Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan cuaca cerah berawan diprediksi bakal menyelimuti langit kota-kota besar di Indonesia pada Kamis.
 
Dikutip dari laman resmi BMKG di Jakarta, Kota-kota yang diprediksi cerah berawan pada siang hari meliputi Denpasar, Serang, Bengkulu, Yogyakarta, Jakarta, Gorontalo, Jambi, Semarang, Bandung.
 
Kemudian Surabaya, Banjarmasin, Pangkal Pinang, Bandarlampung, Ternate, Mataram, Kupang, Mamuju, Makassar, Kendari, Manado, dan Palembang.
 
Cuaca untuk kota seperti Pontianak, Samarinda, Tarakan, Tanjung Pinang, Ambon, Jayapura, Manokwari, Pekanbaru, dan Padang diprediksi berawan pada siang hari.
 
Sementara Banda Aceh dan Medan diprediksi hujan dengan intensitas ringan serta Palangka Raya diselimuti asap.
 
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati memprediksi musim kemarau akan berakhir di sebagian besar wilayah Indonesia mulai akhir Oktober ini, dan awal musim hujan secara bertahap dimulai awal November 2023.
 
Namun, akibat tingginya keragaman iklim, maka awal musim hujan tidak terjadi secara serentak di seluruh wilayah Indonesia. Sementara puncak musim hujan diprediksi akan terjadi pada bulan Januari-Februari 2024.
 
"Sesuai prediksi BMKG, puncak dampak El Nino terjadi pada bulan September, namun tadi kami juga menganalisis dari data satelit yang terkini, terlihat Oktober ini nampaknya intensitas El Nino belum turun. Fenomena El Nino ini diprediksi masih akan terus bertahan hingga tahun depan," katanya.

Dwikorita mengatakan level El Nino moderat akan terus bertahan dan berakhir pada bulan Februari-Maret 2024.
 
Awal musim hujan sendiri, katanya, berkaitan erat dengan peralihan Monsun Australia menjadi Monsun Asia. Saat ini, Monsun Asia sudah mulai memasuki wilayah Indonesia sehingga diprediksi bulan November akan mulai turun hujan.

Baca juga: TMC berhasil kurangi titik panas di Kalbar
 

Kepala Pusat Riset Tanaman Pangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Yudhistira Nugraha menyampaikan Indonesia memiliki 11 varietas padi yang memiliki toleransi tinggi terhadap cuaca ekstrem dan juga kekeringan.

"Kalau dari 10 tahun terakhir ini, ada 11 varietas yang umurnya genjah dan toleran terhadap kekeringan," kata Yudhistira di Jakarta, Jumat.

Ia menjelaskan varietas umur genjah yaitu tanaman padi yang memiliki masa tanam kurang dari 105 hari, sedangkan umumnya padi di varietas lain baru bisa dipanen ketika berusia 120 hari.

Yudhistira menilai singkatnya masa panen dari 11 varietas ini bisa mengurangi risiko gagal panen akibat keterbatasan air. Karena dari hasil penelitian yang dilakukan, varietas toleran kemarau ini bisa menghemat air sebanyak 20 persen.

Lebih lanjut ia mengatakan, 11 varietas padi tersebut antara lain yakni, Inpari 38, Inpari 39, Inpari 40, Inpari 41, varietas Cisaat, varietas Cakrabuana, varietas Padjajaran, varietas Situbagendit, Inpago 10, Inpago 11, serta Inpago 12.

Menurut Yudhistira 11 varietas padi toleran kemarau sangat cocok ditanam di musim kemarau panjang akibat dampak dari fenomena El Nino yang terjadi saat ini.

"Karena diperkirakan El Nino hingga Februari 2024, diharapkan petani bisa mengganti (padi) dengan varietas yang saya sebutkan tadi, sehingga kebutuhan air lebih sedikit," katanya.Baca juga: Indonesia miliki 11 varietas padi toleran kekeringan

 

Pewarta: Asep Firmansyah

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023