Jakarta (ANTARA) - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim menyatakan program Kemitraan Kolaborasi Pengetahuan dan Inovasi Australia Indonesia (Koneksi) akan mampu memperkuat ekosistem riset kedua negara.
“Sinergi dan kolaborasi yang terjalin dalam program Koneksi akan semakin menguatkan ekosistem riset di kedua negara,” katanya dalam Peluncuran Program Koneksi di Jakarta, Senin.
Program kemitraan Australia-Indonesia yang akan berlangsung selama lima tahun ke depan ini bertujuan memperkuat kemitraan yang melibatkan perguruan tinggi, lembaga riset, komunitas ilmiah, dan masyarakat akademis di kedua negara sebagai upaya membangun budaya ilmiah serta pengembangan iptek.
Program ini memfasilitasi perguruan tinggi dan lembaga penelitian terhadap kegiatan riset inovatif terutama dalam bentuk kolaborasi antarinstitusi dan komunitas ilmiah yang berafiliasi dengan universitas dan lembaga penelitian non-universitas.
Pelaksanaan program Koneksi menganut prinsip kesetaraan dan inklusivitas dengan melibatkan seluruh pihak termasuk lembaga penelitian dan komunitas ilmiah yang memiliki kapasitas bagus dan kompetensi tinggi di bidang riset yang relevan dan diperlukan untuk pembangunan.
Kolaborasi multipihak antara peneliti, pelaku industri, dan pembuat kebijakan diharapkan dapat memberi sumbangan penting untuk pengembangan iptek dan inovasi.
Pelaksanaan program Koneksi melibatkan tiga pemangku utama dari pihak pemerintah Indonesia yakni Kementerian PPN/Bappenas, Kemendikbudristek, dan Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN).
Ketiga kementerian/lembaga ini bersama dengan pemerintah Australia bertanggung jawab untuk memberi arahan strategis berkenaan dengan kebijakan dan implementasi program tersebut.
Nadiem menuturkan konsep dari program Koneksi sejalan dengan terobosan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yaitu platform Kedaireka yang telah diluncurkan pada 2020.
Ia menjelaskan platform Kedaireka juga mendorong kolaborasi lintas sektor antara perguruan tinggi dan industri untuk melakukan riset bersama dan proyek bersama melalui adanya dukungan Matching Fund atau Dana Padanan.
“Platform ini (Kedaireka) telah menjembatani lebih dari 15 ribu kolaborasi dan menciptakan kultur riset dan inovasi yang jauh lebih merdeka,” ujarnya.
Nadiem pun berharap hadirnya program Koneksi yang menjadikan riset serta inovasi sebagai fondasi ilmu dan kebijakan akan membuat hasil penelitian perguruan tinggi bisa berdampak lebih luas dan bermakna.
Baca juga: 920 ribu mahasiswa lakukan pembelajaran di luar kampus