun serta mempersiapkan tubuhnya untuk kehamilan berikutnya yang telah direncanakan,” ujarnya.
Ia menjelaskan sejumlah manfaat penggunaan alat kontrasepsi, di antaranya menunda kehamilan untuk perempuan kurang dari 20 tahun atau perempuan yang memiliki masalah kesehatan, mengatur jarak kehamilan, dan menghentikan kesuburan khususnya bagi ibu berusia di atas 35 tahun.
Dengan menggunakan kontrasepsi, katanya, pasangan suami istri dapat merencanakan kehamilan yang lebih baik, guna menjaga tumbuh kembang janin secara optimal sehingga bayi lahir dengan sehat dan terhindar dari stunting.
“Perencanaan kehamilan tersebut dapat dilakukan melalui penggunaan salah satu alat kontrasepsi yang berbentuk seperti susuk atau IUD,” kata Emi.
Namun, katanya, saat ini penggunaan alat kontrasepsi masih tergolong rendah. Penggunaan alat kontrasepsi modern, seperti kondom, amenorea laktasi, maupun pil, angkanya 54,55 persen dari target 63,41 persen pada 2024.
Penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP), seperti Intra Uterine Device (IUD), susuk KB, dan kontrasepsi mantap (kontap) di angka 21,39 persen pada 2019, sedangkan target 28,39 pada 2024.
“Semua bidan harus lebih gencar lagi dalam memberikan edukasi kepada masyarakat,” katanya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Layanan kontrasepsi oleh bidan berperan turunkan stunting
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023