Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) menyampaikan program Kemitraan Kolaborasi Pengetahuan dan Inovasi Australia Indonesia (Koneksi) berkontribusi nyata memperkuat pilar transformasi Indonesia dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045.
"Program Koneksi nyata-nyata berkontribusi untuk memperkuat pilar transformasi Indonesia dalam RPJPN 2025-2045, yaitu pilar transformasi sosial yang mencakup pembangunan manusia meliputi pendidikan, kesehatan, dan pilar transformasi ekonomi yang mencakup iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi), inovasi, dan produktivitas," ujar Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas Amich Alhumami saat membacakan sambutan Menteri PPN/Bappenas Suharso Monoarfa dalam acara peluncuran program Koneksi dan Dialog Peran Riset Kolaboratif sebagai Sarana Kemitraan Australia-Indonesia, yang digelar secara virtual di Jakarta, Senin.
Program kemitraan Australia-Indonesia untuk kebijakan dan inovasi inklusif bertujuan untuk memperkuat kemitraan yang melibatkan perguruan tinggi, lembaga riset, komunitas ilmiah, dan masyarakat akademis di kedua negara sebagai upaya membangun budaya ilmiah serta pengembangan iptek.
Menurut dia, ada dua poin yang membuat program Koneksi memiliki relevansi tinggi. Pertama pengembangan riset ilmiah untuk melahirkan pengetahuan baru dalam bentuk invensi dan penciptaan inovasi teknologi untuk pembangunan inklusif dan berkelanjutan.
Kedua, pengembangan riset kebijakan yang diperlukan untuk proses perencanaan berbasis bukti untuk mendukung penyusunan rancangan teknokratik pembangunan.
"Program Koneksi diharapkan dapat melahirkan praktik-praktik baik yang menjadi fondasi penguatan triple helix yang melibatkan pemerintah, perguruan tinggi, dan industri. Hal ini sangat penting terutama untuk mendukung proses hilirisasi penelitian dan inovasi teknologi untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan masyarakat," ungkap Amich.
Selain itu, penguatan triple helix penting sebagai upaya mengubah hasil-hasil riset inovasi menjadi produk komersial yang bernilai ekonomi, sehingga dapat dipasarkan di berbagai sektor industri yang dapat memacu produktivitas ekonomi.
Terkait hal tersebut, program Koneksi memfasilitasi perguruan tinggi dan lembaga penelitian melakukan kegiatan riset inovatif, terutama dalam bentuk kolaborasi antar institusi dan komunitas ilmiah yang berafiliasi dengan universitas dan lembaga penelitian non-universitas.
Lebih lanjut, pelaksanaan program Koneksi menganut prinsip kesetaraan dan inklusivitas dengan melibatkan semua seluas mungkin lembaga penelitian dan komunitas ilmiah yang memiliki kapasitas bagus dan kompetensi tinggi di berbagai bidang riset yang relevan dan diperlukan untuk pembangunan.
Kolaborasi multipihak antara peneliti, pelaku industri, dan pembuat kebijakan diharapkan dapat memberi sumbangan penting untuk pengembangan iptek dan inovasi.
Pelaksanaan program Koneksi yang akan berlangsung selama lima tahun ke depan melibatkan tiga pemangku utama dari pihak pemerintah Indonesia, yakni Kementerian PPN/Bappenas, Kemendikbudristek (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi), dan Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN).
Ketiga kementerian/lembaga ini bersama dengan pemerintah Australia bertanggung jawab untuk memberi arahan strategis berkenaan dengan kebijakan dan implementasi program tersebut.
Sejak Desember 2022, kerja sama antara ketiga pengampu utama dan pemerintah Indonesia dan pemerintah Australia sudah terjalin sangat baik.
Saat itu, dilakukan penandatanganan dokumen naskah kerja sama hibah (subsidiary arrangement) dalam rangka Koneksi.
Tim teknis disebut telah bekerja dengan sangat sungguh-sungguh dengan mengadakan seleksi kemitraan penelitian kolaboratif yang melibatkan banyak lembaga, setidaknya 172 universitas dan lembaga penelitian di Indonesia dan Australia.
Tema pertama mengambil topik lingkungan hidup dan perubahan iklim. Kemudian, pada periode kedua yang juga sudah dan sedang terus menerus diperkuat proses seleksinya, mengambil tema transformasi digital yang mencakup kesehatan, energi, ketahanan pangan, dan ekonomi baru.
"Kami meyakini kinerja yang bagus dalam pengelolaan program koneksi akan memberi sumbangan penting dalam memajukan ilmu pengetahuan dan penelitian ilmiah melalui suatu kolaborasi yang memberi manfaat timbal balik bagi kedua negara. Peluncuran program Koneksi pada hari ini merupakan momentum penting untuk memperkuat kemitraan strategis Indonesia-Australia dan harus tetap kita rawat agar lebih sukses lagi di masa depan," ucap dia.
Program Koneksi merupakan hibah Pemerintah Australia dengan nilai komitmen mencapai 50 juta dolar Australia yang akan dilaksanakan selama lima tahun, yakni 2023-2027.
Baca juga: Pelajar harus berwawasan global, kreatif, dan kuasai iptek
Baca juga: UPT IPTEK Pontianak beri pelayanan gratis kursus bahasa asing
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023